sayyang pattudu tradisi khatam al quran ala suku mandar - News | Good News From Indonesia 2025

Sayyang Pattudu, Tradisi Khatam Al-Quran ala Suku Mandar

Sayyang Pattudu, Tradisi Khatam Al-Quran ala Suku Mandar
images info

Sayyang Pattudu, Tradisi Khatam Al-Quran ala Suku Mandar


Kawan GNFI, selain dikenal sebagai pelaut ulung, suku Mandar di Sulawesi Barat memiliki banyak budaya unik berkaitan dengan nilai religi dan tradisi.

Dalam perayaan syukuran khususnya khatam Al-Quran, suku Mandar memiliki cara uniknya hingga menciptakan kegembiraan dan kebanggaan untuk setiap pencapaian kehidupan mereka.

Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan terus dikembangkan sampai saat ini karena berkenaan dengan cerminan harmoni sosial masyarakat Mandar.

Ingin tahu tradisi khatam Al-Quran ala suku Mandar? Simak selengkapnya, ya, untuk #MakinTahuSulbar.

Tradisi Khatam Al-Quran ala Suku Mandar

Tabuhan rebana yang bertalu hingga arak-arakan kuda berwarna-warni dengan aksesoris khasnya. Kuda terlatih menjingkrak-jingkrakan kaki dan mengangguk-anggukkan kepalanya, sesekali setengah badan di udara.

Ditunggangi anak-anak yang telah mengkhatamkan al-quran dengan lantunan kalinda'da, dan puisi tradisional khas Mandar dari pakkalindada yang berisi pujian menjadikan atraksi budaya yang unik dan mencirikan kearifan lokal ala suku Mandar.

Tradisi ini bentuk akan penghargaan ketika masyarakat Mandar berhasil mengkhatamkan Al-Quran hingga memotivasi anak Mandar lainnya untuk senantiasa konsisten dan semangat dalam menamatkan bacaan ayat suci Al-Quran.

Tradisi ini dikenal dengan sebutan ‘Sayyang Pattudu’ di mana bagi masyarakat Mandar acara khatam Al-Quran dan budaya Sayyang Pattudu ini saling berkaitan erat. Pertama kali muncul pada awal tahun 1600-an saat syiar Islam diperkenalkan.

Sayyang Pattudu ini menjadi sarana sosialisasi antarmasyarakat dalam memperkuat solidaritas sesamanya. Musim Sayyang Pattudu dimulai setelah 12 Rabiul Awal dan memberikan pemahaman pada masyarakat akan kesadaran nilai agama yang baik untuk kehidupan.

baca juga

Ciri Khas Tradisi Sayyang Pattudu

Bukan hanya sekedar perayaan biasa, tradisi Sayyang Pattudu atau ‘kuda menari’ menjadi cerminan tradisi khas Sulawesi Barat akan identitas, spiritualitas, dan nilai sosial di masyarakat.

Kuda sendiri bagi suku Mandar bermakna ‘kekuatan dan keindahan’, sementara tari-tarian dan nyanyian yang mengiringinya bermakna akan representasi kekayaan budaya Mandar sebagai warisan budaya dari generasi ke generasi.

Antara adat leluhur dan nilai-nilai Islam semuanya berpadu hingga menciptakan atmosfer perayaan yang mengkomunikasikan makna simbolik didalamnya.

Ciri khas tradisi Sayyang Pattudu ini identik dengan penunggangnya, yaitu anak-anak dan remaja yang baru khatam Al-Quran serta wanita dewasa yang duduk di bagian depan (pissawe) yang memakai pakaian adat Mandar (pasangang mamea) – baju adat Mandar berwana merah.

Sementara itu, anak-anak yang berhasil khatam juga mengenakan (padarawa) – pakaian yang biasanya dipakai oleh seseorang yang baru menyelesaikan ibadah haji.

Selain itu, ada juga yang mengenakan baju pengantin adat Mandar, baju pokko, dan variasi lainnya yang cukup nyentrik dan kaya akan warna.

Tradisi ini juga mengingatkan akan suatu fase yang menandai perpindahan fase kehidupan dan perjalanan hidup seorang individu.

Dengan unsur islami dari seni lokal rebana (rawana) dan pantun Mandar (kalinda'da) yang dimainkan oleh parrawana sambil melantunkan shalawat Nabi saat pelaksanaan arak-arakan, Sayyang Pattudu menjadi cerminan akan pengaruh islam dan tradisi dalam budaya lokal.

Suasana ramai dan antusiasme, menciptakan interaksi sosial hangat antarmasyarakat Mandar dan menjadi momen penting dalam mempererat ikatan keluarga dan komunitas.

Dalam perkembangannya, Sayyang Pattudu kini menjadi acara dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, bentuk penyambutan tamu penting dan menjadi bagian tradisi hingga identitas khas masyarakat Mandar.

Inspiratif sekali, ya, Kawan GNFI!

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.