menyongsong 2027 peran vital akuntan muda kawal akuntansi hijau - News | Good News From Indonesia 2025

Green Accounting: Senjata Baru atau Macan Kertas? Catatan Mahasiswa Akuntansi untuk 2027

Green Accounting: Senjata Baru atau Macan Kertas? Catatan Mahasiswa Akuntansi untuk 2027
images info

Green Accounting: Senjata Baru atau Macan Kertas? Catatan Mahasiswa Akuntansi untuk 2027


Kabar membanggakan datang bagi dunia profesional Indonesia di pertengahan tahun 2025 ini. Dewan Standar Keberlanjutan Ikatan Akuntan Indonesia (DSK IAI) secara resmi meratifikasi standar pelaporan keberlanjutan yang mengadopsi penuh IFRS S1 dan S2.

Bagi Kawan GNFI yang mungkin belum familier, ini adalah langkah besar yang menyejajarkan Indonesia dengan standar global.

Di bangku kuliah semester 3 Universitas Pamulang, kami diajarkan bahwa akuntansi adalah "bahasa bisnis".

Kini, dengan standar baru ini, bahasa tersebut menjadi lebih kaya dan relevan dengan zaman: Green Accounting atau Akuntansi Hijau.

Momentum ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia serius menuju ekonomi berkelanjutan. Meskipun terdengar kabar bahwa implementasi penuh Pajak Karbon (Carbon Tax) disesuaikan waktunya menuju 2026, hal ini justru memberikan ruang napas bagi industri dan kami para calon akuntan untuk bersiap lebih matang.

Masa transisi ini adalah peluang emas. Bagi kami, Generasi Z yang kelak akan mengisi pos-pos strategis keuangan, jeda waktu ini adalah kesempatan untuk memperdalam kompetensi agar siap saat standar ini berlaku mandatori (wajib) pada 2027 nanti.

baca juga

Kesiapan Menghadapi Standar Global

Adopsi IFRS S2 mendorong perusahaan untuk lebih transparan mengenai risiko iklim. Ini bukan sekadar beban regulasi, melainkan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di mata investor global.

Laporan keuangan kini tidak hanya bicara soal profit, tetapi juga people dan planet. Perusahaan didorong menghitung dampak finansial dari perubahan iklim secara terukur. Bagi mahasiswa akuntansi, ini mengubah cara pandang kami terhadap mata kuliah Akuntansi Biaya.

Biaya lingkungan kini dipandang sebagai investasi keberlanjutan yang harus dikelola dengan presisi.

Pemerintah pun terus mematangkan skema Cap and Tax—mekanisme penyeimbang di mana emisi dibatasi dan kelebihannya dikenakan pajak.

Dengan persiapan yang matang dari sisi regulasi, diharapkan saat kebijakan ini berjalan penuh, ekosistem bisnis Indonesia sudah kuat dan adaptif, tidak kaget lagi dengan perubahan.

Adaptasi di Tengah Dinamika Pasar Global

Mengapa kompetensi Green Accounting ini sangat penting bagi Kawan GNFI? Jawabannya ada pada dinamika pasar internasional yang bergerak cepat.

Mitra dagang utama kita, Tiongkok, sedang gencar melakukan transisi energi. Data paruh pertama 2025 menunjukkan percepatan instalasi energi surya di sana yang memecahkan rekor dunia. Hal ini secara alami mempengaruhi pola permintaan energi fosil global, termasuk batu bara.

Alih-alih melihat ini sebagai ancaman semata, kita harus melihatnya sebagai dorongan untuk berinovasi. Perusahaan Indonesia didorong untuk mendiversifikasi bisnis dan melakukan efisiensi energi.

Di sinilah peran akuntan menjadi krusial: menyajikan data yang akurat agar manajemen bisa mengambil keputusan strategis yang tepat untuk menjaga keberlanjutan perusahaan di tengah perubahan tren global tersebut.

Tanpa akuntansi yang transparan, strategi adaptasi akan sulit dilakukan. Green Accounting menjadi kompas navigasi bagi perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif.

baca juga

Menjaga Integritas Transisi Energi

Semangat kolaborasi internasional, seperti dalam Asia Zero Emission Community (AZEC), juga perlu kita sambut dengan optimisme yang kritis. Berbagai inisiatif teknologi transisi energi sedang dikembangkan.

Peran profesi akuntan di sini sangat mulia: menjaga kepercayaan publik. Kami bertugas memastikan bahwa klaim "hijau" atau "berkelanjutan" dalam laporan keuangan benar-benar mencerminkan substansi yang ada.

Dengan standar IFRS S1 dan S2, kita punya alat ukur yang valid untuk menghindari klaim yang tidak berdasar (greenwashing).

Kami, mahasiswa akuntansi, sadar bahwa kami bukan sekadar pencatat angka. Kami adalah penjaga integritas informasi.

Dengan memastikan transparansi proyek-proyek transisi energi, kita turut membantu Indonesia mencapai target Net Zero Emission dengan kredibel.

Optimisme Menuju 2027

Tahun 2027, saat standar ini wajib diterapkan, bukanlah garis akhir, melainkan garis start bagi kami memasuki dunia profesional.

Harapan kami sangat besar. Dengan kolaborasi antara pemerintah yang menyiapkan regulasi fiskal (Pajak Karbon), IAI yang menyiapkan standar akuntansi, dan perguruan tinggi yang menyiapkan SDM andal, Indonesia akan memiliki ekosistem ekonomi hijau yang tangguh.

Kawan GNFI, mari kita dukung transformasi ini. Akuntansi hijau bukan hanya soal angka di atas kertas, tapi soal bagaimana kita mewariskan ekonomi yang sehat dan bumi yang lestari. Kami siap mengambil peran.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.