menjelajahi arsitektur alun alun surabaya - News | Good News From Indonesia 2025

Alun-Alun Surabaya, Dari Bangunan Kolonial Eksklusif Jadi Ruang Publik Inklusif

Alun-Alun Surabaya, Dari Bangunan Kolonial Eksklusif Jadi Ruang Publik Inklusif
images info

Alun-Alun Surabaya, Dari Bangunan Kolonial Eksklusif Jadi Ruang Publik Inklusif


Alun-Alun Surabaya merupakan salah satu destinasi cukup terkenal di Kota Pahlawan. Berbeda dengan alun-alun yang umumnya berupa lapangan hijau luas terbuka, Alun-Alun Surabaya memiliki desain agak berbeda.

Berlokasi di pusat kota, bangunan kolonial indah dengan kubah yang memukau ini bahkan bisa dilihat dari jalan raya. Bangunan tersebut terletak di kompleks Balai Pemuda, sebuah bangunan bersejarah dari era kolonial Belanda.

Terdapat kolam kecil di area pedestrian alun-alun, yang menjadi area utama untuk pengunjung berfoto-foto dan menghabiskan waktu. Dalam beberapa kesempatan, ruang terbuka tersebut juga digunakan untuk penyelenggaraan acara seperti pameran lokal atau bazar kuliner, bahkan aktivitas seni dengan panggung yang cukup megah.

Sejarah dan Arsitektur Alun-Alun Surabaya

Alun-Alun Surabaya
info gambar

Menjelajahi Arsitektur Alun-Alun Surabaya, dari Bangunan Kolonial Eksklusif menjadi Ruang Publik Inklusif / dok. pribadi Dewi Anggini


Bangunan di area Alun-Alun Surabaya dulunya pernah berfungsi sebagai pusat hiburan dan sosial bagi para elit kolonial. Secara arsitektur, bangunan-bangunan tersebut memadukan gaya kolonial Eropa dan unsur-unsur modern.

Kawan juga akan menemukan penggunaan gewel dan desain menara yang memperlihatkan bagaimana bangunan ini mengusung gaya eklektisisme dengan pengaruh Neo-Gotik, Renaissance, dan Romanik Klasik.

Dirancang oleh arsitek Belanda Westmaes pada tahun 1907, Gedung Balai Pemuda yang difungsikan sebagai tempat hiburan malam itu dulunya bernama Simpangsche Societeit (Perkumpulan Simpang).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, bangunan ini resmi diserahkan kepada Pemerintah Surabaya dan diubah menjadi balai pertemuan umum. Berganti nama menjadi Balai Pemuda mencerminkan pergeseran orientasi dari tempat kolonial yang eksklusif menjadi ruang publik yang inklusif untuk kegiatan masyarakat.

Perpaduan Karakteristik Bangunan yang Berbeda

Lalu, setelah direvitalisasi, Alun-Alun Surabaya terbagi menjadi dua bagian, yaitu area taman terbuka dengan jalur pejalan kaki sekaligus area pelestarian situs warisan budaya, serta area bawah tanah yang didedikasikan menjadi ruang pameran dan galeri sejarah.

Nah, di area utama pedesterian, Kawan bisa menemukan perpustakaan umum gratis, masjid yang nyaman, hingga kafetaria dengan konsep semi-outdoor.

Kalau Kawan berkesempatan untuk menjelajahi keseluruhan arsitektur gedung ini, Kawan juga akan menemukan beberapa lorong dengan pintu-pintu besar yang walaupun tampak misterius, tetapi ternyata tiap ruangan memiliki fungsinya masing-masing.

Alun-Alun Surabaya
info gambar

Menjelajahi Arsitektur Alun-Alun Surabaya, dari Bangunan Kolonial Eksklusif menjadi Ruang Publik Inklusif / dok. pribadi Dewi Anggini


baca juga

Bangunan-bangunan tersebut memiliki nilai historis dan budaya yang kuat sehingga menambah kekayaan arsitektur Alun-Alun Surabaya. Dengan begitu, pengunjung jadi bisa merasakan pengalaman bernostalgia di kawasan ini.

Terakhir, ada area basement atau bawah tanah. Tanpa memasuki area Alun-Alun Surabaya pun, Kawan dapat melihat arsitektur kaca modern ini di tengah bangunan-bangunan kolonial bersejarah.

Berbeda dengan area pedesterian, area basement dirancang dengan pendekatan yang lebih modern dan menampilkan kubah kaca futuristik yang memungkinkan cahaya alami masuk dan menciptakan suasana terbuka.

Begitu masuk ke bangunan kaca tersebut, ada eskalator yang akan membawa pengunjung ke area bawah tanah. Di sana, Kawan akan disuguhi dengan area yang digunakan sebagai ruang pameran dan galeri seni.

Alun-Alun Surabaya
info gambar

Arsitektur kaca futuristik basement Alun-Alun Surabaya, Bangunan Kolonial dengan Sejarah Panjang / dok. pribadi Dewi Anggini


Secara keseluruhan, arsitektur area basement ini cukup berbeda dengan area outdoor yang didominasi bangunan kolonial. Pencahayaan di area basement juga lebih hangat, sehingga Alun-Alun Surabaya bisa dibilang menawarkan suasana yang berbeda di setiap sudutnya.

Mengingat biaya masuk yang gratis dan hanya perlu membayar parkir, vibes yang ditawarkan Alun-Alun Surabaya cukup menarik untuk menghabiskan waktu bahkan walau hanya untuk menikmati arsitekturnya.

Menggabungkan elemen arsitektur kolonial dan modern, bangunan-bangunan di kawasan ini masih mempertahankan struktur dan nilai historisnya yang juga menjadi pengingat perjalanan masa lalu.

Menjelma menjadi salah satu ikon kebanggaan, Alun-Alun Surabaya bukan sekadar ruang terbuka untuk publik, namun juga saksi sejarah panjang kota pahlawan. Tidak lupa juga perannya sebagai ruang ekspresi dan pusat kegiatan budaya di Surabaya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.