sk trimurti tokoh inspiratif perempuan dalam gerakan buruh dan dunia pers indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

S.K. Trimurti Tokoh Inspiratif Perempuan dalam Gerakan Buruh dan Dunia Pers Indonesia

S.K. Trimurti Tokoh Inspiratif Perempuan dalam Gerakan Buruh dan Dunia Pers Indonesia
images info

S.K. Trimurti Tokoh Inspiratif Perempuan dalam Gerakan Buruh dan Dunia Pers Indonesia


S.K. Trimurti atau Soerastri Karma Trimurti merupakan salah satu tokoh perempuan pada masa gerakan kemerdekaan Indonesia yang berprofesi sebagai penulis, jurnalis, dan guru.

Kisah dan perjuangannya di zaman kolonial Belanda begitu menginspirasi, khususnya bagi kaum perempuan. Trimurti dikenal dengan tulisannya yang berani dan sosoknya yang kuat di dunia pers.

Pada artikel kali ini, GNFI telah merangkum biografi dan kisah perjalanan Trimurti sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia. Yuk, simak informasinya dengan seksama ya, kawan!

Biografi S.K Trimurti

S.K Trimurti lahir di Desa Sawahan, Boyolali pada 11 Mei 1912. Ia merupakan anak dari R.Ng. Salim Banjarsari Mangunsuromo dan Raden Ayu Saparinten Mangunbisomo yang termasuk ke dalam abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.

Trimurti menempuh sekolah dasarnya di Ongko Loro atau Tweede Inlandsche School (TIS), kemudian melanjutkannya ke sekolah perempuan Meisjes Normaal School (MNS) di Solo selama 4 tahun. Ia lalu melanjutkan profesinya sebagai pengajar di Sekolah Latihan.

Selain mengajar, Trimurti juga aktif menjadi anggota Rukun Wanita dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Budi Utomo di Banyumas.

Tak lama setelah itu, Trimurti memutuskan pindah ke Bandung dan bergabung dengan Partindo cabang Bandung. Partindo aktif menggelar rapat dan terbuka bagi anggota baru.

Pada 1993, Trimurti bersama Sanusi Pane mendirikan Perguruan Rakyat di Pasirkaliki, Bandung.

Ia kemudian mengajar siswa-siswa di sana mengenai cara mencintai tanah air, memiliki harga diri, dan keteguhan untuk tidak mau dijajah.

Perguruan ini kemudian dikecam oleh Belanda karena dianggap membahayakan murid-muridnya. Trimurti dikenakan larangan mengajar atau yang saat itu disebut dengan istilah onderwijs verbond.

Perjalanan dalam Dunia Pers

Perjalanan Trimurti di dunia pers bermula ketika Presiden Soekarno menyuruhnya menulis sebuah artikel di Harian Fikiran Rakjat. Meskipun sempat menolak, Trimurti kemudian membuat tulisan pertamanya di surat kabar tersebut. Tulisannya berisikan opini mengenai semangat kemerdekaan dengan latar belakang penjajahan Belanda.

Pada tahun 1934, Presiden Soekarno dibuang ke Ende Flores dan beberapa media mulai hilang arah. Trimurti kemudian terus mengasah kemampuannya di dunia pers dan mulai menulis untuk surat kabar Berdjoeang di Surabaya.

Trimurti terus memproduksi tulisan lewat majalah dan surat kabar di berbagai media, mulai dari Bedug hingga Suara Marheni, media massa khusus perempuan pada tahun 1938. Ia kemudian mendirikan media massa Pesat bersama Sayuti Melik, suaminya.

Pada 1939, media massa tersebut dibredel dan Trimurti harus mendekam di Penjara Blitar hingga tahun 1943 karena aktivitasnya dinilai menyudutkan Jepang.

Pada 1960, ia kembali aktif menulis dan terus menyuarakan hak-hak perempuan di berbagai surat kabar seperti Harian Rakjat dan Api Kartini. Pada masa itu, Trimurti menggunakan nama pena "Mak Ompreng" yang dalam KBBI "ompreng" berarti besek kecil wadah menaruh nasi dan lauk pauk. Hingga pada 1972, Trimurti berhasil menerbitkan majalh kebatinan yang berjudul Mawas Diri.

Kiprah di Organisasi dan Politik

Mengutip dari Jurnal Sejarah dan Budaya, Trimurti memulai kiprahnya di organisasi dan politik saat ia bergabung dengan Partindo pada 1933 dan berguru langsung dengan Soekarno. Semasa di Partindo, Trimurti aktif menyuarakan dan menyinggung pemerintah hingga ia ditangkap dan diinterogasi langsung di penjara.

Pada tahun 1935, ia pergi ke Yogyakarta dan mulai mendirikan Pengurus Besar Persatuan Marhaeni Indonesia (PMI) bersama Sri Panggihan. PMI bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan memberikan pendidikan politik bagi perempuan Indonesia.

Trimurti juga bergabung dengan partai politik Gerindo. Seiring dengan diskusi-diskusi politik mempertemukannya dengan suaminya yaitu Sayuti Melik. 

Saat memasuki persiapan kemerdekan, Trimurti juga menjadi saksi diadakannya rapat-rapat BPUPKI. Ia juga berperan dalam menyebarkan berita kemerdekaan ke daerah-daerah dan menjadi anggota KNIP yang turut membantu pekerjaan presiden sebelum dibentuknya DPR MPR.

Pasca kemerdekaan, Trimurti juga aktif dalam Partai Buruh Indonesia dan BBW (Barisan Buruh Wanita) sekaligus menjadi ketuanya. Organisasi ini aktif memberikan pelatihan politik kepada kaum perempuan.

Kisah Ketahanan dan Perjuangan

Sepanjang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Trimurti dikenal dengan kisah ketahanan dan keberaniannya dalam menyuarakan pendapat. Pada masa kolonial Belanda, terdapat peraturan mengenai vergader-verbod yang berisi larangan mengadakan rapat-rapat. Trimurti mengacuhkan aturan tersebut dan mengadakan rapat umum bagi perempuan.

Karena aktivitas tersebut, Trimurti kemudian ditangkap dan seterusnya menjadi incaran polisi Belanda.

SK Trimurti juga menjadi salah satu tokoh muda yang mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia secara mandiri. Ia terlihat dalam foto detik-detik proklamasi yang diambil oleh Alex Mendur dan Frans Mendur di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta.

Pasca kemerdekaan, ia diangkat menjadi Menteri Perburuhan pada era kabinet Amir Sjarifoeddin. Saat menjadi menteri, ia melahirkan sejumlah UU terkait kaum pekerja seperti Undang-Undang Kecelakaan No.33 tahun 1947.

Semangat perjuangan Trimurti dalam menyuarakan kemerdekaan Indonesia baik melalui tulisan dan kiprahnya di dunia politik menjadi inspirasi dan warisan tersendiri, khususnya di dunia pers Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.