Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Penyakit ini ditandai oleh peningkatan kadar gula darah yang berlangsung dalam jangka panjang. Dampaknya tidak hanya memengaruhi fungsi metabolisme tubuh, tetapi juga berperan signifikan dalam terjadinya gangguan penyembuhan luka.
Kombinasi antara tingginya gula darah, gangguan saraf, dan penurunan kemampuan pertahanan tubuh membuat luka pada pasien diabetes menjadi lebih kompleks dan sulit untuk ditangani.
Penderita Diabetes dari Tahun ke Tahun
Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun. World Health Organization(WHO) pada tahun 2022 memperkirakan ada 346 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Selain itu, penyakit ini termasuk banyak diderita di seluruh dunia dan berada di urutan keempat dari prioritas penelitian penyakit degeneratif di seluruh negara.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sebanyak 1,7% penduduk Indonesia dari seluruh rentang usia diketahui memiliki DM. Jika dilihat menurut jenisnya, diabetes tipe 2 merupakan yang paling banyak ditemukan, yakni mencapai 50,2% dari total sampel tertimbang yang berjumlah 14.935 orang.
Jenis diabetes ini terutama dialami oleh kelompok lansia, yaitu pada rentang usia 65–74 tahun sebesar 52,5%; usia 55–64 tahun sebesar 51,8%; serta usia 75 tahun ke atas sebesar 50,8%.
Mengapa Penyembuhan Luka Diabetes Cukup Lama?
Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi dapat merusak pembuluh darah, baik yang berukuran kecil maupun besar. Akibatnya, aliran oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh menjadi berkurang.
Banyak penderita diabetes juga mengalami gangguan saraf perifer, sehingga rasa pada kaki berkurang dan luka kecil bisa muncul tanpa disadari. Ketika aliran darah tidak optimal dan daya tahan tubuh melemah, proses penyembuhan luka menjadi jauh lebih lambat.
Sebuah penelitian Regita Febrianti tahun 2023 di sebuah rumah sakit menunjukkan terdapat 4 faktor yang berhubungan signifikan terhadap proses penyembuhan luka pada pasien DM, mencakup nutrisi, kadar gula darah, sirkulasi, dan stadium luka.
Penelitian ini menegaskan bahwa penyembuhan luka pada pasien diabetes membutuhkan penanganan yang menyeluruh dan tidak dapat bergantung pada satu aspek saja.
Asupan Nutrisi yang Mendukung Regenerasi Jaringan
Nutrisi merupakan unsur yang dibutuhkan untuk memperbaiki jaringan sel di dalam tubuh. Adanya pola makan yang tepat dan sesuai dapat mendukung proses penyembuhan luka. Selama proses penyembuhan luka pada pasien DM dibutuhkan asupan nutrisi yang tinggi, seperti diet kaya vitamin A, vitamin C, vitamin B12, zat besi, kalsium, dan tentunya protein.
Asupan nutrisi yang optimal dengan menerapkan diet seimbang, jadwal makan teratur, porsi makan yang tepat, serta pemilihan makanan yang benar pada pasien DM diharapkan dapat menjaga kadar gula darah tetap stabil. Dengan demikian, penyembuhan luka dapat berlangsung dengan cepat.
Gula Darah Terkendali, Luka Cepat Pulih
Peningkatan kadar gula darah yang berlangsung terus-menerus dapat memicu kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan lainnya. Penumpukan zat kompleks dari glukosa darah dapat menyebabkan penebalan atau kebocoran dinding pembuluh darah.
Penebalan ini berdampak pada penurunan aliran darah, terutama ke kulit dan saraf. Berkurangnya suplai darah tersebut kemudian menghambat proses penyembuhan luka.
Tingginya gula darah juga mengganggu kemampuan sel darah putih dalam sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Akibatnya, luka menjadi sulit sembuh karena diabetes mengurangi kemampuan tubuh dalam memperbaiki jaringan dan melawan infeksi.
Menjaga Peredaran Darah agar Luka Tidak Memburuk
Sirkulasi atau peredaran darah merupakan salah satu faktor yang menentukan cepat atau lambatnya proses penyembuhan luka. Bila aliran darah tidak lancar, suplai oksigen ke jaringan menjadi berkurang dan kondisi ini dapat menimbulkan hipoksia (jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen untuk berfungsi normal), yang pada akhirnya menghambat proses pemulihan.
Secara klinis dapat terlihat bahwa luka pada area tubuh dengan vaskularisasi tinggi, seperti wajah dan lidah, cenderung pulih lebih cepat. Sebaliknya, jaringan yang aliran darahnya terbatas, misalnya daerah tendon atau kartilago, membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Hambatan penyembuhan juga dapat terjadi apabila penjahitan atau balutan terlalu ketat, atau pada pasien dengan DM, lansia, serta individu yang mengalami gangguan pada pembuluh darah kecil.
Tingkat Keparahan Luka yang Menentukan Kecepatan Penyembuhan
Luka pada pasien DM yang termasuk dalam kategori luka kronis cenderung sulit sembuh karena proses pemulihannya dipengaruhi berbagai faktor, baik dari kondisi tubuh secara keseluruhan maupun faktor lokal di area luka.
Tingkat keparahan luka atau stadium juga menjadi bagian dari faktor tersebut. Temuan penelitian Regita Febrianti tahun 2023 menunjukkan semakin tinggi stadium luka, semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan.
Luka Diabetes Bisa Sembuh, Asal Ditangani Tepat
Luka pada penderita diabetes dapat disembuhkan tetapi proses pemulihannya membutuhkan waktu lebih lama dan perhatian yang lebih intensif. Tingginya kadar gula darah, penurunan fungsi saraf, dan melemahnya sistem pertahanan tubuh membuat luka lebih mudah terinfeksi.
Oleh karena itu, penanganan luka pada pasien diabetes tidak hanya berfokus pada perawatan luarnya saja, tetapi juga harus memperhatikan kondisi internal tubuh seperti stabilitas gula darah, kecukupan nutrisi, serta kualitas sirkulasi darah.
Melalui pengelolaan yang tepat, luka pada penderita diabetes tetap memiliki peluang untuk pulih. Mengontrol gula darah, memenuhi kebutuhan nutrisi penting, menjaga aliran darah tetap baik, serta mengenali tingkat keparahan luka sejak awal menjadi kunci utama keberhasilan penyembuhan.
Oleh karena itu, pasien DM dianjurkan untuk konsisten memantau kondisi kesehatannya dan segera mendapatkan perawatan ketika muncul tanda-tanda luka agar proses penyembuhan berjalan optimal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News