Bangsa Indonesia yang kaya akan suku dan budaya menyimpan banyak kisah maupun legenda di tiap daerahnya. Hal tersebut juga berlaku untuk budaya masyarakat Betawi yang memiliki kisah para pendekar, ahli silat, dan jawara.
Ngomongin soal legenda Betawi, siapa yang tak kenal dengan Pitung, Jampang, dan Sabeni? Mereka adalah segelintir legenda yang membawa seni pencak silat mengakar dalam budaya Betawi. Berikut sekelumit kisah dan legenda para pendekar Betawi tersebut.
1. Si Pitung yang Bisa Menghilang
Berbicara soal pendekar Betawi, benak kita langsung tertuju pada sosok Pitung. Selain jago silat dan sikapnya yang penuh rasa kemanusiaan, konon si Pitung juga memiliki kemampuan menghilang saat dikejar musuh. Kisah tersebut ditulis oleh Tanu Trh. dalam Si Pitung, Jagoan yang Bisa Menghilang.
Ketika itu si Pitung datang ke rumah kakek Tanu untuk sekadar mengobrol di ruang depan. Tiba-tiba, Pitung masuk ke dalam rumah dan melihat seorang polisi belanda bernama Schout Van Hinne, bertanya kepada penghuni rumah jika dia ada di sana. Schout Van Hinne memang mendapat tugas untuk menangkap Pitung.
Setelah melakukan penggeledahan seisi rumah dengan teliti, Pitung tidak ditemukan. Jika melompat pagar itu tidak mungkin karena rumah tersebut berbatasan dengan Kali Koneng yang banyak buayanya. Tak lama setelah polisi Belanda tersebut pergi, Pitung kembali muncul dari arah dapur.
Misteri Pitung bersembunyi saat itu tidak terpecahkan dan banyak yang meyakini jika dia bisa menghilang walaupun tidak ada bukti dirinya memiliki ilmu tersebut. Alasan paling logis untuk "kemampuan" Pitung ini mungkin karena tubuhnya yang kecil sehingga membuatnya bisa leluasa menyelinap.
Hingga akhirnya, kabar gugurnya Sang Pendekar Betawi merebak di masyarakat. Seperti dikisahkan Tanu Trh, Pitung meninggal karena peluru emas dari pistol Schout Van Hinne di daerah Koneng.
Dia melakukan perlawanan ketika terkepung Van Hein dan anak buahnya. Baku tembak tak dapat dihindari, Pitung ambruk seketika.
2. Jampang, Jawara Betawi
Selain Pitung, pendekar Betawi yang juga tersohor dalam legenda Indonesia adalah sosok si Jampang. Nama Jampang sebenarnya berasal dari nama daerah asal ibunya di Depok, sementara ayahnya berasal dari Banten.
Jampang dikenal sebagai sosok yang gagah dan jago silat. Namun, berbeda dengan kisah Pitung yang melawan Belanda, Jampang melawan pasukan penjajah, melainkan tuan tanah.
Dikisahkan bahwa Jampang merupakan perampok tuan tanah dan orang kaya nan tamak. Namun, dirinya tidak semata-mata merampok untuk kekayaan pribadi, melainkan membagikan harta hasil rampokannya kepada rakyat jelata.
Alkisah, orang tua Jampang meninggal akibat sakit. Jampang pun dibesarkan oleh sang paman. Hingga suatu ketika, saat Jampang beranjak dewasa, ia diperintahkan berguru silat di sebuah padepokan di Cianjur, Jawa Barat. Di sanalah dia mempelajari silat dengan serius lewat teman pamannya.
Setelah dinyatakan lulus berguru silat, guru Jampang memberi pesan jika ilmunya bukanlah untuk kejahatan. Dia pun kembali ke rumah pamannya di Grogol, Depok, dengan kereta api jurusan Buitenzorg-Batavia. Setiba di rumah, Jampang diminta berguru mendalami agama.
Masa berguru pun selesai, Jampang mencoba untuk merantau ke Betawi. Di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dia menetap di rumah sahabat pamannya.
Di sana pula, dia membantu pemilik rumah berkebun dan berdagang buah di pasar Tanah Abang. Di pasar ini, dia harus menghadapi "preman pasar" yang meminta uang pajak. Jampang dengan segala kemampuannya dituntut untuk memberesi aksi preman ini.
Melihat penindasan oleh tuan tanah dan preman yang semena-mena, timbul keinginan Jampang untuk membantu masyarakat sekitar. Dia memutuskan untuk merampok harta tuan tanah rakus tersebut dan membagi-bagikannya kepada rakyat yang membutuhkan.
Bagi para tuan tanah, Jampang sangat dimurkai. Namun, bagi masyarakat setempat kala itu, dia begitu disenangi karena selain ringan tangan, Jampang juga bisa berbaur dengan siapa saja.
3. Sabeni, Pendekar Silat Tanah Abang
penampilan Silat Sabeni | Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Jika menyusuri daerah Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kawan akan menemukan sebuah jalan bernama Jalan Sabeni. Sabeni bukanlah sekadar nama jalan biasa; penamaannya sarat akan makna dan kisah sejarah dari sosok seorang pendekar silat.
Sabeni terlahir di Kebon Pala, Tanah Abang, pada 1860 dari pasangan Channam dan Piyah. Nama Sabeni tersohor usai mampu menghadapi jagoan Kemayoran.
Kala itu, Sabeni harus meladeni Macan Kemayoran jika hendak melamar putrinya. Sejak itu, masyarakat Betawi di Jakarta mengenalnya sebagai sosok pendekar silat sekaligus jawara baru.
Dikisahkan dalam Indonesia Poenja Tjerita, di era penjajahan Jepang, putra Sabeni yang bernama Sapi’i diharuskan menjadi anggota Heiho (Tentara Sukarela Jeang untuk melawan sekutu). Sapi’i pun ditempatkan di Surabaya.
Namun, karena perlakuan tentara Dai Nippon, Sapi'i tidak tahan dan kabur dari Surabaya menuju persembunyian di rumah orang tuanya. Pihak Jepang pun kelabakan mencarinya dan terpaksa menahan Sabeni sebagai jaminan.
Jepang tahu kalau Sabeni adalah jagoan silat sehingga mereka pun mengujinya. Sang Komandan Jepang menantang sang jawara untuk diadu dengan anak buahnya yang jago karate. Duel berlangsung di Markas Kempetai, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Dengan jurus kelabang nyebrang, anak buah Jepang yang jago karate itu roboh. Komandan Jepang tak terima sehingga Sabeni pun dihadapkan dengan seorang jago sumo. Lagi-lagi, Sabeni berhasil menaklukkan lawannya dengan menotok ubun-ubun pesumo tersebut.
Sabeni mengembuskan napas terakhirnya di usia 85 tahun dua hari sebelum Proklamasi, tepatnya 15 Agustus 1945, didampingi murid dan anak-anaknya.
Untuk menghormati jasanya, jalan di depan kediamannya di Tanah Abang diberi nama Jalan Sabeni. Makamnya juga dipindahkan dari Gang Kubur ke Karet Bivak, berdekatan dengan makam M.H. Thamrin.
Hingga kini, aliran silat Sabeni kian lestari oleh anak-anaknya di daerah Tanah Abang. Hal tersebut adalah wasiat Sabeni untuk generasi penerus agar Silat Sabeni tidak hilang tergerus perkembangan zaman dan senantiasa bertahan.
Referensi:
- @Sejarah RI. 2016. Indonesia Poenja Tjerita. Yogyakarta : Bentang Pustaka
- Tim Penyusun. 2001. Intisari : Ketoprak Betawi. Jakarta: PT. Gramedia
- Hantoro. Kisah Jawara Betawi Si Jampang, Ternyata Lahir di Sukabumi dan Seorang Perantau. https://news.okezone.com/read/2017/09/09/337/1772668/okezone-files-kisah-jawara-betawi-si-jampang-ternyata-lahir-di-sukabumi-dan-seorang-peranta
- Tim Viva. Si Jampang, Jagoan Betawi dari Depok. https://www.viva.co.id/berita/metro/611699-si-jampang-jagoan-betawi-dari-depok
Informasi dalam artikel ini telah diperbaharui pada Selasa, 13 Mei 2025, pukul 12.57 WIB.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News