Hantu Wenue merupakan salah satu mitos yang berkembang di daerah Wawonii, Sulawesi Tenggara. Ada sebuah cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara yang menceritakan tentang legenda Hantu Wenue ini dulunya.
Menurut legendanya, Hantu Wenue merupakan arwah gentayangan dari seorang budak perempuan yang diperlakukan tidak layak dulunya. Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat Sulawesi Tenggara tersebut?
Legenda Hantu Wenue, Cerita Rakyat dari Wawonii Sulawesi Tenggara tentang Arwah Penasaran
Dinukil dari buku Cerita Rakyat Wawonii (Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia), dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah seorang budak perempuan yang bernama Wenue. Budak perempuan ini juga dikenal dengan nama Masita atau Wasita oleh masyarakat sekitar.
Meskipun seorang budak, Wenue memiliki paras yang cantik jelita. Hal ini membuat banyak pria yang mengincar dirinya.
Suatu masa, Wenue dihamili oleh seorang laki-laki yang masih keturunan raja. Kejadian ini sempat menggemparkan masyarakat yang ada di sana pada waktu itu.
Sebab perbuatan ini dianggap sebagai suatu hal terlarang bagi masyarakat. Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga bisa mendatangkan bencana bagi masyarakat di masa yang akan datang.
Setelah mengetahui kehamilan Wenue, majikannya langsung menanyakan siapa laki-laki yang menyebabkan hal tersebut. Namun Wenue memilih diam dan tidak menyebutkan siapa yang sudah berbuat demikian pada dirinya.
Majikan Wenue kemudian mencari laki-laki yang bertanggung jawab atas kehamilan Wenue. Meskipun demikian, tidak ada laki-laki yang mengaku atas perbuatan tersebut.
Akhirnya Wenue diasingkan ke Wawongkamo. Masyarakat tidak ingin terkena musibah atas perbuatan terlarang yang sudah terjadi tersebut.
Beberapa bulan kemudian, tiba waktunya bagi Wenue untuk melahirkan. Malang bagi dirinya, tidak ada seorang pun yang bisa membantu Wenue pada momen tersebut.
Wenue akhirnya berusaha untuk melahirkan anaknya seorang diri. Segala upaya dia lakukan agar bisa melahirkan dengan selamat.
Namun nasib yang dia alami berkata lain. Wenue tidak sanggup bertahan lama dan meninggal dunia sebelum bayinya sempat dilahirkan.
Tidak ada seorangpun yang tahu tentang kematian Wenue ini. Beberapa waktu kemudian, lewatlah seseorang yang tengah pergi ke ladang di daerah Wawongkamo.
Orang ini kemudian menemukan mayat Wenue yang tergeletak di sana. Dia kemudian melaporkan hal ini pada Raja Tangkombuno dan Raja Tambaone.
Kedua raja ini kemudian mendatangi tempat mayat Weune ditemukan. Sesampainya di sana, kedua raja ini berebut untuk membawa mayat Waone dan dikuburkan di wilayah masing-masing.
Pertengkaran antara Raja Tangkombuno dan Raja Tambaone akhirnya tidak terhindarkan. Kedua raja ini tetap bersikeras agar bisa membawa jasad Weune ke daerah mereka.
Setelah perdebatan cukup lama, akhirnya kedua raja ini mencapai sebuah kesepakatan. Mereka sepakat untuk meninggalkan jasad Weune begitu saja di sana.
Dengan demikian tidak ada seorangpun di antara mereka yang membawa jasad Weune ke daerahnya. Begitulah nasib Weune, walau sudah meninggal dunia dia masih terbuang begitu saja.
Seiring berjalannya waktu, jasad Weune hanya tinggal tulang belulang saja. Masyarakat yang ada di sana kemudian mengambil tulang Weune dan menguburkannya di tempat itu juga.
Muncul mitos di masyarakat jika Weune berubah menjadi makhluk gentayangan yang sangat kejam. Arwah gentayangan ini kemudian dikenal oleh masyarakat dengan nama Hantu Weune.
Hantu Weune muncul untuk menuntut perlakuan tidak layak yang dia terima, baik ketika masih hidup maupun sudah menjadi mayat. Hantu Weune ini diyakini bisa berbuat kejam pada orang-orang yang ditemuinya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


