Borneo Flasher adalah sekolah pelatihan dan kursus servis handphone (HP) dan smartphone yang mengawali eksistensinya di Kalimantan (Borneo). Kini basis operasional mereka meluas sampai di Jawa Tengah yang dijadikan sebagai tempat berkumpulnya para calon teknisi profesional dari seluruh Indonesia.
Tangan-tangan andal teknisi Borneo Flasher bekerja apik mereparasi gawai-gawai pelanggan yang tak berfungsi. Kepiawaian mereka pun membuahkan hasil dengan semakin dipercayanya mereka di mata publik.
Menariknya, awal dari pembentukan Borneo Flasher berakar dari forum diskusi Kaskus. Saling sharing mengenai dunia reparasi pun dilakukan sehingga terbentuklah sekolah pelatihan dan kursus gawai tersebut.
Berawal dari Kaskus
Kaskus adalah situs forum komunitas online pertama dan terbesar di Indonesia. Dari dulu hingga kini, situs ini menjadi ruang berbagi dan membangun komunitas oleh banyak kalangan.
Pendiri Borneo Flasher, Rizal Arsyad Dini salah satu yang aktif nimbrung di situs tersebut. Berawal dari saling sharing hingga berdebat maka dari situ munculah Borneo Flasher.
“Kalau dulu ada Kaskus-nya teman-teman untuk sharing. Kita dulu punya IndoFlasher. Itu tempat sharing, jago-jagoan. Kita sama-sama teknisi sharing di situ. Alhamdulillah seiring waktu mulai ada yang ingin ikut kelas satu orang, dua orang,” kata Rizal Arsyad Dini kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Borneo Flasher sejak 2007 membuka kelas untuk teknisi. Bisa dibilang sekolah reparasi gawai ini berkelas internasional karena peserta kursus yang hadir ada yang berasal dari laur negeri.
“Ada juga siswa yang datang ke Indonesia dari Malaysia, dari Inggris pernah datang, dari India pernah untuk belajar di tempat kita di Boyolali. Sekarang tempatnya di Boyolali, Jawa Tengah,” ungkapnya.
Tamatan SMP
Hal menarik baru-baru ini mengenai Borneo Flasher adalah mereka tidak hanya mengusahakan namanya bergema dari ruang kerjanya semata. Di luar negeri prestasi telah mereka raih dengan menjuarai kompetisi antarteknisi level dunia.
Circuit Global Championship (CGC) adalah kompetisi memperebaiki gawai yang melibatkan teknisi dari seluruh dunia. Pada 17-18 September 2025, kompetisi ini diadakan di Guanzhou, Republik Rakyat Tiongkok dengan diikuti berbagai negara.
Perwakilan Indonesia sendiri adalah Borneo Flasher yang beranggotakan Rizal Arsyad Dini, Gume, Atnan Mubarok, Diki Arista, dan Gugum Gumilar. Kelimanya sukses keluar sebagai juara dunia setelah mencatatkan sebagai kontestan tercepat memperbaiki ponsel iPhone dengan watu 5 menit 36 detik 91 milidetik.
Pencapaian membanggakan tentu bagi Borneo Flasher mengingat mereka memiliki latar belakang beragam.
“Kami ini banyak yang dari orang-orang yang cuman dulu pengangguran lalu jualan pulsa, ngelihat orang servis kok enak, lalu dapat duit. Atau dia Gojek. Juara dunia kemarin itu tamatan SMP,” kata Rizal.
Rizal menambahkan, Borneo Flasher didirikan sebagai sekolah pelatihan teknisi ponsel sejak 2007. Di sekolah itu para calon teknisi diuji keterampilannya untuk menservis ponsel dalm waktu satu bulan saja.
Hasilnya pun terlihat kini. Para teknisi dengan tangan terampil yang sudah terasah meskipun bukan lulusan sarjana bisa sukses bekerja dan berprestasi saat berkompetisi.
“bisa ketemu menteri sekarang. Masyaallah. Bisa jadi teman-teman kita mungkin enggak ada yang sarjana tapi boleh penghasilannya insyaallah di atas sarjana,” ucap Rizal bangga.
Harapan untuk 2045
Cita-cita Indonesia menatap 2045 sangatlah besar. Pemerintah berharap pada tahun tersebut Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara maju.
Borneo Flasher pun memiliki mimpi yang serupa. Mereka berharap agar industri teknologi bisa berkembang pesat sehingga anak-anak Indonesia bisa membuat hape sendiri.
“Mudah-mudahan tahun 2045 sudah ada handphone buatan Indonesia,” ucap Rizal mewakili anggota Borneo Flasher yang lain.
Selain itu, Rizal juga berharap agar profesi teknisi gawai lebih dipandang baik di mata khalayak. Ia berharap demikian karena yakin teknisi sama bergunanya seperti profesi-profesi yang lain.
“Saya pengin suatu hari teman-teman lebih profesional. Profesi ini diakui sebagaimana profesi dokter, profesi kuasa hukum. Teknisi handphone ini bukan tukang servis, tapi sebuah profesi yang membanggakan. Jadi teman-teman itu kalau menikah, ‘Calon suamimu apa?’, ‘Seorang teknisi ponsel’. Wah, itu dianggap level seperti seorang dokter. Teman-teman ini orang-orang baik, berkualitas, tinggal bagaimana bisa membuat lebih formal ke sana,” ungkap Rizal penuh harap.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News