cerita mercredina cahyanita diaspora indonesia yang berkarier di perusahaan energi ternama - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Mercredina Cahyanita, Diaspora Indonesia yang Berkarier di Perusahaan Energi Ternama

Cerita Mercredina Cahyanita, Diaspora Indonesia yang Berkarier di Perusahaan Energi Ternama
images info

Cerita Mercredina Cahyanita, Diaspora Indonesia yang Berkarier di Perusahaan Energi Ternama


Mercredina Cahyanita adalah diaspora Indonesia yang berkarier 18 tahun dengan perusahaan energi ternama, Schlumberger (SLB). Setelah belasan tahun mengabdi, Dina pun mendapat kesempatan tinggal di luar negeri.

Negara pertama yang didiami Dina ialah Malaysia pada 2017. Di negeri jiran inilah ia merasa seperti di rumah sendiri meskipun tetap mendapat pengalaman berbeda semasa tinggal di Indonesia.

Setelah empat tahun lebih bertugas di Malaysia, Dina lalu ditugaskan di Rumania. Di negara Eropa Timur inilah pengalaman hidup yang lebih menantang bagi dirinya dan keluarga kecilnya karena perbedaan kultur harus dihadapi bersama-sama.

Dari Indonesia ke Malaysia

Tidak selamanya perusahaan energi hanya menerima lulusan dari teknik mesin. Karena buktinya Dina yang merupakan lulusan S1 Ilmu Tanah Universitas Padjadjaran (Unpad) dan S2 Bisnis Administrasi Institut Teknologi Bandung (ITB) bisa bergabung dengan SLB.

“Waktu itu SLB datang ke ITB buat career fair dan ada kesempatan saya untuk saya untuk melakukan pekerjaan. Saya melamar posisinya sebenarnya ingin di marketing, tapi dia bilang, ‘Oh, maaf posisi marketing dan entrepreneur tidak ada. Tapi kita punya posisi kosong untuk lulusan bar’. Ya sudah apa aja lah, saya diterima,” ucap Dina kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Setelah beberapa tahun bekerja di SLB Jakarta, Dina mendapat kesempatan bertugas di Malaysia. Usai menimbang masak-masak, ia pun dan keluarganya pindah ke sana

Indonesia dan Malaysia yang kulturnya tidak jauh berbeda tidak membuat Dina gegar budaya. Akan tetapi, perbedaan tetap dirasakan selama tinggal di negeri tetangga yang dinilainya tidak terlalu padat seperti di Indonesia.

“Saya tinggal di Malaysia senang banget 5 tahun. I don’t mind kalau saya dipulangin, dipindahin lagi ke Malaysia. Populasinya enggak sebanyak Indonesia, enggak sumpek. Waktu pertama pindah dari Indonesia ke Malaysia satu yang paling bikin signifikan itu adalah macet. Hilangnya macet dari rumah ke kantor bisa menurunkan tingkat strest saya hampir 50 persen. Jadi ke kantor Cuma 10-15 menit di Malaysia. Happy di Malaysia, infrastrukturnya juga udah bagus banget,” ujar sosok yang gemar scuba diving itu.

Tak Apa Tak Senyum di Rumania

Dina yang memegang jabatan Division Contracts Manager di SLB kemudian ditugaskan di Bukares, Rumania pada 2022. Ia mengaku tidak mudah mengawali kehidupan di sana karena semua serba mandiri terlebih sempat tinggal sendiri sementara waktu jauh dari keluarganya.

Pelan-pelan keluarganya pun menyusul. Dan setelah itu, ujian demi ujian dihadapi Dina karena anak-anaknya harus diajari menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Meskipun penuh tantangan, ia menilai membangun keluarga di Rumania sangatlah baik.

“Rumania itu indah. Mereka bilangnya The Little Paris, tapi dengan kondisi yang mungkin semetrpolis Eropa-Eropa lainnya. Tapi untuk kehidupan keluarga untuk kehidupan yang peaceful, lebih nature, nice to stay here,” ucap Dina.

Selain soal makanan, Dina mengakui bahwa tantangan sebenarnya terletak dari pergaulan dengan orang-orang Eropa. Tipikal orang Eropa yang lebih dingin dan kaku dinilainya mungkin akan membuat orang Indonesia yang friendly kesulitan khususnya dalam memperlihatkan keramahtamahan. Namun, Dina merasa bukan suatu kewajiban untuk bersikap ramah saat berada di sana.

“Kalau enggak perlu senyum enggak usah disenyumin. Jadi kadang-kadang kita terlalu ramah sampai kadang dibilang awkward,” cerita Dina.

Adapun Dina sudah memasuki tahun kelima di Rumania. Saat tinggal di sana, ia berusaha seprofesional mungkin karena fokusnya adalah berkarier sambil mengurus keluarganya. Dina juga mengedepankan sikap adaptif dan respek dengan pilihan koleganya yang asli orang Eropa.

“Misalnya suatu waktu pulang kantor, saya mau pergi ke Asian Food nanti ada satu orang, ‘Saya enggak suka Asian Food saya enggak ikut’. Ya udah enggak usah dimasukin hati. It is what it is,” ungkapnya

Hapus Rasa Gak enakan

Dina memiliki satu tips untuk orang Indonesia yang hendak atau berkeinginan berkarier luar negeri yaitu “hapus rasa nggak enakan”. Menurutnya ini akan menjadi penghambat saat berada di tengah-tengah lingkungan profesional terlebih ketika menghadapi orang-orang Eropa yang tingkatan disiplinnya lebih tinggi.

“Dikit-dikit nggak enakan. Aduh, nggak enak nih. Susah bilang ‘no’ gitu. Kalau kita memang sudah overwhelm jangan terlalu memaksa nanti yang ada kalau kata anak zaman now kena mental, ya ‘kan?” kata Dina.

Sikap berani dan jujur terhadap diri sendiri dinilai Dina harus dimiliki setiap individu Indonesia saat tinggal di luar negeri. Karena dari sikap itulah ketegasan mampu diperlihatkan yang nantinya akan berdampak dengan rasa nyaman untuk menjalani karier lebih lama selama di sana.

“Jadi work life balance tetap harus ada. Kalau sanggup ya ambil, kalau memang sudah overwhelm, kita bilang sama mereka, ‘saya sudah terlalu banyak’,” katanya lagi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.