antara sebungkus rokok dan sepiring telur pilihan kecil yang menentukan masa depan keluarga - News | Good News From Indonesia 2025

Antara Sebungkus Rokok dan Sepiring Telur: Pilihan Kecil yang Tentukan Masa Depan Keluarga

Antara Sebungkus Rokok dan Sepiring Telur: Pilihan Kecil yang Tentukan Masa Depan Keluarga
images info

Antara Sebungkus Rokok dan Sepiring Telur: Pilihan Kecil yang Tentukan Masa Depan Keluarga


Belakangan ini, topik soal rokok kembali menjadi perbincangan hangat. Bukan hanya karena tingginya angka perokok di Indonesia, tetapi juga karena munculnya pernyataan publik yang terkesan menganggap enteng dampak tembakau pada kesehatan.

Fenomena seperti ini membuat kita bertanya ulang: apakah masyarakat sudah benar-benar memahami bagaimana rokok memengaruhi kehidupan keluarga Indonesia?

Bagi sebagian orang, merokok mungkin dianggap urusan individu. Namun kenyataannya, pengaruhnya jauh lebih luas dari sekadar kebiasaan pribadi.

Kesehatan anggota keluarga, stabilitas ekonomi rumah tangga, hingga tumbuh kembang anak semuanya dapat terdampak oleh satu batang rokok yang dibakar setiap hari.

Saya pribadi tumbuh dalam lingkungan yang tidak lepas dari asap rokok. Ayah saya merokok, dan sejak kecil saya sudah terbiasa mencium bau tembakau di dalam rumah.

Awalnya saya menganggap itu hal biasa, tetapi seiring bertambahnya usia, saya menyadari bahwa kebiasaan itu bukan tanpa konsekuensi.

baca juga

Pengalaman itu membuat saya membangun komitmen: kelak, saya ingin hidup tanpa asap rokok.

Mungkin itu sebabnya saya sensitif ketika ada yang merokok di dekat saya. Biasanya saya akan menjaga jarak atau menegur dengan baik-baik—notabene bukan untuk menghakimi, tetapi untuk melindungi diri.

Pernah hidup dalam rumah yang dipenuhi asap membuat saya tahu betul bagaimana perasaan menjadi perokok pasif. Sekali sudah cukup: saya tidak ingin mengulanginya.

Yang membuat situasi semakin kompleks, di Indonesia rokok sering dianggap bagian dari kebutuhan harian. Dalam sebuah unggahan yang sempat viral, seorang ibu bercerita tentang sulitnya membeli bahan makanan, sementara suaminya tetap menyempatkan membeli sebungkus rokok setiap hari.

Kisah ini bukan anomali. Banyak keluarga menghadapi dilema serupa, di mana rokok seolah “menggeser” kebutuhan lain yang lebih penting.

Data kesehatan juga tidak bisa diabaikan. Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa sekitar 230 ribu orang di Indonesia meninggal setiap tahun akibat konsumsi tembakau. Selain itu, lebih dari 40 persen anak Indonesia tinggal di rumah yang terpapar asap rokok setiap hari.

Mereka tumbuh dalam kondisi yang tidak mereka pilih korban dari budaya merokok yang masih dianggap lumrah.

Namun, di balik berbagai tantangan tersebut, ada banyak sinyal positif. Berbagai komunitas mulai mendorong kampanye rumah bebas asap rokok, langkah kecil yang membawa dampak besar.

Sekolah dan puskesmas semakin aktif mengedukasi masyarakat, bukan dengan pendekatan menyalahkan, tetapi dengan menonjolkan bahwa menjaga kesehatan keluarga juga bentuk cinta yang sederhana, tetapi kuat.

Kebijakan publik pun perlahan bergerak ke arah yang lebih baik. Semakin banyak daerah yang membatasi iklan rokok, dan kampanye kesehatan semakin gencar dilakukan.

Negara-negara seperti Australia dan Thailand menunjukkan bahwa regulasi yang tegas mampu mengurangi jumlah perokok. Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan adaptasi yang tepat.

baca juga

Meski demikian, fondasi perubahan sejati tetap berada di tangan keluarga. Banyak orang tua memutuskan berhenti merokok bukan karena anjuran medis, melainkan karena melihat anaknya mulai batuk atau sesak. Terkadang, alasan paling sederhana ingin keluarga sehat menjadi motivasi paling kuat.

Saya tidak meminta semua orang berhenti merokok seketika. Yang saya harapkan adalah kesadaran untuk tidak lagi menganggap rokok sebagai sesuatu yang biasa.

Mulai dari langkah sederhana seperti merokok jauh dari anak-anak, memilih ruang terbuka, atau menunda satu batang rokok, perubahan kecil mampu menciptakan udara yang lebih bersih untuk orang-orang yang kita sayangi.

Kita semua ingin masa depan yang lebih baik. Indonesia punya peluang besar untuk menjadi negara yang bukan hanya kaya budaya, tetapi juga lebih sehat. Dan perjalanan menuju ke sana dimulai dari keputusan-keputusan kecil setiap hari.

Pada akhirnya, pilihan itu sederhana, tetapi bermakna, sebungkus rokok, atau sepiring telur untuk keluarga?

Pilihan kecil hari ini dapat menentukan kualitas hidup banyak orang esok hari.

Artikel ini saya tulis sebagai refleksi pribadi sekaligus tanggapan terhadap maraknya normalisasi budaya merokok di Indonesia, terutama setelah beredarnya pernyataan seorang wakil rakyat yang menyebut “tidak ada yang meninggal karena rokok.”

baca juga

Tulisan ini berangkat dari pengalaman pribadi saya sebagai anak dari seorang perokok dan pandangan saya mengenai dampak sosial serta kesehatan akibat rokok di masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ES
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.