Kinerja industri manufaktur Indonesia menunjukkan sinyal positif yang kuat memasuki akhir tahun. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur berhasil mencapai angka ekspansif 53,3 pada November 2025, yang dianggap sebagai indikator vital bagi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Tingginya permintaan dalam negeri mendorong aktivitas manufaktur. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ekspansi impresif ini menandai pengusaha industri yang optimistis.
“PMI kita ekspansif artinya pengusaha industri kita optimistis karena pasar dalam negerinya mulai membaik dan persepsi risiko ke depan sudah kelihatan,” ujar Airlangga.
Airlangga mengibaratkan prospek 2026 sebagai tailwind atau daya angkat yang kuat, yang diharapkan mendorong pertumbuhan menjadi lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, membalikkan kondisi headwind pada 2024.
Optimisme pertumbuhan ini didukung oleh data pendukung, termasuk Indeks Keyakinan Konsumen (IKI) yang berada di posisi 121,2. Sektor otomotif menunjukkan stabilitas, dengan penjualan motor meningkat 8,4%. Penjualan mobil listrik bahkan melonjak 18,27%, menandai adanya pergeseran dari mobil berbahan bakar bensin ke mobil listrik.
Dengan indikator positif tersebut, seluruh risiko ekonomi ke depan, termasuk pada nilai tukar dan tingkat suku bunga, dinilai sudah price in. Prediksi menyebutkan adanya tailwind yang mendorong perekonomian, sehingga risiko yang muncul lebih bersifat upside risk (potensi peningkatan) daripada downside risk (potensi penurunan).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News