Pada awal abad ke-20, bangsa Indonesia memasuki fase baru, yaitu perjuangan melawan pemerintah kolonial melalui pembentukan organisasi massa, yang kemudian melahirkan ideologi perjuangan untuk kemerdekaan tanah air. Kemudian muncul sebuah gerakan, yaitu Syarikat Islam, yang menjadi organisasi Islam pertama yang berdiri di Indonesia pada abad ke-20.
Banyak orang mengira bahwa organisasi Budi Utomo-lah yang menjadi pelopor pergerakan nasional Indonesia karena berdiri pada tahun 1908. Namun, jauh sebelum Budi Utomo muncul, Sarekat Islam sudah lebih dulu hadir, tepatnya pada tahun 1905.
Selain itu, Budi Utomo sebenarnya merupakan organisasi yang keanggotaannya terbatas pada kalangan priyayi dan masyarakat Jawa saja, sehingga geraknya tidak sepenuhnya mewakili keberagaman Indonesia. Berbeda dengan itu, Sarekat Islam sejak awal justru menghimpun anggota dari berbagai latar belakang etnis dan kelas sosial.
Karena itulah, Sarekat Islam lebih layak disebut sebagai pionir pergerakan nasional, sebuah organisasi yang benar-benar mencerminkan wajah masyarakat Indonesia yang majemuk dan menjadi pendorong awal semangat kebangsaan yang lebih luas.
Lahir pada tahun 1905, Sarekat Islam awalnya didirikan oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto di kota Solo sebagai organisasi ekonomi yang bertujuan untuk melindungi kepentingan pedagang Muslim dari persaingan dengan pedagang non-Muslim.
Namun, seiring berjalannya waktu, Sarekat Islam berkembang menjadi organisasi politik yang lebih luas dengan misi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan memberikan perhatian terhadap masalah sosial dan ekonomi umat Islam.
Pemikiran yang mendasari berdirinya Sarekat Islam berfokus pada pemberdayaan umat Islam dalam menghadapi penjajahan Belanda dan mengatasi ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat.(HOS Tjokroaminoto dan Sarekat Islam dalam Representasi Hijrah-Perjalanan Tjokroaminoto: Tinjauan Teori Praksis Sosial dan Kapital Budaya Pierre Bourdieu, 2024)
Berdirinya Syarikat Islam (SI) merupakan akibat tidak langsung dari kebijakan politik etnis dalam bidang pendidikan yang diterapkan oleh Belanda. Kebijakan tersebut telah membangkitkan kesadaran nasionalisme dan intelektual di kalangan pemuda Indonesia, yang pada waktu itu jumlahnya masih sangat terbatas.
Para pemuda yang memperoleh pendidikan dari Belanda kemudian terinspirasi untuk mendirikan organisasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. (Dakwah Syarikat Islam Dan Kontribusinya Dalam Masyarakat Indonesia, 2020)
Ketika organisasi Sarekat Dagang Islam berada di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto, ia berhasil mengembangkan organisasi ini menjadi sebuah organisasi pergerakan yang sangat besar. Tjokroaminoto pun memutuskan untuk mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam yang telah resmi diakui oleh Pemerintah Kolonial Belanda dalam Akta Notaris Statuten pada tanggal 10 November 1912. Hal ini dilakukan supaya organisasi ini memiliki peluang untuk bergerak tidak hanya dalam bidang perekonomian saja, namun bisa bergerak di berbagai bidang yang lain terutama bidang politik.
Pada kongres tahunan yang diadakan pada tahun 1916, Cokroaminoto menjelaskan secara mendalam pentingnya adanya pemerintahan yang independen untuk rakyat Indonesia. Sementara itu, isu tentang pertahanan Hindia mulai banyak dibahas oleh kalangan kolonial tertentu, yang kemudian membentuk Komite Pertahanan Hindia.
Hal ini dianggap mempengaruhi perkembangan kesadaran politik di Indonesia. Pada bulan Juni 1916, di Bandung, diadakan kongres pertama yang dihadiri oleh 80 cabang Sarekat Islam (SI) dengan total anggota mencapai 360.000 orang.
Kongres ini dianggap sebagai "Kongres Nasional" karena SI berambisi untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi satu bangsa, yang berarti mempersatukan berbagai kelompok etnis di Indonesia. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, SI menyetujui pembentukan Komite Pertahanan Hindia, dengan syarat pemerintah membentuk Dewan Rakyat.(The Movement Of Sarekat Islam's Politics In Struggling National Independence In 1918-1945, 2017)
Menjelang kongres kedua SI yang diadakan pada tahun 1917 di Jakarta, muncul aliran revolusioner sosialis yang diwakili oleh Semaun, yang saat itu menjabat sebagai ketua SI cabang Semarang. Meski demikian, kongres tersebut tetap menetapkan bahwa tujuan utama SI adalah memperjuangkan pemerintahan sendiri dan berkomitmen untuk melawan penjajahan kapitalisme yang merugikan. Sejak kongres kedua ini, Cokroaminoto dan Abdul Muis mewakili SI dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
kesempatan ini juga digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peraturan-peraturan yang akan disusun bersama pemerintah kolonial Belanda. Harapan-harapan ini ingin diwujudkan melalui diplomasi, kerja sama, atau bahkan oposisi dengan anggota Volksraad lainnya. Meskipun pemerintah kolonial merasa khawatir dengan perkembangan pesat SI, tujuan jangka panjang gerakan ini bukanlah untuk secara terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan penuh, melainkan demi keamanan dan kelangsungan hidup SI itu sendiri.
Hingga tahun 1917, tujuan utama SI masih berfokus pada pemerintahan sendiri secara bertahap bagi rakyat Indonesia, yang mana untuk mencapai hal tersebut, SI merasa perlu mendukung pemerintah serta mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan.(Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, 1970)
Namun, pada kongresnya di Jakarta tahun 1917, SI mulai mengajukan tuntutan kemerdekaan, meskipun hal tersebut direncanakan akan dicapai melalui revolusi. Tuntutan ini menunjukkan bahwa SI semakin radikal, bahkan sering menyerang pejabat-pejabat pemerintah dengan cara yang lebih tegas.11 Para pangreh praja merespons perkembangan SI dengan dua pandangan berbeda.
Bupati yang progresif mendukung agar pangreh praja menduduki jabatan dalam cabang-cabang SI dan menyarankan agar perkembangan SI diterima dengan baik. Sementara itu, bupati yang konservatif menentang kehadiran SI, menganggapnya sebagai ancaman terhadap kewibawaan dan kedudukan mereka.(Peranan Sarekat Islam (SI) dan Muhammadiyah sebagai Gerakan Politik dan Pendidikan pada Masa Pergerakan Nasional, 2021)
Melihat perjalanan sejarahnya, jelas bahwa Sarekat Islam merupakan organisasi yang paling layak disebut sebagai pelopor pergerakan nasional di Indonesia. Berdiri lebih awal pada tahun 1905, bersifat terbuka bagi berbagai etnis, dan berkembang dari gerakan ekonomi menjadi kekuatan politik yang mendorong tuntutan kemerdekaan, Sarekat Islam benar-benar mencerminkan bangkitnya kesadaran kebangsaan yang luas.
Melalui kepemimpinan tokoh seperti H.O.S. Tjokroaminoto, organisasi ini tidak hanya menyatukan rakyat dari beragam latar belakang, tetapi juga menanamkan gagasan tentang pemerintahan sendiri, keadilan sosial, dan perjuangan melawan kolonialisme. Dengan pengaruh politik, jumlah anggota yang masif, serta kontribusinya dalam membangun kesadaran nasional di berbagai lapisan masyarakat, Sarekat Islam menempati posisi penting sebagai pionir yang membuka jalan bagi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan berikutnya dan bagi tumbuhnya gerakan nasional menuju kemerdekaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News