Di Indonesia selain terdapat enam agama resmi yang diakui seperti agama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Katolik, serta Konghuchu. Masih banyak terdapat aliran kepercayaan lokal yang kaya akan nilai-nilai luhur, menjaga adat istiadat, dan tradisi. Ini merupakan bagian warisan turun-temurun dari Nenek Moyang.
Seperti halnya di Sumatera Utara, masyarakat setempat masih ada yang secara turun-temurun menganut kepercayaan lokal, lantas apa saja?
1. Penema
Penema sering juga disebut paham Perbegu. Sistem kepercayaan yang diwariskan oleh Nenek Moyang suku Karo Sumatera Utara. Yang mana penganut memiliki kepercayaan terhadap arwah yang masih hidup bisa meninggalkan tubuhnya dan tidak akan kembali lagi dan roh tersebut dapat kembali jika melakukan ritual yang dipimpim oleh Guru si Baso.
Kata “Penema” memiliki arti awal dalam bahasa Karo sedangkan kata “Perbegu” bermakna pemuja setan atau roh. Sehingga penamaan Perbegu ini tidak disukai oleh masyarakat Karo dan lebih baik menggunakan sebutan Penema.
Pemeluk paham Penema meyakini hal baik yang terjadi di dunia baik itu terlihat maupun tidak merupakan ciptaan Dibata.
Dalam suku Karo Dibata terbagi menjadi tiga jenis yaitu, Dibata Datas atau yang biasa disebut dengan guru batara yang menguasai alam semesta. Dibata Tengah dikenal dengan Tuhan Padukah ni Aji merupakan penguasa bumi yang berada di tengah. Kemudian, Dibata Teruh atau Tuhan Banua Koling yakni, penguasa yang terdapat dibawah bumi.
2. Fanomba Adu
Kepercayaan tradisional kuno yang berada di suku Nias di pulau Sumatera Utara. Fanomba Adu aliran animisme menggunakan media patung sebagai objek pemujaan sekaligus melambangkan perlindungan, kekuatan spiritual, serta koneksi dengan leluhur mereka.
Penganut percaya bahwa patung menjadi tempat bagi roh leluhur yang menjaga keharmonisan. Adapun nilai-nilai ajaran yang selalu diingat adalah kehidupan setelah kematian. Mereka yang berperilaku baik selama dibumi akan dikembalikan ke tempat yang baik, sedangkan yang berbuat jahat akan mendapat balasan kelak.
3. Ugamo Malim
Aliran kepercayaan lokal yang sudah ada jaman dulu kini diwariskan secara turun-temurun ke tiap generasi. Penganut Ugamo Malim tersebar di berbagai daerah Sumatera Utara meliputi Tapanuli Utara, Toba, Samosur, Simalungun, hingga Humbang Hasundutan. Kemudian, menyebar ke Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan juga Pakpak
Sebelum adanya agama Islam dan Kristen masuk ke tanah Batak, Ugamo Malim justru datang lebih awal dan dianut oleh masyarakat setempat. Mereka mengakui adanya Tuhan sebagai pedoman dalam menjalankan prinsip kesucian.
Terdiri dari Mar-Debata yakni memiliki Tuhan Yang Maha Esa, Mar-Adat memiliki adat kebiasaan dengan nilai-nilai luhur, Mar-Patik kitab yang mengatur seluruh tingkah laku manusia dalam hubungan dengan Tuhan, Mar-Mahum yaitu, hukum kebenaran dalam menegakan keadilan, serta Mar-Harajaon kepatuhan umat terhadap pemimpinnya.
Parmalim merupakan sebutan bagi mereka pengikut Ugamo Malim. Ajaran kehidupan yang dicapai ada tiga tahapan terdiri dari Marroha Hamalimon suci dalam pikiran dan perasaan, Marngolu Hamalimon menjalankan kehidupan yang suci, lalu Martondi Hamalimon mempunyai jiwa yang suci.
Adapun beberapa ritual yang dilaksanakan oleh Parmalim yaitu, Mararisabtu upacara yang digelar pada hari sabtu, Martutuaek yakni kelahiran anak, Pasahat Tondi merupakan ritual bagi seseorang yang meninggal, Mardebata upacara ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, Mangan Na Paet memakan makanan yang pahit, Sipaha Sada perayaan tahun baru Batak sekaligus memperingati lahirnya Simarimbulubosi, Sipaha Lima persembahan yang dilakukan pada bulan kelima, Mamasu-masu upacara memberkati pernikahan, serta Manganggir penyucian diri.
Tiga jenis upacara yang terdiri dari Mardebata, Sipaha Sada, dan Sipaha Lima dilaksanakan dengan iringan musik tradisional diiringi dengan musik tradisional juga tarian tor-tor agar menjadi sempurna.
Seiring berjalannya waktu Ugamo Malim pengikutnya semakin menurun, Meskipun begitu Parmalim menjadi penanda dari keragaman kepercayaan di Indonesia. Warisan kepercayaan tradisional yang ada sejak lama diharapkan bisa hidup kembali melalui pelestarian tradisi dan ajaran nilai-nilai sebagai warisan budaya yang berharga.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News