5 fakta menarik bedug terbesar di indonesia butuh 3 minggu untuk memindahkan bedugnya - News | Good News From Indonesia 2025

5+ Fakta Menarik Bedug Terbesar di Indonesia, Butuh 3 Minggu untuk Memindahkan Bedugnya?

5+ Fakta Menarik Bedug Terbesar di Indonesia, Butuh 3 Minggu untuk Memindahkan Bedugnya?
images info

5 Fakta Menarik Bedug Terbesar di Indonesia, Butuh 3 Minggu untuk Memindahkan Bedugnya © Tangkapan Layar (facebook.com | Masjid Agung Purworejo)


Tahukah kawan, apa penanda waktu salat telah tiba? Yup, azan tentunya. Bagi beberapa daerah di Indonesia, masih melestarikan budaya memukul bedug atau kentongan sebagai penanda memasuki waktu salat sebelum berkumandangnya azan.

Di Indonesia sendiri, ada bedug terbesar, lho. Beduk ini berada di Masjid Agung Darul Muttaqien, Purworejo, Jawa Tengah. Masjid Agung Purworejo didirikan di sebelah barat alun-alun Kota Purworejo menghadap ke arah alun-alun dan pusat pemerintahan dan dikelilingi oleh perbukitan hijau.

Bedug Masjid Agung Purworejo terkenal dengan sebutan Bedug Raksasa, Bedug Pendowo, hingga Bedug Kiai Bagelen. Apa yang melatarbelakangi dan fakta-fakta menarik tentang bedug terbesar di Indonesia ini?

1. Dibuat untuk Menambah Kemegahan Masjid

Masjid Agung Purworejo dibangun dengan sangat megah dan indah bukan tanpa alasan. Bukan untuk menghamburkan uang, melainkan untuk membentuk memori dan imajinasi yang indah bagi rakyat Bagelen kala itu.

Menurut Buku “Bunga Rampai Cakrawala Penafsiran Ilmu-ilmu Budaya” (2022), Bedug Kiai Bagelen merupakan bedug terbesar yang pernah ada di abad ke-19 hingga dua abad setelahnya. Awalnya, bedug ini dibuat untuk melengkapi Masjid Agung Purworejo, yang pada saat pembuatan masjid tersebut Bupati Purworejo ingin menunjukkan kemakmuran dan kemegahan. (Ittihadiyah, 2022)

baca juga

Pasalnya, masjid tersebut dibangun ketika masyarakat Bagelen, Purworejo, baru saja melewati masa-masa sulit seperti peperangan, suara letusan bom dan meriam, hingga ingatan tentang peristiwa pembantaian yang mengerikan.

Dengan demikian, Bupati Purworejo pada saat itu, Cokronegoro, ingin membangun nuansa baru yang mencerminkan keindahan, zaman yang aman dan tentram, disertai ketersediaan fasilitas umum yang memadai.

2. Pembuatan Bedug Kiai Bagelen Dinilai Sangat Dramatis

Sejarawan lokal Danusubroto, mantan wartawan Daerah Jawa Tengah tahun 70-an menyebutkan proses pembuatan ini sangatlah dramatis. Pemindahan Bedug Kiai Bagelen dari tempat pembuatannya, yaitu di Desa Bragelen, hingga ke Masjid Agung yang terletak di pusat pemerintahan kota, menempuh jarak cukup jauh, sekitar 9 km.

Pada saat itu, di tahun 1800-an, membutuhkan waktu 21 hari untuk memindahnya. Pemindahan ini dilakukan dengan cara mengangkut bedug bersama-sama hingga melibatkan ratusan orang.

3. Menggunakan Kayu Jati Pendowo

Bedug Pandowo dibuat pada tahun 1834, bersamaan dengan pembangunan Masjid Agung Purworejo oleh bupati pertama Purworejo, KRA Tjokronagoro I.

Bedug ini terbuat dari sebatang pohon jati raksasa, jati Pendowo, yang berumur ratusan tahun, yang berasal dari Dukuh Pandawa, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi. Proses pembuatannya melibatkan masyarakat sekitar secara gotong royong, sebagai wujud kebersamaan dan semangat gotong royong.

4. Didesain oleh Menantu Bupati Pertama Purworejo

Bedug Kiai Bagelen Purworejo didesan atau dibuat oleh Kiai Yunus Muhammad Irsyad, seorang kiai penghulu yang makamnya berada di Dusun Solotiyang. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Kiai Irsyad merupakan putra dari salah seorang besan Bupati Cokronegoro, Bupati Purworejo pertama.

Kiai Irsyad tercatat sebagai salah satu menantu Raden Ngabei Prawironegoro, yang merupakan adik kandung dari Bupati Cokronegoro.

5. Berukuran Panjang Lebih Dari 2 Meter

Bedug Pandowo memiliki ukuran yang sangat besar. Panjangnya mencapai 292 cm, dengan garis tengah depan 194 cm dan garis tengah belakang 180 cm.

Keliling bagian depannya mencapai 601 cm, sementara keliling bagian belakangnya 564 cm. Dengan ukuran yang luar biasa ini, Bedug Pandowo menjadi simbol kekuatan dan kebesaran agama Islam di wilayah Purworejo.

6. Menggunakan Kulit Banteng Tua dengan 120 Buah Paku di Bagian Depan

Pada awal pembuatan Bedug Pendowo, bagian depan dan belakang bedug ditutup menggunakan kulit banteng tua. Kulit tersebut dipaku menggunakan paku yang terbuat dari kayu dengan jumlah paku depan sebanyak 120 buah sedangkan bagian belakang sejumlah 98 buah.

baca juga

Dilansir dari laman detik.com, kulit penutup bedug bagian belakang sudah diganti tiga kali dengan kulit sapi. Selain itu, di tengah bedug terdapat gong, agar suara bedug ketika dipukul menjadi keras dan menggema.

Wah, menarik sekali ya, kawan. Ternyata, bedug terbesar ada di Indonesia. Apabila kawan penasaran dan ingin melihat langsung penggunaan bedug ini, kawan dapat mengunjungi Masjid Agung Purworejo.

Khususnya, di hari Jumat, hari-hari besar keagamaan, dan hari Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus. Sebab, di waktu-waktu ini, bedug raksasa ‘dipukul’. Menarik sekali, bukan?

Memang tidak sering, karena untuk menjaga keawetan beduk. Sebagai penanda waktu salat sehari-hari, digunakanlah beduk lain yang berukuran kecil yang terletak di serambi masjid bagian utara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.