Panggung teater musikal selalu datang dengan konsep yang baru. Kali ini datang dari komunitas Fantasi Tuli dan Cerita Beda Hak Sama (CBHS).
Membawakan pertunjukan dengan judul Jemari, musikal ini melibatkan teman tuli dan teman dengar. Ini juga sekaligus menjadi musikal tuli pertama di Indonesia dalam rangka menyambut Hari Disabilitas Sedunia yang diperingati setiap tanggal 3 Desember.
Direncanakan berlangsung pada 3–7 Desember 2025 mendatang di Salihara, “Jemari” bukan sekedar pertunjukan yang mengajak teman tuli dan teman untuk membawa cerita di panggung teater. Lewat pertunjukan ini, kedua komunitas ini ingin menyampaikan kalau inklusivitas bukan hanya sekedar konsep, melainkan sebuah pengalaman nyata yang bisa dirayakan dan dibagikan.
Sebuah Pengalaman Multisensori
Dapat dilihat dari tiga babak yang ditampilkan pada konferensi pers yang berlangsung di Galeri Indonesia Kaya, Kamis (20/11/2025), emosi dan pesan yang disampaikan tidak hanya dari akting dan ekspresi. Pertunjukan ini juga menyuguhkan pengalaman teater multisensori yang menggabungkan bahasa isyarat, komposisi gerak, musik, hingga desain visual.

Mini Show Teater Musikal Jemari di Galeri Indonesia Kaya | Foto: Dokumentasi Pribadi/Almer Sophian
Karena itulah pertunjukan ini juga dapat dinikmati semua kalangan tanpa perlu pendamping khusus. Oleh karena itu, proses kali ini disutradarai oleh dua orang, yaitu Palka Kojansow (Sutradara Dengar) dan Hasna Mufidah (Sutradara Tuli).
Harapannya, lewat teater musikal ini, nantinya mereka dapat menyampaikan pengalaman yang dirasakan teman tuli dan teman dengar dalam kehidupan sehari-hari, di tengah hiruk-pikuk yang terjadi di Indonesia.
“Ini layaknya media untuk mengomunikasikan kalau teman tuli dan teman dengar itu hidup bersama. Namun, mereka butuh bantuan kita sebagai teman dengar yang memiliki akses kepada suara untuk mengkomunikasikan apa keinginan dan maksud dari lingkungan sekitar.” ujar Adel, salah satu pemain dari musikal Jemari.
Sinopsis “Jemari”
Ceritanya sendiri akan berfokus kepada Mentari, seorang penari tuli yang kehilangan semangat menari setelah ayahnya, Gusti, yang dikenal sebagai musisi legendaris meninggal dunia. Dunianya terasa sunyi dan hampa hingga suatu hari datang seorang produser muda bernama Awan yang bermaksud menghidupkan kembali studio peninggalan ayahnya.
Di tengah proses pemulihan studio, Awan menemukan lagu terakhir Gusti yang berjudul “Lagu untuk Mentari” yang kemudian membuat luka Mentari kembali terbuka.
Namun di sisi lain, karena mereka sering bersama, lambat laun tumbuh perasaan yang tak pernah direncanakan. Mereka jatuh cinta tetapi ada pertanyaan yang tersimpan “Apakah cinta antara tuli dan dengar dapat bersatu?"
Harapan dan Tujuan Kedepannya
Dengan adanya Jemari, CBHS berharap ke depannya akan banyak teman tuli yang mau ikut berproduksi dalam sebuah pertunjukan musikal. Karena berbicara tentang penampil dengan kebutuhan khusus dalam panggung seni, ini bukanlah pertama kalinya.
Dalam beberapa pertunjukan, mereka juga sudah melibatkan beberapa teman tuli. Namun sayangnya, tidak banyak yang menyadari hal itu.

Tim Produksi Jemari, Teater Musikal Tuli Pertama di Indonesia | Foto: Dokumentasi Pribadi/Almer Sophian
Jadi, tujuan lain dari pertunjukan Jemari adalah ini bisa menjadi pesan untuk menunjukkan kalau dalam panggung seni, bahasa yang digunakan hanya satu. Tidak ada perbedaan antara bahasa sehari-hari dan bahasa isyarat.
Meski terdengar sulit, tetapi pada akhirnya produksi ini justru membuat penentuan blocking dalam posisi di panggung harus dipikirkan secara detail dari biasanya. Selain itu juga, dalam prosesnya, Palka menyampaikan menemukan cara baru dalam bertukar aba-aba dalam menemukan kode perpindahan.
Seperti pada adegan Mufi membelakangi Jonah. Aba-aba berganti bagiannya bukan dari musik atau dialog sebelumnya, tetapi lewat permainan lampu. Ketika lampu sudah menyorot Mufi, tandanya bagian Jonah sudah selesai dan berganti pada dirinya.
Di akhir sesi, Fantasi Tuli dan CBHS juga berharap, ini bukan hanya tentang membuat rekor baru dan menyampaikan pesan, tetapi “Jemari” juga dapat mengambil peranan besar dalam menciptakan kesetaraan peluang untuk teman tuli ke banyak sektor, tidak hanya di panggung musikal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News