ragam tradisi natal di indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Ragam Warna Tradisi Natal di Indonesia yang Bawa Damai Sukacita

Ragam Warna Tradisi Natal di Indonesia yang Bawa Damai Sukacita
images info

Ragam Warna Tradisi Natal di Indonesia yang Bawa Damai Sukacita


Tanggal 25 Desember menjadi momentum yang istimewa bagi umat Nasrani. Sebab, tanggal tersebut merupakan momen perayaan Natal yang sarat akan makna: bagaimana seorang individu dapat merenungi kasih yang tiada batas, pengorbanan Yesus, pengampunan, pertobatan, serta harapan yang selalu membawa kedamaian dalam persaudaraan.

Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi. Bahkan, dalam perayaan Natal pun, sejumlah daerah mempunyai corak makna tersendiri karena menyatu dengan budaya setempat. Lantas, apa saja tradisinya?

1. Cuci Negeri Soya

Dilaksanakan setiap tahun pada minggu kedua bulan Desember menjelang Natal tiba, upacara Cuci Negeri Soya biasanya dipimpin oleh Upulatu atau Raja. Masyarakat Ambon secara turun-temurun mempertahankan tradisi ini.

Makna tradisi ini bertujuan untuk membersihkan negeri, menyucikan diri dari berbagai sifat buruk, seperti iri, dengki, kecurigaan, dan perseteruan. Dengan adanya penyucian ini, masyarakat bisa menjaga hati mereka agar selalu bersih serta bersama-sama membangun negeri yang lebih baik lagi.

2. Ma'Lettoan

Masyarakat Toraja rutin menggelar ritual Ma’Lettoan pada perayaan Natal. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Nenek Moyang dan diwariskan ke setiap generasi.

Prosesi tradisi ini dimulai dari pembuatan Lettoan, yakni miniatur rumah adat Toraja yang terbuat dari bambu diisi hewan babi serta dihias dengan janur, daun tabang, dan sirri-sirri.

Kemudian, Lettoan ditandu oleh anggota keluarga, dimulai dari yang paling muda, ke tempat upacara sambil menyalakan alat musik dan bersorak-sorai menyanyikan lagu.

Kegiatan dilanjutkan dengan mengumpulkan hewan babi dan menyembelihnya, kemudian daging tersebut dibagikan ke para tetangga, keluarga, dan kerabat.

baca juga

3. Wayang Wahyu

Pada tahun 1960, biarawan Katolik bernama Bruder Timotius L. Wignyosubroto memperkenalkan pertunjukan wayang kulit dengan ajaran Kristiani. Pertunjukan seni tersebut menampilkan banyak kisah dalam Alkitab dan nilai-nilai Injil yang disampaikan secara menarik agar mudah dipahami oleh masyarakat.

Penggabungan antara budaya lokal dengan ajaran agama menebarkan pesan moral dan toleransi yang dijunjung tinggi dalam berkehidupan. Adanya wayang wahyu menjadi ruang inkulturasi iman bagi umat Katolik di Jawa.

4. Nasi Bambu

Kota Palu memiliki tradisi unik saat menjelang Natal, yaitu dengan membuat nasi bambu yang terdiri dari beras ketan, jahe, santan, daun pandan, serta bawang merah.

Semua bahan-bahan itu dicampur air, lalu dimasukan ke dalam bambu sepanjang 70 cm, dan akhirnya dibakar hingga matang merata.

Nasi bambu biasa disantap dengan ikan cakalang, gulai, kari, ikan asam pedas, daging ayam, dan sapi.

5. Ngejot dan Penjor

Bali memiliki tradisi unik dalam menyambut Natal, yakni Ngejot dan Penjor, sebagai bentuk rasa syukur juga mempererat kerukunan. Seperti yang Kawan ketahui, Pulau Dewata mayoritas dihuni penganut agama Hindu, tetapi sangat menjunjung nilai toleransi antarumat beragama.

Kata Ngejot memiliki arti 'memberi'. Biasanya, keluarga yang sedang merayakan Natal akan membagikan makanan, baik berupa kue, snack, ataupun buah-buahan, ke teman, kerabat, serta tetangga. Tradisi tersebut bukan hanya dilaksanakan oleh umat Kristiani dan Hindu saja, tetapi umat Islam pun turut melakukannya ketika Idulfitri.

Selain itu, ada Penjor, ornamen yang terbuat dari bambu melengkung menjulang tinggi dihiasi janur dan hasil bumi, yang dipasang selama perayaan Natal. Ornamen ini mempunyai makna kesejahteraan dan kemakmuran.

6. Biti Singku

Penduduk kampung Tugu di Jakarta Utara merupakan mayoritas pemeluk agama Kristen Protestan. Setiap malam Natal, mereka menjalankan tradisi ziarah ke makam keluarga. Tradisi tersebut sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang.

Tradisi dimulai dengan ibadah kebaktian, kemudian warga menuju pemakaman khusus Kampung Tugu dengan menyalakan lilin, memberi karangan bunga, dan berdoa untuk anggota keluarga yang telah berpulang.

7. Sirine Kapal dan Lonceng Gereja

Ketika Natal tiba, sirine kapal dan lonceng Gereja dibunyikan secara bersamaan. Tradisi tersebut begitu populer di Ambon.

Selanjutnya, keluarga berkumpul dirumah dengan menggelar ritual serta menyanyikan lagu pujian yang diiringi tifa, yaitu alat musik tradisional Ambon.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RF
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.