Setiap tanggal 24 November, masyarakat Gayo Lues memperingati momen penting dalam sejarah budaya nasional, yakni pengakuan Tari Saman sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO pada tahun 2011.
Peringatan ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sebuah pengingat tentang betapa kayanya khazanah budaya kita dan bagaimana tradisi lokal mampu menembus batas global.
Tari Saman, yang berasal dari dataran tinggi Gayo Lues, bukan hanya dikenal karena keindahan geraknya yang cepat dan kompak. Lebih dari itu, Saman adalah simbol persatuan, kekuatan kolektif, dan kebijaksanaan para leluhur. Lantunan syairnya memuat nasihat, dakwah, dan filosofi hidup yang diwariskan turun-temurun.
Setiap hentakan dada, setiap tepukan tangan, setiap gerakan yang serempak mencerminkan satu hal: bahwa kebersamaan selalu lebih kuat daripada individu yang berjalan sendiri.
Dengan demikian, setiap tanggal 24 November masyarakat Gayo Lues memperingatinya sebagai Hari Saman dan menjadi pengingat juga kepada generasi muda bahwa Tari Saman dari Gayo Lues sudah diakui oleh dunia.
Tari Saman Massal dalam Memperingati Hari Saman
Dalam memperingati Hari Saman tanggal 24 November 2014, pernah diadakan Tari Saman Massal yang ditargetkan mencapai 5.000 penari. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh desa yang ada di Gayo Lues serta suku Gayo yang berdomisili di kabupaten lain seperti Aceh Timur, Aceh Tengah, hingga Bener Meriah di Lapangan Stadion Negeri Seribu Bukit.
Namun, ketika pelaksanaannya di tanggal yang telah ditetapkan, jumlah penari melebihi target awal, yakni mencapai 5.057 penari dan memecahkan rekor MURI. Hal ini menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Gayo Lues.
Tari Saman 10.001
Setelah sukses menyelenggarakan Saman Massal 5.000 orang, kegiatan serupa juga kembali diadakan pada tanggal 13 Agustus 2017 dengan target penari 10.001. Lagi-lagi, jumlah penari pada akhirnya kembali melebihi target, yakni mencapai 12.262 orang dan kembali memecahkan rekor MURI dan dunia.
Meskipun, Saman Massal kali ini diselenggarakan tidak bertepatan dengan Hari Saman, tema yang diusung dalam kegiatan ini tetap mengedepankan Tari Saman sebagai Warisan Dunia yang telah ditetapkan UNESCO.
Bahkan, dalam bait-bait lagu yang dilantunkan, banyak berisi cerita tentang hal tersebut. Misalnya salah satu lirik yang berbunyi "Sudah 5 tahun, Saman disahkan di UNESCO, ari tanoh Gayo jadi warisa dunie, warisan dunie".
Warisan yang Harus Dijaga
Pengakuan UNESCO pada tahun 2011 menjadi titik balik penting bagi pelestarian Saman. Saat itu, Saman masuk dalam kategori Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding, artinya dunia mengakui keindahannya, tetapi sekaligus khawatir terhadap keberlanjutannya.
Sejak itulah berbagai upaya dilakukan mulai dari regenerasi pelatih, festival tahunan, program pembinaan di sekolah, hingga kolaborasi lintas negara. Ini untuk memastikan bahwa Saman tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang mengikuti zaman.
Di Gayo Lues sendiri, Saman bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi ia adalah identitas. Anak-anak dibesarkan dengan pepatah, syair, dan rasa bangga terhadap warisan ini.
Saman telah menjadi ruang belajar tentang disiplin, kekompakan, ketahanan fisik, dan terutama kebudayaan yang mempersatukan.
Pada peringatan 14 tahun pengakuan UNESCO, kita diajak untuk melihat kembali Saman bukan sekadar sebagai tarian. Ia adalah narasi panjang tentang sejarah, adat, religiusitas, dan kehidupan masyarakat Gayo.
Saman mengajarkan bahwa kebudayaan hanya akan hidup ketika ada generasi yang mencintai dan merawatnya.
Tantangan modernisasi, globalisasi, dan pergeseran minat generasi muda harus dihadapi dengan kreatif tanpa menghilangkan nilai-nilai dasarnya.
Hari Saman menjadi momentum untuk menguatkan komitmen bahwa warisan budaya bukan sesuatu yang cukup dibanggakan, tetapi harus terus dijaga. Bahwa Saman bukan hanya milik Gayo, Aceh, ataupun Indonesia, melainkan sudah menjadi milik dunia.
Tugas kita adalah memastikan bahwa dunia akan terus melihatnya, mendengarnya, dan mengaguminya. Karena pada akhirnya, Saman adalah bahasa persatuan, bahasa tubuh, syair, ritme, dan jiwa yang bersuara dalam satu harmoni.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News