Kue putu merupakan salah satu jajanan tradisional khas dari Indonesia. Di Solo, Jawa Tengah, jajanan tradisional khas ini dikenal dengan nama putu bumbung.
Apakah Kawan pernah mencicipi jajanan tradisional ini sebelumnya? Jika pernah, tentu Kawan tahu tentang kenikmatan jajanan yang memiliki cita rasa gurih dan manis tersebut.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan kue putu bumbung sudah tidak semasif dulunya lagi. Terlebih penjual jajanan tradisional khas Solo tersebut hanya bisa dijumpai pada waktu tertentu saja.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait jajanan tradisional yang satu ini? Simak ulasan seputar kue putu bumbung dalam artikel berikut.
Mengenal Putu Bumbung, Jajanan Tradisional Khas Solo
Putu bumbung pada dasarnya sama dengan kue putu yang bisa Kawan jumpai di daerah lain yang ada di Indonesia. Jajanan tradisional ini dibuat dengan bahan dasar tepung beras yang diberi tambahan gula merah di dalamnya.
Dikutip dari buku Dawud Achroni yang berjudul Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka, penamaan jajanan tradisional khas Solo ini berasal dari penggunaan bumbung dalam proses pembuatannya. Bumbung merupakan bilah bambu yang digunakan sebagai alat untuk membuat jajanan tradisional tersebut.
Selain bumbung, jajanan tradisional ini juga menggunakan alat sederhana dalam proses pembuatannya. Alat lain yang digunakan untuk membuat kuliner yang satu ini adalah kompor dan kaleng bekas kemasan minyak goreng.
Sering Dijual di Malam Hari
Kue putu bumbung tidak bisa dijumpai kapan saja. Apalagi pada saat ini penjual kue putu bumbung tidak sebanyak dulunya lagi.
Penjual jajanan ini biasanya bapak-bapak yang sudah berusia lanjut. Para penjual kue putu biasanya menjajakan jualannya dengan menggunakan sepeda dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Salah satu ciri khas dari penjual kue putu bumbung adalah bunyi yang dikeluarkan ketika mereka lewat. Bunyi "Tuuut.. Tuuut.. Tuuut.," akan terdengar ketika penjual kue putu menjajakan jualannya.
Bunyi ini merupakan uap yang berasal dari kukusan kue putu bumbung. Bunyi ini pula yang sering kali menjadi penanda bagi masyarakat yang ingin mencicipi jajanan tradisional tersebut.
Proses Pembuatan yang Menarik
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, pembuatan kue putu bumbung hanya menggunakan alat sederhana. Meskipun demikian, pembuatan kue putu dengan alat sederhana ini sering menjadi tontonan yang menarik bagi setiap orang ketika membeli jajanan tradisional tersebut.
Adonan tepung beras dan parutan kelapa yang sudah dipersiapkan akan dimasukkan ke dalam cetakan kecil yang ada di bumbung. Setelah setengah terisi, penjual akan memasukkan gula merah yang sudah disisir kecil terlebih dahulu.
Nantinya cetakan bumbung akan diisi kembali dengan adonan tepung beras hingga penuh. Kemudian cetakan bumbung ini akan dipanaskan di atas kaleng bekas minyak goreng yang sudah dilubangi sebelumnya.
Kaleng bekas minyak goreng tersebut sudah diisi air terlebih dahulu. Nantinya kukusan dari air tersebut akan membuat kue putu bumbung matang dan mengeluarkan bunyi khas ketika proses pembuatannya.
Secara rasa, jajanan tradisional ini memiliki cita rasa yang manis dan gurih. Rasa manis didapatkan dari gula merah yang digunakan dalam proses pembuatan sebelumnya.
Sementara itu, rasa gurih yang didapatkan ketika memakan kue putu bumbung berasal dari parutan kelapa yang dicampur bersama adonan tepung beras. Biasanya jajanan tradisional khas Solo ini dikonsumsi sebagai kudapan sambil minum teh atau kopi di sela waktu luang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


