Realisasi investasi hilirisasi di Indonesia mencapai Rp431,4 triliun sepanjang periode Januari hingga September 2025. Angka ini melonjak sebesar 58,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, seiring diperketatnya kebijakan larangan ekspor bahan mentah.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menyebutkan bahwa hilirisasi telah menjadi fondasi utama transformasi ekonomi nasional. Ia menekankan bahwa proses pengolahan sumber daya alam (SDA) tier pertama wajib dilakukan di dalam negeri. Todotua memberikan konfirmasi.
“Kita sudah masuk ke kebijakan yang tidak lagi mengizinkan sumber daya alam diekspor dalam bentuk raw material. Setidaknya proses tier pertama harus dilakukan di dalam negeri,” kata Todotua Pasaribu dikutip siaran pers, Senin (24/11/2025).
Kenaikan investasi ini didorong terutama oleh sektor mineral, diikuti perkebunan, kehutanan, migas, serta perikanan. Capaian ini disebut menandai perubahan struktural komposisi investasi Indonesia.
Todotua menjelaskan, Kementerian Investasi telah menyusun peta jalan yang memuat 28 komoditas prioritas. Sektor nikel disebut sebagai rantai industri yang struktur hilirnya hampir lengkap, sementara pemerintah kini tengah menata hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah.
Di sektor energi, pemerintah mempercepat proyek gasifikasi batu bara untuk diarahkan pada produksi amonia dan metanol. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor metanol yang masih tinggi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
