Lebah menyimpan salah satu keajaiban genetika paling unik di dunia hewan. Di balik hiruk-pikuk mereka ketika mengumpulkan nektar, ada rahasia besar yang jarang diketahui: lebah jantan dapat lahir dari telur yang sama sekali tidak dibuahi.
Fenomena langka ini disebut haplodiploidy, sebuah sistem biologis yang membuat lebah jantan hanya memiliki satu set kromosom tanpa sedikit pun kontribusi dari ayah.
Bayangkan, seekor makhluk hidup yang hadir ke dunia hanya berbekal materi genetik sang ibu. Sementara itu, lebah betina, baik ratu maupun para pekerja, berasal dari telur yang dibuahi sehingga membawa dua set kromosom.
Keunikan biologis ini berdampak langsung pada struktur sosial lebah. Sang ratu memiliki kemampuan menakjubkan untuk “memilih” nasib setiap telur yang ia keluarkan: apakah akan tumbuh menjadi lebah pekerja atau seekor jantan yang kelak terbang tinggi untuk kawin.
Kemampuan tersebut diatur oleh organ penyimpanan sperma bernama spermatheca, sebuah mekanisme yang tampak sederhana, tetapi sesungguhnya menunjukkan kecerdasan biologis luar biasa. Sistem ini memungkinkan koloni lebah mempertahankan keseimbangan populasi antara pekerja, jantan, dan ratu baru demi kelangsungan hidup koloni.
Menariknya, haplodiploidy juga menjadi dasar keharmonisan sosial lebah. Para pekerja betina memiliki kedekatan genetik yang sangat tinggi satu sama lain lebih tinggi daripada hubungan ibu dan anak pada hewan lain.
Tingkat kekerabatan yang tinggi inilah yang mendorong perilaku altruistik ekstrem, seperti saling merawat, membangun sarang, mempertahankan koloni, dan mengorbankan diri demi ratu. Kehidupan lebah adalah wujud elegan dari evolusi yang bekerja secara halus namun sangat efektif.
Keunikan biologis itu berkelindan dengan peran besar lebah dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Setiap tanggal 20 Mei, dunia memperingati World Bee Day sebagai bentuk pengingat bahwa keberadaan lebah tidak hanya penting, tetapi juga mendesak untuk dilestarikan.
Sekitar 86% tanaman berbunga bergantung pada penyerbukan yang diperantarai hewan, terutama lebah. Tanpa mereka, banyak tanaman tidak dapat berkembang biak dengan optimal.
Lebih jauh, tren global menunjukkan meningkatnya kebutuhan tanaman terhadap penyerbukan. Dalam konteks pangan, tiga dari empat tanaman penghasil buah atau biji yang dikonsumsi manusia memerlukan bantuan penyerbuk.
Secara ekonomi, nilai jasa penyerbukan di seluruh dunia diperkirakan mencapai €153 miliar per tahun. Bagi sektor pertanian, dampaknya nyata: penyerbuk memengaruhi 35% lahan pertanian global dan mendukung produksi 87 komoditas pangan utama, mulai dari kopi, alpukat, apel, kacang-kacangan, hingga berbagai jenis sayuran.
Penelitian menunjukkan bahwa 75% buah dan sayuran mengalami peningkatan produksi ketika dikunjungi penyerbuk. Bahkan, ketika keragaman penyerbuk terjaga dengan baik, hasil panen bisa meningkat hingga 25%. Artinya, lebah bukan hanya serangga yang bekerja tanpa henti; mereka adalah mesin kecil yang menjaga kestabilan rantai pangan dunia.
Namun, semua keajaiban ini terancam oleh menurunnya populasi penyerbuk. Fragmentasi habitat, pestisida, perubahan iklim, serta penyakit yang menyerang lebah menyebabkan banyak spesies mengalami penurunan drastis. Dampaknya tidak hanya terasa pada ekosistem, tetapi juga pada sektor pertanian dan ekonomi global.
Jika penyerbuk terus menurun, ketahanan pangan manusia pun ikut terganggu.
Di balik dengungan kecil yang sering kita abaikan, lebah menyimpan kisah besar tentang bagaimana kehidupan berlangsung dengan begitu elegan. Dari keajaiban genetika haplodiploidy, harmoni sosial dalam koloni, hingga kontribusinya dalam menyediakan pangan untuk tujuh miliar manusia, lebah memiliki peran vital sebagai penjaga senyap keberlanjutan bumi.
Referensi:
- Gallai, N., Salles, J.M., Settele, J., & Vaissière, B.E. (2009). Economic valuation of the vulnerability of world agriculture confronted with pollinator decline. Ecological Economics, 68(3), 810–821.
- Klein, A.M., Vaissière, B.E., Cane, J.H., Steffan-Dewenter, I., Cunningham, S.A., Kremen, C., & Tscharntke, T. (2007). Importance of pollinators in changing landscapes for world crops. Proceedings of the Royal Society B, 274(1608), 303–313.
- United Nations. (2024). World Bee Day. UN Department of Global Communications.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News