Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim dana kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk Indonesia justru mengalami peningkatan, meskipun Amerika Serikat (AS) telah menarik diri dari keanggotaan. Kenaikan dana komitmen dari negara maju G7 ini disebut tidak berdampak pada program transisi energi Indonesia.
Airlangga menyampaikan bahwa dana JETP untuk Indonesia naik dari US$20 miliar menjadi US$25 miliar, yang setara dengan Rp356 triliun.
Rincian dana yang dimobilisasi, US$11,4 miliar (Rp189 triliun) berasal dari International Partners Group (IPG) dan US$10 miliar (Rp166 triliun) dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Airlangga menjelaskan bahwa transisi energi merupakan bagian integral dari strategi pembangunan jangka panjang Indonesia. Sejauh ini, US$3,1 miliar (Rp51 triliun) sudah dimobilisasi, dan US$5,5 miliar (Rp91 triliun) lainnya sedang dalam proses negosiasi untuk proyek konkret.
Pemerintah Indonesia menyoroti dua proyek prioritas yang ditargetkan memiliki dampak signifikan, yakni Green Energy Corridor Sulawesi (GECS) dan program dedieselisasi. Program JETP selanjutnya akan dipimpin oleh Pemerintah Jerman dan Pemerintah Jepang melalui JETP Delivery Unit (JDU).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News