kunjungan paus fransiskus ke indonesia sebuah perjalanan tentang diakonia dan toleransi - News | Good News From Indonesia 2025

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Sebuah Perjalanan tentang Diakonia dan Toleransi

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Sebuah Perjalanan tentang Diakonia dan Toleransi
images info

Sumber Gambar: Wikimedia Commons-Goverment of Indonesia


Bung Karno pernah berkata, “Jangan sekali-kali melupakan Sejarah”. Saya masih ingat, guru agama ketika di jenjang SMP pernah membahas tentang kunjungan ke Indonesia terakhir kali yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 8—12 Oktober 1989.

35 tahun sejak kunjungan yang kedua, Paus Fransiskus datang ke Indonesia pada tanggal 3—6 September 2024. Ini menjadi jejak historis dan pengingat bahwa Indonesia yang mayoritas beragama Islam adalah negara di dunia yang berharga di mata Tuhan.

Ada apa dengan kunjungan Paus Fransiskus?

Paus Fransiskus, You are Welcome

Layaknya sebagai host yang ramah dalam menyambut Pemimpin Tertinggi Gereja dan Umat Katolik serta sebagai Kepala Negara Vatikan, Denny J.A, mewakili rakyat Indonesia menyambut kunjungan Paus Fransiskus dengan cara yang unik, yaitu melalui karya seni lukisan.

Kita menyadari bahwa Tuhan dapat berbicara ke manusia melalui banyak cara. Satu dari sekian cara ajaib Tuhan terlihat dari lukisan Artificial Intelligence (AI) "Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia" karya Denny J.A.

baca juga

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, apakah semata-mata untuk mencuci kaki rakyat Indonesia? Jawabannya tentu bukan untuk ritus mencuci kaki rakyat Indonesia.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia selain perjalanan Apostolik dengan motto “Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa”. Ini sekaligus melanjutkan dan mempraktikan keteladanan pelayanan dan kasih Kristus yang pernah datang ke dunia untuk melayani, bukan dilayani.

Iman (Faith), Persaudaraan (Fraternity), dan Bela Rasa (Compassion)

Lukisan dengan komposisi yang rapi, cerah, tajam, dan tegas tersebut menceritakan tentang Paus yang sedang membasuh kaki seorang pemuda di tepian sungai yang mengalir jernih. Proses pembasuhan tersebut disaksikan oleh banyak orang.

Lukisan dengan elemen batik, bendera merah putih, dan nuansa iklim tropis sebagai ciri khas Indonesia memvisualisasikan dengan real tentang iman, persaudaraan, dan bela rasa.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan. Iman menghasilkan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari yang dipraktikan berdasarkan hukum kasih.

Kasih-lah yang membantu manusia memelihara persudaraan dan menimbulkan bela rasa kepada sesama manusia, tanpa dibatasi oleh apapun. Kunjungan Paus ke Indonesia selaras dengan makna diakonia dan toleransi yang dikomunikasikan melalui lukisan tersebut.

baca juga

Diakonia dan Toleransi

Ada nilai edukasi tentang praktik kepemimpinan dalam lukisan tersebut. Faktanya, mencari pemimpin ideal di gempuran revolusi 4.0 dan society 5.0 bukan perkara gampang. Tuntutan zaman yang berkembang dinamis tidak hanya membutuhkan sosok yang tegas dan disegani saja, melainkan dibutuhkan karakter dengan gaya kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership).

Khususnya untuk rakyat kecil dengan memberikan keteladanan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Dengan demikian, dalam bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa, rakyat mempunyai rolemodel yang dapat diikuti.

Gaya kepemimpinan yang melayani-pun disertai dengan kualifikasi moral yang dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan,bukan pemimpin yang peminum, pemarah, serakah, dan 'hamba uang'.

Praktik baik diimplementasikan dengan menjadi pembawa damai dan pelayan kasih (diakonia). Diakonia adalah suatu panggilan. Melalui lukisan Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia, praktik diakonia tidak harus tentang pemberian bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan saja. Namun, juga tentang memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi semua umat manusia, tanpa mempersoalkan perbedaan apalagi jarak.

Perbedaan dari kehadiran enam agama di Indonesia tidak akan jadi masalah, asalkan rakyat Indonesia dapat menerapkan dua dari empat Pilar Kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.

Memang tidak mudah menerapkan toleransi kala daging masih dominan. Polanya harus jelas dan konsistensi aksi pemimpin dapat dirasakan.

baca juga

Sejarah dunia mencatat tradisi pembasuhan kaki umat oleh Paus sebagai pemimpin negeri sudah dilakukan ke banyak karakteristik manusia, sebagai peringatan pelayanan cinta kasih tanpa pembeda yang pernah dilakukan oleh Kristus di dunia.

Konsep kepemimpinan Yesus Kristus tersebut dilanjutkan oleh Paus tanpa perlu mengubah apapun.

Seorang pemimpin negara tidak perlu memikirkan pendapat sumbang orang lain, kebenaran bahwa semua ciptaan Tuhan adalah sama, setara, dan berharga perlu ditaati.

Jika ada individu yang merasa teranggil menjadi seorang pemimpin, tetapi lupa akan caranya, lukisan AI karya Denny J.A dan kunjungan Paus ke Indonesia adalah referensi praktik baik yang dapat diamati, ditiru, dan dipraktikan. Sejatinya segala tindak tanduk manusia tidak luput dari pengawasan Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta.

Namun, paling tidak untuk memulai menjadi pemimpin manusia sesuai dengan konsep penciptaan Tuhan, maka kita dapat implementasikan diri melalui diakonia dan toleransi. Barang kali, satu dari antara kita memang dipilih Tuhan pada masa mendatang menjadi penerus negeri ini. Bersiap dan berlatihlah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

JH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.