Sepak bola Indonesia berduka. Ronald Gustaf Pasla atau Ronny Pasla dinyatakan telah meninggal dunia. Eks kiper Timnas Indonesia itu berpulang pada Senin, 24 November 2025 dalam usia 79 tahun.
Ronny semasa hidupnya bermain sepak bola untuk PSMS Medan dan Persija. Kepiawaiannya di bawah mistar gawang membuatnya menjadi langganan dipanggil Timnas Indonesia, mengganti peran kiper kawakan lainnya, Yudo Hadianto.
Saat membela Tim Merah-Putih di gelanggang internasional, Ronny kerap bertemu tim-tim yang diperkuat pemain kenamaan. Sebut saja salah satunya Pele saat “Sang Raja” sepak bola itu datang ke Indonesia pada 1972.
Potret Ronny Pasla pada 1976. (Foto: Merdeka)
Selain Pele, juga ada Eusebio. Jauh sebelum era Cristiano Ronaldo, Eusebio inilah bintang dari Timnas Portugal. Bersama klubnya, Benfica, Eusebio dua kali tampil di Indonesia pada 1972 dan 1973. Jadilah pemilik julukan “Si Macan Kumbang” itu mengenal betul pemain-pemain Indonesia yang menurutnya jago salah satunya Abdul Kadir.
Pada lawatan keduanya, Eusebio bersama Benfica-nya menghadapi Timnas Indonesia di Stadion Utama Senayan (kini Stadion Utama Gelora Bung Karno), Jakarta pada 14 Februari 1973. Indonesia saat itu memang kalah 1-4 dari Benfica, tetapi Eusebio memberikan kredit tersendiri bagi Ronny yang mampu bermain cekatan sepanjang laga.
Eusebio dan Cristiano Ronaldo pada 2009. Sebelum Ronaldo, Eusebio adalah ikon sepak bola Portugal. (Foto: El Pais)
“Dia (Ronny Pasla) benar-benar hebat. Beberapa kali ia menyelamatkan gawang dari tembakan-tembakan sulit termasuk dari saya,” kata Eusebio dikutip Good News From Indonesia dari laporan wartawan Kompas, Sumohadi Marsis dalam artikel “Eusebio Berhenti Main Bola 2 Tahun Lagi – Kagumi Ronny Paslah” terbitan 17 Februari 1973.
Ronny Pasla pernah membawa Timnas Indonesia juara Anniversary Cup edisi ketiga. Saat itu Indonesia yang diperkuatnya mengalahkan Korea Selatan 5-2 dalam laga final di Stadion Utama Senayan pada 20 Juni 1972.
Pada pengujung 1970-an, Ronny mundur dari Timnas Indonesia. Setelah mundurnya Ronny, PSSI melakukan regenerasi dan munculah kiper-kiper baru seperti Purwono, Endang Tirtana, dan Bonar Tobing. Ketiga kiper itu sayangnya dinilai belum bisa mencapai level Ronny sehingga PSSI pernah memanggilnya kembali pada 1981. Akan tetapi, Ronny menolak dengan alasan ingin fokus bekerja sebagai pegawai kantoran dan mengurus keluarganya.
Kini Ronny sudah berpulang. Ia meninggalkan seorang istri dan enam orang anak. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur pada Selasa (25/11/2025) siang WIB.

Mantan pemain Timnas Indonesia, Anjas Asmara memberi pidato untuk rekan setimnya Ronny Pasla yang telah berpulang. (Foto: Good News From Indonesia/Dimas Wahyu Indrajaya)
“Saya sama dia sekampung. Banyak kami berpikiran masalah sepak bola. Dia adalah pesepak bola ideal. Suatu kali kami final di Gelora Bung Karno lawan Korea Utara. Kami sudah leading 3-1. Iswadi bikin gol, Junaedi bikin gol, Waskito bikin gol. Saya tidak gol, Suaeb Rizal tidak gol, Oyong Liza tidak gol. Kalahlah kami 4-3. Tapi dia membesarkan hati kami semua agar jangan putus asa. Ronny adalah satu-satunya pemain Indonesia yang bisa menahan tendangan Pele. Luar biasa! Ini contoh terhadap pemain muda, seorang legenda yang tidak banyak omong,” kata Anjas Asmara menceritakan kesan-kesannya terhadap Ronny Pasla, rekan setimnya di Timnas Indonesia 1970-an.
Selamat jalan, Ronny Pasla. Baktimu untuk sepak bola Indonesia akan terus kami kenang!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News