S&P Global melaporkan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai 53,3 poin pada November 2025. Angka ekspansif ini merupakan capaian tertinggi sejak Februari.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan capaian ini menunjukkan penguatan industri nasional. Kenaikan signifikan PMI terutama didorong oleh lonjakan pesanan baru dari pasar domestik, yang mencapai level tertinggi dalam 27 bulan terakhir. Peningkatan ini terjadi meskipun permintaan dari pasar ekspor tercatat menyusut.
“Di tengah perlambatan beberapa pasar ekspor utama, permintaan domestik kembali menjadi jangkar pertumbuhan. Industri kita bergerak adaptif, melakukan penyesuaian kapasitas agar tetap menjaga momentum,” kata Menperin dalam keterangannya.
Kondisi pasar domestik yang menguat ini mendorong produsen meningkatkan produksi dan memperbesar stok barang jadi. Perusahaan mencatat akumulasi pekerjaan yang signifikan, tertinggi selama lebih dari empat tahun, yang menunjukkan peningkatan aktivitas pabrik. Upaya menjaga kelancaran pasokan juga terlihat dari peningkatan aktivitas pembelian bahan baku dan penambahan tenaga kerja.
Dalam perbandingan regional, PMI Indonesia (53,3) berada di atas rata-rata ASEAN (53,0) dan sejajar dengan negara ekspansif lain seperti Vietnam (53,8) dan Thailand (56,8). Pemerintah menegaskan sektor manufaktur tetap menjadi andalan ekonomi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News