yuyun ahdiyanti merawat warisan tenun dari abad ke 15 m - News | Good News From Indonesia 2025

Yuyun Ahdiyanti, Merawat Warisan Tenun dari Abad ke-15 M

Yuyun Ahdiyanti, Merawat Warisan Tenun dari Abad ke-15 M
images info

Yuyun Ahdiyanti, Merawat Warisan Tenun dari Abad ke-15 M


Perempuan setengah baya itu tampak gelisah. Ia tahu persis orang tua dan para tetangganya di desa Ntobo menjadi penenun secara turun temurun. Bahkan sekitar 90% penduduk perempuan di desa itu bekerja sebagai pengrajin muna ro medi (kerajinan tenun khas Bima). Namun, perkembangannya kurang menyenangkan, dan sebagiannya menyerah. Mereka menghadapi dua pilihan yang sama beratnya, berhenti menjadi penenun atau masuk jebakan para pengepul yang hanya mementingkan keuntungan untuk diri mereka sendiri.

“Kita dikuasai pengepul. Mereka membeli dengan harga rendah, tetapi menjual dengan harga tinggi di luar,” kata Yuyun menceritakan keadaan para penenun di desanya.

Tampaknya, situasi ini yang terus mengganggu pikiran Yuyun. Ia ingin membantu para tetangga, tetapi dirinya juga tak memiliki cukup dana. Keputusan yang diambilnya sangat strtaregis, membantu penenun terbebas dari para pengepul, dan menyediakan modal usaha meski tidak terlalu besar. Ia mengambil dana melalui layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 25 juta untuk membantu modal ke para penenun. “Saya bagi ke 20 penenun, masing-masing 1 juta,” ujarnya.

Upayanya membuahkan hasil menggembirakan. Dari 20 penenun menerima layanan dan pendampingannya, kini jumlahnya menjadi 10 kali lipat. Setidaknya 200 penenun mendapatkan pinjaman. Persoalannya kemudian, kata Yuyun, bidang pemasaran yang menurutnya enggak mudah. Awal usaha pemasarannya dengan memotret kain tenun hasil kerja orang tuanya, dan mengunggah ke media sosial. “Komentarnya, ada yang bilang cantik, tetapi enggak ada yang langsung memesan,” ujarnya.

Yuyun menempuh jalan tardisional dengan memasarkan barang door to door, ke instansi dengan mengadakan arisan. Menurutnya kantor enggak bisa langsung membeli secara cash. Meski itu cukup berhasil, ia harus melakukan penagihan ke kantor-kantor, “seperti debt collector,” katanya getir mengenang perjuangannya menjaga warisan budaya leluhurnya.

Memperluas pemasaran dan meningkatkan penjualan, promosi online dan offline terus dilakukannya. Yuyun mengembangkan model kerja sama dengan akademisi, pemerintah, dan pihak-pihak lainnya. Kain tenun asal desanya terus melesat melampaui kampung-kampung lainnya. Usaha yang dirintisnya sejak tahun 2015 akhirnya bisa dirasakan banyak orang, dan wilayah pemasarannya tak lagi hanya di wilayah Bima melainkan sampai ke berbagai wilayah di Indonesia, dan bahkan beberapa negara tetangga.

Kesaksian Masa Remaja

Semangat Yuyun mengembankan tenun asal kampugnya karena rasa cintanya dengan kain tenun warisan leluhur itu. Sejak kecil, Yuyun dan remaja-remaja sebanyanya memang sudah akrab dengan benang dan motif tenun khas Bima. Namun saat dewasa, ia melihat tradisi terasa meluntur, seakan zaman meninggalkannya di tempat yang jauh di belakang, dan bahkan terlupakan, terlebih para Gen-Z.

Kehendak kuat yang tumbuh di hati Yuyun juga karena keyakinannya, kain tenun bukan semata-mata produk kerajinan tangan, melainkan sebagai simbol peradaban dan kebanggaan lokal. Kesadaran ini terus bergelora dalam diri Yuyun, dan mulai merintis usaha kecil dengan tekad besar, ‘menghidupkan kembali pesona tenun Bima yang mulai tersisih oleh modernisasi’.

Prinsip Yuyun dalam mengembangkan tenun sangat jelas dan mencerminkan sebuah gelora cinta budayanya. Tenun, kata Yutun diyakini sebagai bahasa mereka. Di setiap motifnya, ada cerita, doa, dan sejarah.

“Saya punya tekad dan keyakinan tidak ingin tenun hanya jadi pajangan museum. Saya ingin ia tetap hidup, dipakai, dan dibanggakan serta diwariskan," ujarnya dengan nada bergelora.

Langkah Fundamental

Implementasi semangat itu, Yuyun berinisiasi membangun usaha pada segmen UMKM dan diberi nama ‘UKM Dina’. Di tangan Yuyun, UKM Dina benar-benar mampu menghidupkan kembali pesona tenun tradisional kampung Ntobo. Perkembangan ini menjanjikan pelestarian warisan budaya, sekaligus menciptakan kekuatan ekonomi akar rumput. Secercah harapan bersinar bagi masyarakat di kampung Ntobo.

Rencana selanjutnya, sebagai bagian dari strategi memperkuat kerja penenun di kampungnya dan memperluas pasar, Yuyun akan membuka peluang bermitra atau berkolaborasi dengan berbagai pihak di wilayah NTB dan para pihak di luar daerahnya. Selain itu, kata Yuyun, juga akan mulai berkomunikasi dengan pengusaha eksport dan import, dan Pemerintah Pusat.

Ketika UKM Dina yang dirintisnya bersama perempuan-perempuan penenun di desanya menerima penghargaan Indonesia Satu Award, ia mengaku tak pernah berpikir bisa mendapatkannya. “Tidak ada yang menyangka UKM Dina yang saya rintis ini bakal mendapat penghargaan di tengah gencarnya persaingan UKM di negeri ini yang terus berinovasi,” katanya,

Penghargaan ini, menurut Yuyun melampaui harapannya. Ini menjadi cemeti baginya untuk terus mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam menciptakan motif-motif baru. “Penghargaan ini terus terang telah meningkatkan identitas kami pada konsumen sebagai UKM yang berkarakter dan inovatif,” ujarnya.

Ke depannya, Yuyun berniat untuk terus mengenalkan Ntobo sebagai kampung tenun dengan mendorong banyaknya wisatawan datang melihat proses pembuatan kain tenun. “Cakupan pemasaran UKM Dina semakin luas dan merambah pasar luar negeri,” pungkasnya.

Harapan Yuyun tentu cukup beralasan. Sebagaimana dirilis tempo.co, kain tenun (muna ro medi) sudah dikenal masyarakat Bima sejak lama. Dalam catatan sejarah, sejak awal abad ke-15 muna ro medi telah dipasarkan ke berbagai wilayah Nusantara. Bahkan, Tome Pires, orang Portugis yang ke Mbojo pada 1513, mencatat sudah banyak pedagang Mbojo yang membawa berbagai jenis barang dagangan sampai ke Malaka.***

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.