Oleh: Prof. Dr. Rita Khathir, S.TP., M.Sc
Profesor bidang teknologi pascapanen, Dosen Prodi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Email: [email protected]
Tsunami darat yang menerjang 18 Kabupaten Kota di Provinsi Aceh turut menghancurkan fasilitas pendidikan seperti sekolah dan dayah (pesantren). Menurut Dashboard Data Bencana Banjir Aceh 2025 per 25/12/2025, data sekolah yang terdampak mencapai 549 unit, dan data pesantren yang terdampak ada 669 unit (https://banjiraceh.acehstudies.org/).
Skala kerusakan bervariasi dari sedang ke berat. Selain itu, anak-anak yang terdampak banjir longsor juga kehilangan seluruh sarana dan prasarana sekolahnya seperti baju, buku, tas, sepatu dan lain sebagainya. Bahkan sebagian anak-anak masih tinggal di tenda-tenda pengungsian bersama orang tua mereka.
Menghadapi suatu bencana (musibah), kita akan mengalami 3 fase yaitu shock (kejutan), recovery (pemulihan), dan adjustment (penyesuaian). Selama masa tanggap darurat, kita akan mengalami tahap recovery yang dapat berupa upaya untuk menerima kesulitan pascabencana dan berusaha mendapatkan rasa aman dan nyaman. Sedangkan selanjutnya kita akan masuk ke dalam tahap adjustment, yaitu melakukan berbagai upaya penyesuaian diri dengan berjuang semampu kita untuk melanjutkan kehidupan meniti masa depan yang cerah.
Recovery pendidikan yang dimaksudkan dengan judul di atas adalah akumulasi tahapan recovery dan adjustment (penyesuaian) aspek pendidikan. Proses pendidikan harus berlanjut walau kondisi kita serba kesulitan dan kekurangan. Pendidikan adalah kebutuhan pokok Rohani setelah kebutuhan pokok jasmani meliputi pangan, sandang dan papan terpenuhi.
Baca Selengkapnya

