petik gitar guntur soekarnoputra ramaikan istora senayan - News | Good News From Indonesia 2025

Petik Gitar Guntur Soekarnoputra Ramaikan Istora Senayan

Petik Gitar Guntur Soekarnoputra Ramaikan Istora Senayan
images info

Petik Gitar Guntur Soekarnoputra Ramaikan Istora Senayan


Petik gitar Guntur Soekarnoputra seolah menentang titah kebijakan pemerintah. Ketika ayahnya melarang musik Barat, ia justru genjrang-genjreng sesuka hati bak personil The Beatles di mana saja. Di rumah, di pementasan, sampai di acara amal. Meski samar, kiprahnya dalam bermusik abadi dalam lembaran sejarah musik Indonesia.

Demam rock and roll melanda dunia pada 1950-an. Salah satu aktor kesuksesan genre musik ini adalah pemuda karismatik dari Missisipi, Amerika Serikat, bernama Elvis Presley. Berbekal suara berat aduhai dan gerakan badan liat nan energik, Elvis mampu memancing penonton perempuan hingga menjerit kegirangan saat melihat penampilannya di atas panggung.

Rock and roll semakin berkembang pada 1960-an. Sejumlah musisi baru lantas bermunculan meramaikan genre musik ini. The Beatles adalah contoh lainnya. Grup musik asal kota pesisir barat Inggris itu menggebrak dengan banyak lagu ngehit yang mengudara di banyak negara.

Tak terkecuali Indonesia. Pelan-pelan pemuda dan pemudi tanah air juga terkena “sihir” rock and roll. Mulanya mendengarkannya, lalu menyanyikannya, dan kemudian beberapa berani memainkannya.

Namun, rock and roll tidak mendapatkan restu dari Presiden Republik Indonesia pertama, Sukarno. Sang Putra Fajar teramat jengah dengan kemunculan genre musik yang disebutnya ngak-ngik-ngok ini. Ia memandang rock and roll yang dipopulerkan Elvis dan The Beatles adalah produk budaya Barat yang berlawanan dengan revolusi dan budaya nasional.

Ironisnya, putra sulung Sukarno, Mohammad Guntur Soekarnoputra justru memainkan musik tersebut sewaktu muda. Kala imbauan dan pelarangan itu diserukan, Guntur asyik genjrang-genjreng sana-sini dengan gitar kesayangan.

Petik Gitar Guntur Iringi Nyanyian Ibu

Untuk urusan bermusik, mungkin bisa dibilang Guntur muda adalah cerminan pemuda rebel alias pemberontak. Ini bukan mengada-ada, bukan opini GNFI semata. Guntur sendiri mengakui dirinya bandel karena saat ayahnya melarang musik Barat ia sedang terlena dengan lagu-lagu “ngak-ngik-ngok” Elvis dan The Beatles.

“Zaman Bapak melarang Elvis dan Beatles, saya malah Ngelvis. Saya memang anak bandel, lho. Tapi bandel yang terpimpin,” kata Guntur dalam Wartawan Bertanya, Guntur Sukarno Menjawab.

Guntur memilih gitar sebagai instrumennya dalam bermusik. Ia bebas genjrang-genjreng memainkan musik Barat dengan gitar karena pada saat masuk usia remaja memilih tinggal bersama ibunya, Fatmawati di luar Istana. Keputusan itu diambil setelah Sukarno menikah lagi dengan Hartini.

Kebayoran Baru, kota satelit Jakarta untuk pegawai negeri bermukim, kemudian menjadi tempat tinggal baru Guntur. Di sebuah rumah bergaya Eropa kuno sederhana yang terletak di Jalan Sriwijaya itu ia tinggal bersama sang ibu yang memang sedari kecil lebih dekat dengannya.

Guntur dan Fatmawati. Keduanya kompak melakukan aktivitas bersama di kehidupan yang jauh lebih sederhana. Salah satu aktivitas mereka ialah bermusik. Majalah mingguan, Star Weekly dalam edisi 8 Oktober 1960 pernah meliput kebersamaan keduanya bermain musik dengan tamu-tamu spesial.

Fatmawati bernyanyi diiringi instrumen musik yang dimainkan Guntur dan sejumlah musisi ibu kota. (Foto: Star Weekly)
info gambar

Fatmawati bernyanyi diiringi instrumen musik yang dimainkan Guntur dan sejumlah musisi ibu kota. (Foto: Star Weekly)


Adikarso, Sudarnoto, Suroso, Gordon Tobing, dan beberapa musisi ternama ibu kota hadir di kediaman Fatmawati. Dalam momen tersebut, Fatmawati menyanyikan lagu daerah Sulawesi Selatan, “Anging Mamiri” yang diiringi permainan instrumen dari para musisi yang diundang. Adapun Guntur juga ikut ambil bagian dalam latihan musik itu dengan memainkan gitarnya.

“Guntur, putra Presiden, yang sebagaimana mungkin pembaca telah ketahui adalah pemimpin band Ria Remadja,” tulis Star Weekly.

Bintang Pentas di Istora Senayan

Guntur si anak band. Sekalipun ayahnya melarang keras, ia tetap berani genjrang-genjreng memainkan lagu ala Barat. Jadi tidak cuma di rumah, Mas Tok – sapaan akrab Guntur – juga memainkan gitar di pementasan.

Ria Remadja yang dipimpin Guntur sendiri sudah terkenal namanya pada awal 1960-an. Karena faktor itulah undangan untuk manggung menjadi berdatangan. Menariknya, salah satu undangan didapat dari organisasi Badan Permukatan Kesedjahteraan Anak-anak (BAPERKA) yang dibentuk instansi pemerintah, Kementerian Kesejahteraan Sosial.

Ceritanya, BAPERKA mengadakan acara panggung anak-anak di danau Situ Lembang, Jakarta 8 Januari 1962. Acara itu sendiri mendapat predikat “panggung anak-anak pertama di Indonesia” di mana anak-anak bisa memperlihatkan bakatnya di depan umum.

Berbagai hiburan dari bintang tamu dipersiapkan demi meramaikan acara. Salah satu bintang yang hadir ialah sosok pendidik anak, Soerjono alias Pak Kasur yang memang menjadi otak penting acara. Selain itu, Guntur dengan band Ria Remadja-nya turut diundang untuk menyuguhkan musik ke anak-anak.

“Guntur Soekarnoputra dengan band Ria Remadja akan ikut serta menyegarkan suasana,” lapor Merdeka dalam artikel “Anak² Akan Punja Panggung Di Situ Lembang” terbitan 8 Januari 1962.

Istana Olahraga (Istora) Senayan dibuka pertama kali pada 1961. Tujuan awal gedung ini didirikan ialah untuk menjadi arena laga olahraga dalam ruangan, tapi seiring waktu, acara-acara non-keolahragaan juga digelar di tempat itu.

Pada 1964 contohnya, petik gitar Guntur Soekarnoputra menggema seisi Istora. Saat itu ia tergabung bersama grup band Bandung, Aneka Nada yang personilnya adalah mahasiswa dari berbagai kampus kota tersebut.

Guntur (tengah) bersama rekan personilnya, Iman dan Iwan, memainkan gitar di Istora Senayan. (Foto: Varia)
info gambar

Guntur (tengah) bersama rekan personilnya, Iman dan Iwan, memainkan gitar di Istora Senayan. (Foto: Varia)


Tampil di Istora, Aneka Nada berkolaborasi dengan band Jakarta, Eka Sapta dalam acara bertajuk “Malam Amal Priangan”. Acara itu sendiri digelar untuk pengumpulan dana sukarela demi menyukseskan operasi Dwikora yang dicetus sejak awal 1964. Itu artinya, acara band-bandan tersebut mendapat dukungan Sukarno. Adapun Fatmawati bertindak sponsor acara.

Guntur mencuri perhatian saat pementasan. Bukan hanya karena predikatnya sebagai anak Presiden, tapi memang murni berkat kepiawaiannya bermain instrumen musik. Selain gitar, ia juga memainkan drum yang sanggup mencuri perhatian penonton.

“Tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa Mas Tok-lah yang merupakan motor dari band ini. Seperti juga terbukti pada malam itu misalnya, di samping memainkan gitar, ada kalanya pula ia muncul di depan vibrafon. Bahkan malam itu ia pun tidak segan-segan mengadakan demonstrasi solo drum, yang mendapat sambutan hangat dari para penonton,” tulis Varia dalam artikel “Aneka Nada bersama Eka Sapta, Menghangatkan Malam Priangan” edisi 16 September 1964.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.