paparikan silih asih mengenal puisi cinta khas suku sunda - News | Good News From Indonesia 2025

Paparikan Silih Asih, Mengenal Puisi Cinta Khas Suku Sunda

Paparikan Silih Asih, Mengenal Puisi Cinta Khas Suku Sunda
images info

Paparikan Silih Asih, Mengenal Puisi Cinta Khas Suku Sunda


Kawan GNFI, di antara kekayaan budaya Indonesia, terdapat Sisindiran, sebuah bentuk puisi rakyat Sunda yang istimewa. Sisindiran berfungsi sebagai media komunikasi yang beretika, memungkinkan penyampaian maksud, baik itu nasihat, humor, maupun asmara, secara tidak langsung melalui kiasan. Dari jenis-jenis utamanya, yang paling populer dan menarik perhatian adalah Paparikan.

Paparikan Silih Asih sesuai maknanya (silih asih berarti saling mencintai), bentuk ini dikhususkan untuk mengungkapkan emosi cinta yang mendalam. Mari kita menguak mengapa metode mengungkapkan perasaan yang dibalut keindahan alam ini menjadi bukti kekayaan linguistik dan etika komunikasi masyarakat Sunda yang tetap relevan hingga kini.

1. Paparikan: Adik Kandung Pantun Nusantara

Secara struktur, Paparikan memiliki kemiripan erat dengan Pantun Melayu yang dikenal luas di Nusantara. Perbedaan utamanya terletak pada cara penempatan baris yang memiliki kesamaan bunyi. Dalam Paparikan, satu bait terdiri dari empat baris (padalisan).

Baris pertama dan kedua disebut cangkang (sampiran), berfungsi sebagai pembayang. Sementara baris ketiga dan keempat disebut eusi (isi), yang memuat maksud utama. Aturan yang paling ketat adalah: setiap baris wajib terdiri dari delapan suku kata (engang), dan rima pada ujung baris harus berpolakan a-b-a-b.

2. Mengapa Silih Asih Begitu Populer?

Paparikan Silih Asih menjadi favorit karena kemampuannya menyampaikan emosi yang sangat manusiawi yaitu cinta dengan cara yang indah, halus, dan penuh etika. Dibandingkan dengan Paparikan Piwuruk (nasihat) atau Sesebred (lelucon), Silih Asih memiliki jangkauan emosi yang lebih personal.

Cangkang atau sampiran yang digunakan seringkali mengambil objek dari alam (pohon, air, benda sekitar) untuk menciptakan metafora. Metafora ini kemudian dihubungkan secara bunyi dengan isi yang romantis. Inilah keindahan Sisindiran: menggunakan alam sebagai pembayang untuk hati manusia.

3. Kata Ganti Orang dalam Paparikan dan Etika Bahasa Sunda

Dalam menyampaikan silih asih, pilihan kata ganti orang sangatlah penting, mencerminkan etika tinggi dalam bahasa Sunda.

Penyebutan Diri (Aku): Penulis Paparikan sering menggunakan kata seperti abdi (halus) atau kuring (biasa) saat merujuk pada diri sendiri.

Penyebutan Kekasih (Kamu/Dia): Paparikan umumnya menghindari kata ganti yang terlalu lugas (anjeun) dan lebih memilih sapaan yang halus dan penuh penghargaan seperti salira (Anda/Anda yang terhormat) atau neng/akang yang menunjukkan rasa hormat.

Pilihan kata yang hati-hati ini menunjukkan bahwa Paparikan tidak hanya soal rima, tetapi juga soal menjaga nilai-nilai kesopanan (tata krama) dalam berinteraksi, bahkan saat sedang merayu atau mengungkapkan rindu.

4. Contoh Analitis Paparikan Silih Asih

Teks Paparikan (Sunda)Keterangan
Ka kebon rék melak kacang,Cangkang, Rima (a)
Nguseup di walungan Cihérang.Cangkang, Rima (b)
Abdi nambut acuk naon,Eusi, Rima (a)
Mun geus lami teu patepang.Eusi, Rima (b)

Maksud: Aku meminjam baju apa, kalau sudah lama tidak bertemu. (Menyiratkan kerinduan yang mendalam).

Teks Paparikan (Sunda)Keterangan
Mésér kembang di pasar Rebo,Cangkang, Rima (a)
Ulah hilap mésér waluh.Cangkang, Rima (b)
Sanajan haté téh keur teu ngeunah,Eusi, Rima (a)
Ngan ka anjeun matak betah.Eusi, Rima (b)

Maksud: Meskipun hati ini sedang tidak enak/susah, hanya kepada kamu (hatiku) menjadi betah. (Menyatakan bahwa kehadiran kekasih adalah sumber kenyamanan).

baca juga

5. Pelestarian Sastra Lisan dan Relevansi Abadi

Sisindiran, termasuk Paparikan Silih Asih, adalah warisan budaya yang harus terus dilestarikan. Di era digital, bentuk sastra ini seringkali dimodifikasi dan dijadikan caption atau status media sosial, membuktikan bahwa sifatnya yang ringkas dan puitis tetap relevan bagi generasi muda.

Paparikan Silih Asih mengajarkan kita tentang seni mengungkapkan emosi yang kompleks dengan cara yang elegan, menggunakan metafora dan keindahan alam sebagai perantara pesan cinta. Inilah pesona abadi sastra Sunda yang menjaga nilai-nilai budaya dan etika berkomunikasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HZ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.