#PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung
Pembawa acara dengan berbahasa Jawa atau bisa dikenal sebagai pranatacara umumnya dapat dijumpai pada acara pernikahan adat Jawa dan upacara dalam tradisi Jawa lainnya. Sering kali kita lihat pembawa acara berbahasa Jawa dilakukan oleh orang yang lebih tua. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, orang yang lebih tua dianggap lebih berpengalaman dalam membawakan acara dan fasih berbahasa Jawa. Selain itu, kurangnya minat anak muda untuk belajar menjadi pranatacara dan adanya anggapan bahwa menggunakan bahasa Jawa itu kuno atau ketinggalan zaman.
Generasi muda di era sekarang cenderung mudah adaptif dalam mengikuti perkembangan global. Adanya teknologi saat ini, menjadikan anak muda sekarang lebih memilih untuk menekuni pekerjaan dalam bidang digital dan cenderung meninggalkan warisan lampau seperti tradisi dan budaya luhur. Hal ini berkaitan erat dengan nasionalisme generasi muda.
Semakin pesatnya perkembangan globalisasi menjadi berkurangnya rasa nasionalisme pada generasi muda yakni lunturnya rasa cinta dan bangga terhadap budayanya sendiri (Tirtaharja, Nur. 2001). Terlebih dalam menggunakan bahasa daerah, generasi muda sekarang beranggapan bahwa “hidup itu harus maju” yang bermakna tidak semestinya mereka perlu menguasai bahasa daerah dan lebih baik menggunakan bahasa gaul.
Bahasa Jawa sebagai Bahasa Pengantar
Bahasa Jawa dijadikan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Dasar (SD). Yang mana seharusnya sedari dini perlu dikenalkan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah kepada anak muda terutama bagi mereka yang tinggal di Jawa. Sebagai bahasa pengantar, umumnya bahasa Jawa hanya dikenalkan dan diajarkan sebagai mata pelajaran muatan lokal dengan satu kali pertemuan dalam satu minggunya.
Berdasarkan keputusan Keputusan Kongres Bahasa Jawa ke-6 yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 8-12 November 2016 menghasilkan keputusan terkait peranan penting bahasa Jawa dalam pendidikan dengan konsep pembelajaran yang informatif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan guna menumbuhkan sikap luhur budi pekerti kepada siswa. Bahasa Jawa mengandung nilai kesopanan dalam aturan setiap pengucapannya dan sebagai simbol adiluhung. Dengan ini diharapkan terciptanya “suasana baru” kepada generasi muda dalam mempelajari bahasa Jawa.
Meskipun tidak sedikit generasi muda yang beranggapan bahwa mempelajari bahasa Jawa sangat berat, akan tetapi masih ada di antara generasi muda yang turut serta melestarikan budaya Jawa seperti dengan menjadi pranatacara atau sesorah (pidato berbahasa Jawa) di lingkungan sekolah. Tidak jarang pula kita jumpai tayangan video anak muda dalam menggunakan bahasa Jawa ketika menjadi pranatacara, berpidato, membawakan berita, dan lainnya di kanal youtube.
Kontribusi Generasi Muda
Bentuk kontribusi generasi muda di zaman sekarang dalam melestarikan budaya sangat beragam. Terlebih dengan dukungan teknologi modern yang membantu proses dalam penyampaian dan pengenalan budaya di media sosial. Tentunya generasi muda sekarang membutuhkan “tempat” sebagai penyalur kebebasan berekspresi.
Sejatinya tidak hanya ruang saja yang dibutuhkan generasi muda untuk menyalurkan bakat dan minat, melainkan juga diperlukannya keterampilan untuk mendorong dalam menguasai bakat dan minatnya. Seperti halnya pranatacara, tidak semua orang bisa menguasai teknik penyampaian, pelafalan, dan unsur lainnya di dalam membawakan acara secara cepat dan tepat. Oleh karenanya, generasi muda sekarang dituntut untuk memiliki kemauan dalam belajar dan berlatih dalam mendalami pranatacara.
Tentunya orang awam yang belum begitu mengenal terkait tradisi dan budaya Jawa membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk mengenalkannya melalui “ruang” yang tepat yakni seperti pertunjukan. Pekan Budaya Jawa merupakan salah satu bentuk nyata kontribusi dalam mengenalkan dan melestarikan budaya Jawa kepada masyarakat. Seperti acara yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, bertujuan untuk memperingati Bulan Bahasa sekaligus memberikan “ruang” kepada generasi muda untuk menampilkan dan mengenalkan seni budaya Jawa.
Pekan Budaya Jawa
Rangkaian acara pada Pekan Budaya Jawa sendiri meliputi kuliah umum, workshop budaya, berbagai seni pertunjukan tradisi dan budaya Jawa, hingga pagelaran wayang kulit. Adanya Pekan Budaya Jawa ini menunjukkan bukti kontribusi nyata mempertahankan budaya Jawa dan melestarikannya di era sekarang. Banyak kontribusi dari generasi muda terutama mahasiswa dalam menjadi bagian dari penampil seni hingga menjadi pembawa acara berbahasa Jawa atau pranatacara.
.png)
Tahun 2022 merupakan tahun pertama bagi saya dalam mengemban tugas sebagai pranatacara pada acara puncak pagelaran wayang kulit di Pekan Budaya Jawa bersama dua rekan saya yang turut menjadi pembawa acara dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sebagai pembawa acara kita diberikan kemudahan dengan menggunakan teks atau cue card untuk dibaca. Akan tetapi, dalam menjadi pranatacara tentunya tidak hanya teknik membaca saja yang diperhatikan, melainkan terdapat elemen penting seperti bagaimana cara melafalkan setiap kata hingga menjadi kalimat dengan menggunakan bahasa Jawa. Penekanan kata dan intonasi tinggi rendahnya nada juga perlu disesuaikan menggunakan ragam formal.
Bagi saya pribadi dalam mempelajari teknik pranatacara tidak begitu sulit. Hal ini dikarenakan sejak duduk di bangku SMP-SMA sering mengikuti lomba berpidato menggunakan bahasa Jawa atau sesorah. Tidak begitu asing ketika mencoba untuk memahami susunan teks dan cara melafalkannya. Ada atau tidaknya pengalaman yang linear dengan pranatacara, seharusnya bukan menjadi hambatan untuk siapa saja yang ingin belajar dan mencobanya.
Pranatacara tentunya memiliki peranan penting dalam melestarikan budaya Jawa terlebih pada aspek bahasa. Saat Pekan Budaya Jawa, pranatacara bersandingan dengan pembawa acara lainnya yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dengan demikian bahasa Jawa sejatinya memiliki kedudukan yang sama sebagai alat atau media untuk berkomunikasi. Bagaimana dengan orang yang kurang memahami arti bahasanya? Pada Pekan Budaya Jawa ini mengedepankan kolaborasi sesuai prinsip perkembangan zaman dengan saling kerja sama mengartikan bahasa antara pembawa acara yang satu dengan yang lainnya.
.jpg)
Pekan Budaya Jawa tahun 2023 merupakan tahun kedua bagi saya menjadi pranatacara. Sempat merasa sedih karena belum ada penerusnya hingga sekarang. Di lain sisi membantu saya meningkatkan kemampuan dalam bidang pranatacara dan wujud rasa syukur masih diberikan kepercayaan bahwa yang muda bisa menjadi pranatacara. Sebagai generasi muda, saya giat mendorong semangat dan memberikan motivasi kepada teman-teman yang lainnya. Dengan pranatacara kita dapat melatih kemampuan dalam membaca, mendapatkan ilmu pengetahuan tentang budaya, meningkatkan keberanian dalam berbicara di depan publik, dan mampu memahami makna akan bahasa dan budaya Jawa itu sendiri.
Melalui pranatacara, sekecil apapun harapan bangsa untuk melestarikan budaya asli nusantara akan tetap bersinar seiring perkembangan zaman. Sangat diharapkan generasi muda dapat menumbuhkan kesadaran bahwa regenerasi pranatacara sangat penting dilakukan guna melestarikan budaya dan sebagai media untuk mengingat warisan bangsa. Yakin dan Percaya bahwa generasi muda juga mampu memangku budaya dengan bijaksana.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


