laulita poso memelihara ingatan menjaga identitas - News | Good News From Indonesia 2025

Laulita Poso: Memelihara Ingatan, Menjaga Identitas

Laulita Poso: Memelihara Ingatan, Menjaga Identitas
images info

Laulita Poso: Memelihara Ingatan, Menjaga Identitas


Poso adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang kaya akan sejarah, tradisi, dan kebijaksanaan lokal. Namun, di balik kekayaan itu, ada kenyataan lain yang perlahan-lahan terjadi: tradisi lisan mulai jarang disampaikan, dan cerita rakyat yang menjadi warisan pengetahuan nenek moyang kian hilang ditelan zaman.

Salah satu kekayaan budaya yang hampir tidak lagi banyak dikenal anak muda hari ini adalah Laulita, dongeng tradisi masyarakat Pamona. Padahal, cerita-cerita ini pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan pendidikan nilai di tengah masyarakat Poso.

baca juga


Laulita: Warisan Pengetahuan dari Tanah Pamona

Dalam tulisan “Laulita, Antara Mitos dan Logos” yang diterbitkan oleh Institut Mosintuwu, Laulita digambarkan bukan sekadar dongeng, tetapi juga bagian dari ilmu pengetahuan. Laulita adalah cara leluhur menjelaskan fenomena alam, sejarah pembentukan wilayah, relasi manusia dengan lingkungan, dan proses terbentuknya peradaban di sekitar Danau Poso.

Cerita-cerita dalam Laulita banyak berpusat pada penamaan batu, gua, vegetasi, dan fenomena alam. Watu Rumongi, Watu Dilana, Watu Poga’a, dan berbagai situs lainnya bukan hanya objek legenda, tetapi juga penanda masa lalu yang memberi petunjuk pada pembentukan Danau Poso dan sejarah manusia di sekitarnya.

Dalam Laulita Padamarari, misalnya, kisah tentang Uduna dan Longkea memberikan penjelasan tentang perubahan bentang alam yang oleh sains sekarang diasosiasikan dengan aktivitas tektonik dan gempa bumi di wilayah tersebut. Cerita rakyat menjadi cara masyarakat membaca tanda alam sebelum mereka memiliki sistem dokumentasi tertulis.

Laulita, dalam konteks ini, bukan hanya mitos, tetapi arsip intelektual. Ia merupakan cara generasi terdahulu menafsirkan realitas dan menyampaikan ilmu pengetahuan sebelum sains modern hadir sebagai bahasa formal.

Dongeng Tradisi sebagai Penjaga Ingatan Kolektif

Dalam tulisan “Dongeng Tradisi: Alat Menjaga Ingatan” yang diterbitkan Institut Mosintuwu, diceritakan bahwa Laulita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Poso. Mendongeng atau Mo Laulita adalah kebiasaan yang diwariskan turun-temurun, dari menidurkan anak hingga memberi nasihat ketika mereka beranjak dewasa.

Pada 1932, Nicholaus Adriani mendokumentasikan "150 Laulita" dalam buku Bare’e Verhalen atau Laolita nTo Pamona. Cerita-cerita itu memuat narasi tentang terbentuknya Danau Poso, hubungan manusia dan alam, hingga peristiwa bencana alam. Namun, meskipun jumlahnya cukup besar, sangat sedikit yang masih dituturkan secara langsung hari ini.

Cerita rakyat dari daerah lain justru lebih dikenal oleh anak-anak Poso ketimbang cerita tradisi dari tanah kelahirannya sendiri. Sosok seperti Malin Kundang atau Putri Salju lebih dekat di ingatan, sementara Laulita tentang Imbu—naga penguasa Danau Poso—justru semakin jarang terdengar.

Padahal, dongeng tradisi berfungsi untuk menjaga ingatan tentang sejarah, filosofi, identitas budaya, dan kebijaksanaan lokal. Tanpa dituturkan kembali, pengetahuan itu perlahan hilang bersama waktu serta para penjaga tradisi yang mulai menua.


Tantangan Pelestarian Cerita Lokal

Institut Mosintuwu menegaskan bahwa hilangnya ruang penceritaan menjadi salah satu faktor utama melemahnya tradisi Laulita. Minimnya dokumentasi dan jarangnya interaksi generasi muda dengan para penjaga tradisi menyebabkan banyak pengetahuan lokal tidak lagi menjadi milik bersama.

Di tengah derasnya budaya global dan masifnya cerita-cerita populer yang diproduksi industri besar, cerita tradisi lokal berada di titik rawan terlupakan.

Mengangkat kembali Laulita bukan hanya soal nostalgia, tetapi menyangkut usaha menjaga identitas budaya dan memperkuat hubungan generasi muda dengan tanahnya sendiri. Cerita tradisi dapat menjadi kekuatan untuk merawat memori kolektif dan mengenalkan kembali akar peradaban masyarakat Pamona.


Menafsir Ulang Cerita agar Tetap Hidup

Upaya pelestarian Laulita bukan hanya tentang merekam, tetapi juga tentang menghadirkannya dalam bentuk baru yang relevan dengan konteks hari ini.

Seperti yang disebut dalam diskusi budaya oleh Institut Mosintuwu, cerita tradisi harus terus dituturkan agar hidup, melalui karya seni, pendidikan, cerita visual, panggung pertunjukan, atau platform digital.

Karena jika Laulita hilang, yang hilang bukan hanya cerita, tetapi ingatan bersama, identitas, dan hubungan antara manusia dan tanah tempat ia hidup.

Laulita adalah jendela menuju masa lalu dan arah menuju masa depan. Ia menyimpan ilmu pengetahuan, moral, filosofi, dan sejarah yang seharusnya tidak hilang begitu saja.

Merawat cerita rakyat berarti merawat ingatan, dan merawat ingatan berarti menjaga keberlangsungan budaya dan identitas masyarakat Poso. Sebab, sebuah bangsa hanya akan kuat jika ia mengenal dirinya sendiri.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.