legenda tete keranjang yang baik hati cerita rakyat dari malu - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Tete Keranjang yang Baik Hati, Cerita Rakyat dari Malu

Legenda Tete Keranjang yang Baik Hati, Cerita Rakyat dari Malu
images info

Legenda Tete Keranjang yang Baik Hati, Cerita Rakyat dari Malu


Legenda Tete Keranjang merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Maluku. Legenda ini menceritakan tentang seorang lelaki tua yang memiliki sifat baik hati dan disayangi oleh masyarakat.

Simak kisah dari legenda Tete Keranjang ini dalam artikel berikut.

Legenda Tete Keranjang yang Baik Hati, Cerita Rakyat dari Maluku

Dikutip dari artikel Irmawati Basso, "Tete Keranjang" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Buru, dikisahkan pada zaman dahulu ada sebuah kampung di daerah Maluku yang bernama Hatawano. Masyarakat yang ada di kampung tersebut hidup rukun antarsesama.

Pada suatu pagi, suasana di Kampung Hatawano berlangsung baik seperti biasa. Banyak masyarakat yang berkumpul di rumah masing-masing sambil menikmati makanan dan minum kopi bersama.

Dari kejauhan, terlihat seorang lelaki tua atau tete yang berjalan masuk ke dalam Kampung Hatawano. Tete tersebut berjalan sambil membawa sebuah keranjang besar.

Masyarakat merasa asing dengan kehadiran tete tersebut. Sebab mereka belum pernah melihat tete itu di kampung mereka sebelumnya.

Akhirnya salah seorang warga melaporkan hal ini kepada kepala kampung. Mendapatkan laporan dari masyarakat, kepala kampung kemudian pergi menemui tete tersebut.

Sesampainya di sana, kepala kampung bertanya dari mana asal sang tete. Tete tersebut menjawab bahwa dia berasal dari laut.

Dia hendak mengadu nasib di Kampung Hatawano. Bahkan dia bersedia bekerja apa saja di sana.

Kepala kampung merasa kasihan melihat sang tete. Dia kemudian bertanya apakah tete tersebut sudah memiliki tempat tinggal.

Tete kemudian menjawab bahwa dia akan tinggal di tepi pantai dengan kondisi seadanya. Kepala kampung kemudian mengajak tete ke rumahnya sambil berkeliling di Kampung Hatawano.

Sang tete merasa senang dengan sambutan hangat kepala kampung. Dia pun mengitari kampung dan menawarkan diri kepada masyarakat yang sekiranya butuh bantuannya.

Selama di Kampung Hatawano, tete tersebut menawarkan berbagai jasa, khususnya memanjat kelapa. Nantinya kelapa tersebut akan dibuat kopra oleh masyarakat.

Masyarakat Kampung Hatawano kemudian mengenal sang tete dengan nama Tete Keranjang. Sebab dirinya selalu membawa keranjang yang dimilikinya ke mana saja.

Pada suatu hari, sang tete menemui salah seorang warga. Dia menawarkan jasa untuk memanjat pohon kelapa yang ada di sana.

Awalnya warga yang ditawarkan ragu menerima jasa sang tete. Sebab pohon kelapa yang dia miliki sangat tinggi dan takut akan mencelakai sang tete.

Namun sang tete tidak masalah dengan hal itu. Akhirnya sang tete mulai bekerja sambil membantu warga tersebut.

Tidak lama kemudian, warga ini kembali ke pohon kelapa tempat tete bekerja. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat sang tete sudah beristirahat di bawah pohon kelapa.

Terlihat kelapa berjejer rapi di samping sang tete. Ketika melihat ke atas, tidak ada satupun kelapa yang berkurang dari pohonnya.

Sang tete kemudian meminta izin kepada warga tersebut untuk meminta sebuah kelapa untuk diminum. Lagi-lagi, warga tersebut tertegun dengan kebaikan dan kesopanan sang tete.

Warga tersebut kemudian mengizinkan sang tete untuk meminum kelapa. Bahkan dia meminta sang tete untuk mengambil kelapa sebanyak yang dia mau.

Sejak saat itu, kebaikan sang tete dikenal luas oleh masyarakat. Dia selalu meminta izin jika menginginkan sesuatu dan tidak mau mengambil begitu saja kepemilikan orang lain.

Sifat yang dimiliki oleh sang tete sangat jarang dijumpai pada waktu itu. Hal inilah yang membuat masyarakat Kampung Hatawano sangat menyayangi Tete Keranjang.

Pada suatu masa, Tete Keranjang tidak pernah lagi terlihat di Kampung Hatawano. Dia seolah-olah menghilang begitu saja.

Masyarakat Hatawano kemudian mengitari kampung untuk mencari keberadaan Tete Keranjang. Namun usaha yang mereka lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil.

Sang tete tidak pernah lagi terlihat di Kampung Hatawano. Masyarakat Kampung Hatawano menjadi kehilangan dan sangan merindukan kehadiran Tete Keranjang yang baik hati tersebut.

Begitulah kisah dari legenda Tete Keranjang, seorang lelaki tua yang baik hati, sopan, dan disayangi oleh masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.