Di era artificial intelligence (AI), hampir semua kebutuhan menulis sudah dipermudah oleh teknologi. Catatan rapat tinggal direkam, ide bisa langsung diketik di smartphone, dan berbagai aplikasi note-taking membuat proses menulis terasa cepat dan praktis.
Menariknya, di tengah derasnya alat bantu teknologi, masih ada sebagian orang yang mencatat ide dan gagasan menggunakan bolpoin dan buku tulis. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: Mengapa masih ada yang menulis dengan tangan di tengah serba praktisnya teknologi?
Ada 4 keuntungan bagi kita kembali ke cara lama!
Performa Otak yang Lebih Optimal
Alvin Toffler pernah menekankan pentingnya learn, unlearn, dan relearn. Tiga kemampuan ini berhubungan erat dengan bagaimana otak menyerap, mengolah, dan memperbarui informasi. Menulis dengan tangan menjadi salah satu cara melatih fungsi otak ini.
Marano et al. (2025) membandingkan efek menulis manual dengan mengetik. Hasilnya adalah saat kita menulis secara old school, kita mengaktifkan area otak yang terlibat dalam proses sensorik, motorik, dan kognitif. Sementara mengetik mengaktifkan lebih sedikit sirkuit saraf yang berperan dalam pengolahan informasi.
Artinya, menulis dengan tangan membuat kita belajar lebih aktif karena ada gerakan motorik dalam merangkai kata. Aktivitas motorik inilah yang membantu kita tetap fokus dan lebih menyerap informasi.
Lebih Mudah Mengingat
Menurut Naomi Susan Baron, seorang profesor emerita linguistik di American University, kita lebih baik dalam mengingat hal-hal yang kita catat lewat cara manual daripada mengetik lewat laptop maupun smartphone.
Audrey van der Meer, profesor neuropsikologi dari Norwegia University of Science and Technology juga menambahkan bahwa saat menulis dengan tangan, tidak semua hal yang kita dengar bisa kita tuliskan. Namun, keterbatasan tersebut mendorong kita memproses informasi yang masuk.
Artinya, apa yang kita tuliskan dalam buku catatan adalah pengetahuan yang sudah kita proses. Itulah alasan mengapa kita lebih mudah mengingat apa yang kita tulis dengan tangan karena telah melalui proses mencerna informasi secara cermat.
Meningkatkan Kesadaran Emosional
Menulis dengan tangan tidak hanya bermanfaat bagi otak, tetapi juga emosi. Ritme menulisnya lebih lambat dibandingkan mengetik di laptop, yang memungkinkan otak memproses emosi.
Menulis dengan tangan memberikan sentuhan personal yang tidak dapat diberikan dari mengetik. Tindakan menulis secara fisik memberikan efek tenang dan stabil. Itu pun yang penulis rasakan saat menuliskan perasaan di buku catatan: rasanya lebih nyaman. Penulis juga lebih menyadari perasaan di dalam diri, serta mengurangi pikiran yang kurang penting.
Lebih jauh lagi, proses menulis tangan juga dapat menjadi cermin bagi emosi itu sendiri, layaknya sebuah alat pendeteksi mood. Cordasco et al. (2018) membuktikan bahwa emosi mempengaruhi kualitas, ritme, dan pola gerakan tangan. Dengan kata lain, kondisi emosional kita tercermin dari goresan pena.
Sebagai bukti sederhana, coba bandingkan tulisan tangan Kawan GNFI saat sedang senang dan saat sedang sedih atau marah. Pasti akan terlihat perbedaannya, bukan?
Berpikir Jernih
Selain membantu memahami emosi, menulis dengan tangan juga berperan dalam memperjelas alur berpikir kita. Pada tahun 2021 lalu, Ryder Carrol, seorang desain produk digital, menulis di Big Think bahwa ketika menulis di buku, dia dapat melepaskan diri dari distraksi digital. Baginya, menulis dengan tangan memberinya ruang untuk berpikir lebih cermat dan mendalam.
Ibaratnya seperti ini: ketika mengetik di laptop, kita lebih mudah terdistraksi karena akses ke internet hanya sejauh satu klik. Sebaliknya, saat menulis dengan tangan, kita terdorong untuk benar-benar berinteraksi dengan pikiran. Kita menyeleksi informasi yang masuk dan memilih mana yang paling relevan untuk dituliskan. Proses tersebut yang membuat pikiran kita jadi lebih jernih.
Di tengah dominasi teknologi dan kecerdasan buatan, menulis dengan tangan tetap menawarkan manfaat yang tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh perangkat digital.
Proses manual ini membantu kita menyerap informasi dengan lebih mendalam, mengingat lebih kuat, memahami emosi dengan lebih jernih, dan merumuskan gagasan secara lebih terarah.
Setiap orang tentu memiliki preferensi masing-masing. Namun, jika Kawan GNFI ingin belajar lebih fokus, memahami diri sendiri, atau mengolah pikiran tanpa distraksi, cobalah kembali menulis di buku catatan. Pilihlah cara menulis yang paling mendukung perkembangan diri
Yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan aktivitas menulis untuk memperkuat pikiran dan memproses pengalaman hidup dengan lebih sadar, bahkan di era yang semakin serba digital seperti sekarang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News