Legenda Sutan Badewa dan Putri Nilam Cayo merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Legenda ini berkisah tentang Sutan Badewa yang gemar berjudi hingga berbuat zalim kepada keluarganya.
Simak kisah dari legenda Sutan Badewa dan Putri Nilam Cayo ini dalam artikel berikut.
Legenda Sutan Badewa dan Putri Nilam Cayo, Cerita Rakyat dari Sumatera Barat
Dinukil dari buku Ceritera Rakyat Daerah Sumatera Barat, tersebutlah pada zaman dahulu ada sebuah nagari yang bernama Taeh Simalanggang. Di sana tinggal seorang pemuda bernama Sutan Badewa bersama istri dan anaknya.
Istri Sutan Badewa bernama Putri Nilam Cayo. Sementara itu, anak perempuannya bernama Rambun Jalua.
Sutan Badewa memiliki latar belakang keluarga yang berdarah bangsawan. Hal ini membuat dia hidup dengan serba berkecukupan sejak kecil.
Namun sayang, kondisi keluarganya ini ternyata memberikan dampak buruk bagi Sutan Badewa. Sejak kecil semua keinginannya selalu dituruti dan terpenuhi.
Belum lagi sifat malas dan suka berjudi yang dia miliki. Hari-hari dia habiskan untuk berjudi di gelanggang yang ada di sana.
Di sisi lain, Putri Nilam Cayo juga berasal dari keluarga bangsawan. Dirinya mendapatkan warisan dari harta kekayaan keluarganya.
Sifat buruk Sutan Badewa ternyata tidak hilang bahkan setelah dirinya menikah dan memiliki anak. Hari-hari selalu dia habiskan di gelanggang untuk berjudi.
Jika kalah, dia akan kembali pulang dan meminta harta Putri Nilam Cayo. Hal ini terus dia lakukan berulang kali hingga akhirnya Putri Nilam Cayo hanya memiliki satu warisan terakhir dari orang tuanya.
Pada suatu hari, Sutan Badewa kembali kalah dalam perjudiannya. Dia pun kembali pulang dan melakukan hal yang sama kepada sang istri.
Pada awalnya, Putri Nilam Cayo menolak hal itu. Namun karena sang anak Rambun Jalua mendengar perkelahian mereka, Putri Nilam Cayo akhirnya mengalah dan memberikan harta terakhir mereka.
Sutan Badewa kembali berangkat menuju gelanggang. Akan tetapi sama seperti sebelumnya, kegiatan berjudi yang dia lakukan hanya berakhir dengan kekalahan.
Berminggu-minggu Sutan Badewa tidak kembali ke rumah. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran dari Putri Nilam Cayo.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Rambun Jalua. Meskipun usianya belum genap sepuluh tahun, pemikiran dari Rambun Jalua sudah seperti orang dewasa pada umumnya.
Melihat kegelisahan dari ibunya, Rambun Jalua kemudian meminta izin kepada Putri Nilam Cayo untuk pergi ke gelanggang. Dia ingin melihat kondisi dari sang ayahnya yang sudah lama pulang.
Putri Nilam Cayo mengizinkan anaknya untuk pergi. Berangkatlah Rambun Jalua ke gelanggang.
Sesampainya di sana, Rambun Jalua menemukan ayahnya sedang duduk termenung. Alangkah malunya Sutan Badewa ketika melihat Rambun Jalua mendatanginya.
Sutan Badewa yang sudah kalah merasa malu karena mesti dijemput langsung oleh anak perempuannya di gelanggang. Hal ini tentu memancing murka Sutan Badewa karena Rambun Jalua yang datang ke sana.
Rambun Jalua menjelaskan bahwa dia dan sang ibu khawatir dengan kondisi Sutan Badewa yang sudah lama tidak pulang. Namun Sutan Badewa tidak peduli dengan perkataan anaknya tersebut.
Dirinya kemudian langsung menarik tangan Rambun Jalua pulang. Ketika di tengah jalan, dia mengajak Rambun Jalua untuk masuk ke dalam hutan.
Setelah mengatur siasat, Sutan Badewa meninggalkan anak perempuannya tersebut di sana. Dia kemudian kembali pulang dan langsung meluapkan emosi kepada sang istri.
Putri Nilam Cayo yang sedang mengandung merasa tidak ada harapan lagi dari suaminya. Dirinya kemudian melarikan diri ke dalam hutan dan meninggalkan Sutan Badewa seorang diri.
Kelak Putri Nilam Cayo akan melahirkan seorang putra bernama Bujang Pamenan. Di sisi lain, Sutan Badewa menikah kembali dengan orang lain yang ada di sana.
Meskipun demikian, perilaku Sutan Badewa tidak berubah. Nantinya takdir akan membawa Sutan Badewa mesti mengakhiri hidup di tangan putranya sendiri akibat kesalahannya sendiri.
Begitulah kisah dari legenda Sutan Badewa dan Putri Nilam Cayo.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News