Ikan gupi, dengan (Poeciliareticulata) merupakan salah satu ikan hias air tawar paling populer di dunia. Dalam taksonomi, ikan ini termasuk dalam keluarga Poeciliidae, ordo Cyprinodontiformes.
Nama "guppy" sendiri diambil dari nama Robert John Lechmere Guppy, seorang naturalis yang mengirimkan spesimen ikan ini dari Trinidad ke British Museum pada abad ke-19.
Di berbagai daerah di Indonesia, ikan ini juga dikenal dengan nama lain seperti ikan cere, ikan seribu, atau ikan millionfish, yang merujuk pada kemampuannya berkembang biak dengan sangat cepat. Ikan gupi berasal dari wilayah Amerika Selatan bagian timur laut, seperti Trinidad dan Tobago, Guyana, dan Brasil utara.
Namun, melalui perdagangan akuarium global dan program introduksi untuk mengendalikan larva nyamuk, ikan ini kini telah menyebar jauh melampaui habitat aslinya.
Kecil dan berwarna
Ciri khas ikan gupi terletak pada dimorfisme seksual yang sangat mencolok, di mana ikan jantan dan betina memiliki perbedaan fisik yang jelas. Ikan jantan berukuran lebih kecil, dengan panjang tubuh biasanya antara 1,5 hingga 3,5 sentimeter. Tubuhnya ramping dan menampilkan warna-warna yang sangat cerah serta kompleks.
Sirip ekor (caudal fin) pada jantan berkembang dengan berbagai pola dan bentuk, seperti ekor delta, ekor kipas (fan tail), ekor pedang (sword tail), atau ekor segitiga (triangle tail). Warna pada tubuh dan siripnya merupakan kombinasi dari bintik-bintik, garis-garis, dan warna metalik seperti merah, biru, hijau, kuning, dan ungu, yang terbentuk dari sel-sel khusus bernama iridofor dan kromatofor.
Sementara itu, ikan betina berukuran lebih besar, dapat mencapai 4 hingga 6 sentimeter, dengan tubuh yang lebih membulat terutama saat hamil. Warna tubuh betina umumnya jauh lebih sederhana, didominasi oleh warna abu-abu, perak, atau krem, dengan sedikit aksen warna pada sirip.
Ciri khas betina adalah adanya bercak kehamilan (gravid spot) berwarna gelap di dekat anus, yang menjadi semakin jelas saat ikan mengandung. Baik jantan maupun betina memiliki mulut yang menghadap ke atas (superior), adaptasi untuk mencari makan di permukaan air. Ikan gupi adalah ikan vivipar, artinya mereka melahirkan anak (berupa burayak) yang sudah aktif berenang, bukan bertelur.
Perawatan ikan gupi
Popularitas ikan gupi sebagai ikan hias berawal dari daya tarik visual ikan jantan, kemudahan pemeliharaan, dan kecepatan reproduksinya. Melalui proses seleksi dan pembiakan selama puluhan tahun, telah dikembangkan ratusan strain atau jenis ikan gupi hias dengan kombinasi warna, pola, dan bentuk sirip yang sangat beragam.
Beberapa jenis yang populer di pasar Indonesia antara lain: Cobra Guppy (dengan pola seperti kulit ular), Moscow Guppy (dengan warna solid gelap seperti biru atau ungu), Tuxedo Guppy (dengan perbedaan warna antara bagian depan dan belakang tubuh), dan berbagai jenis berdasarkan bentuk ekor seperti Halfmoon Guppy atau Double Swordtail Guppy.
Di pasaran, harga ikan gupi sangat bervariasi, bergantung pada kualitas, kelangkaan strain, dan konsistensi pola warnanya. Ikan gupi hasil breeding massal dengan kualitas standar (grade lokal) dapat dijual dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000 per ekor.
Sementara itu, ikan gupi dengan strain khusus dan kualitas tinggi (grade impor atau hasil breeding selektif) dapat dihargai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah per ekor, terutama untuk pasangan indukan unggul.
Perawatan ikan gupi relatif mudah, menjadikannya ikan yang cocok untuk pemula. Mereka dapat hidup dalam akuarium berukuran kecil hingga besar dengan suhu air ideal antara 22-28°C dan pH netral (6.8-7.8). Akuarium harus dilengkapi dengan sistem filtrasi dasar dan pergantian air parsial secara berkala.
Sebagai ikan omnivora, makanan mereka bisa berupa pelet ikan hias berkualitas, cacing darah beku, atau artemia. Penting untuk memberikan tanaman air atau dekorasi sebagai tempat berlindung burayak, karena ikan dewasa dapat memangsa anak mereka sendiri. Reproduksi yang cepat mengharuskan pengelolaan populasi dalam akuarium untuk menghindari kepadatan berlebih.
Termasuk spesies invasif
Di balik popularitasnya di dunia hobi, ikan gupi telah dikategorikan sebagai salah satu spesies ikan invasif paling berhasil dan bermasalah di dunia, termasuk di Indonesia. Pelepasan yang disengaja (misalnya untuk mengendalikan nyamuk) atau tidak disengaja (lepas dari kolam atau akuarium) ke perairan alami telah mengakibatkan penyebaran yang luas.
Ikan gupi memiliki karakteristik yang mendukung invasi: toleransi yang tinggi terhadap berbagai kualitas air (termasuk air yang tercemar ringan), kemampuan berkembang biak yang sangat cepat, dan sifat omnivora yang agresif.
Di ekosistem perairan Indonesia, khususnya danau, sungai, dan kolam alamiah, keberadaan ikan gupi yang telah mapan menimbulkan ancaman serius. Mereka bersaing secara langsung dengan ikan-ikan lokal berukuran kecil dan endemik untuk memperebutkan sumber daya seperti makanan (zooplankton, insekta kecil) dan ruang hidup.
Kompetisi ini seringkali dimenangkan oleh gupi yang lebih adaptif, sehingga dapat menekan populasi ikan asli. Selain itu, perilaku mereka yang menggigit sirip ikan lain dapat menimbulkan stres dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Introduksi gupi juga dikaitkan dengan perubahan struktur komunitas plankton dan gangguan pada rantai makanan alami.
Upaya mitigasi diperlukan untuk mengatasi dampak ini. Langkah paling preventif dan efektif adalah edukasi kepada masyarakat dan penghobi akuarium untuk tidak pernah melepasliarkan ikan gupi, atau ikan non-native lainnya, ke perairan umum.
Pengendalian populasi gupi yang sudah terlanjur ada di alam memerlukan pendekatan terpadu, mungkin melalui pengelolaan habitat atau program penangkapan selektif, meskipun hal ini sulit dan mahal.
Referensi:
- De Silva, S. S., et al. (2009). "Tilapias as Alien Aquatics in Asia and the Pacific: A Review." FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper. No. 453. (Laporan ini juga membahas dampak invasif spesies ikan introduksi lainnya, termasuk pola yang serupa dengan gupi).
- Froese, R. and D. Pauly. Editors. (2023). "FishBase: Poecilia reticulata." World Wide Web electronic publication. Diakses melalui: www.fishbase.org. (Sumber database ikan terpercaya untuk informasi taksonomi dan biologi dasar).
- Kebun Binatang Gembira Loka & Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. (2021). "Laporan Identifikasi Spesies Invasif di Perairan Umum DIY." (Laporan teknis lokal yang menyertakan observasi keberadaan P. reticulata di alam).
- Magalhães, A. L. B., & Jacobi, C. M. (2017). "Colorful invasion in permissive Neotropical ecosystems: establishment of ornamental non-native freshwater fish in Brazil." Biological Invasions, 19(4), 1195–1204. (Jurnal ilmiah yang membahas pola invasi ikan hias non-native, termasuk guppy, di ekosistem air tawar).
- Sekolah Ikan. (2022). "Panduan Pemeliharaan dan Breeding Ikan Gupi." Situs edukasi akuakultur dan ikan hias Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News