Kota Gunungsitoli adalah satu-satunya kota yang ada di Pulau Nias. Pulau Nias memiliki satu kota dan empat kabupaten, yakni Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, dan Kabupaten Nias Barat.
Selain menjadi satu-satunya kota di pulau tersebut, Kota Gunungsitoli juga pusat administrasi di Kepulauan Nias. Dikarenakan sarana dan prasana di Kota Gunungsitoli lebih memadai, pusat kegiatan ekonomi dan administrasi pulau itu berada di kota tersebur.
Secara administratif, wilayah Pulau Nias berada di bawah yurisdiksi Provinsi Sumatra Utara. Perjalanan menuju Nias melalui jalur laut dapat dilakukan dari Sibolga, Sumatra Utara, dengan jarak kurang lebih 86 mil laut. Namun, ada opsi lain, yakni dengan menggunakan pesawat dari Medan.
Menyadur dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Gunungsitoli, jumlah penduduk kota itu per 2025 adalah 147 ribu orang. Luasnya adalah 469,36 km2 atau sekitar 0,63 persen dari luas wilayah Provinsi Sumatra Utara.
Kota Gunungsitoli yang Jadi Pusat Administrasi di Pulau Nias
Kota Gunungsitoli aslinya adalah pemekaran dari Kabupaten Nias pada 26 November 2008. Peresmian kota ini sebagai sebuah daerah otonom terlampir dalam Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatra Utara.
Terdapat enam kecamatan di Kota Gunungsitoli, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Gunungsitoli Barat, Gunungsitoli, Gunungsitoli Alo’oa, dan Gunungsitoli Utara.
Kota ini menjadi gerbang utama menuju seluruh wilayah di Pulau Nias. Artinya, arus perdagangan, baik jasa maupun barang akan melewati kota ini.
Bahkan Gunungsitoli sudah menjadi pusat perdagangan sejak zaman VOC. Tak hanya urusan ekonomi, saat itu, kota ini juga menjadi titik masuk untuk penyebaran agama di Pulau Nias berkat adanya Pelabuhan Gubungsitoli—yang juga merupakan Pelabuhan terbesar di Pulau Nias.
Melansir dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, pelabuhan dan bandara yang ada di Kota Gunungsitoli membuat ketersedian infrastruktur daerah semakin mantap. Selain itu, jumlah penduduk dan angkatan kerjanya juga relatif cukup tinggi dibanding daerah lain di Pulau Nias.
Tak hanya itu, sebagai satu-satunya kota di Pulau Nias, Gunungsitoli memiliki potensi ketersediaan lahan produktif yang cukup besar. Potensi daerahnya pun sangat besar, utamanya di sektor jasa, perdagangan, dan industri.
Kawan GNFI, ada wacana untuk membentuk Kepulauan Nias menjadi sebuah provinsi baru. Jika benar terwujud, Kota Gunungsitoli kabarnya bakal ditunjuk sebagai ibu kota calon provinsi baru karena sarana dan prasarananya yang mumpuni.
Potensi Kota Gunungsitoli
Masyarakat Gunungsitoli banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan petani. Namun, ada juga yang bekerja di sektor perkebunan, perikanan, hingga kehutanan.
Per 2024, BPS Kota Gunungsitoli mencatatkan adanya peningkatan produksi cabai rawit. Dikatakan bahwa komoditi yang berkembang baik dan mengalami peningkatan produksi selain cabai rawit adalah ketimun, cabai keriting, dan jamur tiram.
Di sektor peternakan, peternaknya banyak yang membudidayakan babi. Sementara itu, dari sektor perikanan, mayoritas hasilnya ditopang dari hasil laut.
Menariknya, ada Kota Gunungsitoli juga bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mendukung pengembangan kota itu. Ada berbagai rancangan kerja, termasuk pengembangan produk pakan untuk babi, pengembangan pengolahan komoditas lokal, dan sebagainya.
Meskipun berada terpisah dari dataran induk Sumatra Utara, Kota Gunungsitoli memiliki potensi yang amat besar. Ditambah dengan posisinya sebagai pusat administrasi, ekonomi, dan logistik di Kepulauan Nias, dengan potensi di bidang pariwisata, perdagangan jasa, dan perikanan.
Gunungsitoli juga menjadi 'barometer' pertumbuhan ekonomi di Pulau Nias, sehingga pembangunan infrastruktur dasar harus digalakkan agar dapat menopang hajat hidup masyarakat sekitar.
Terakhir, sebagai pengingat, 28 Maret 2005 lalu, gempa bumi hebat melanda Pulau Nias. Akibatnya, banyak korban-korban berjatuhan. Gempa bumi terjadi setelah setahun sebelumnya Pulau Nias ikut terdampak bencana gempa bumi dan tsunami Aceh.
Sebagai pengingat dari tragedi memilukan itu, dibangunlah sebuah tugu yang menjadi monumen penting untuk mengenang kejadian tersebut. Tugu itu seakan menyiratkan bahwa masyarakat Nias mampu bangkit dan menata kehidupannya menjadi lebih baik hingga saat ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News