Masjid Istiqlal melangsungkan pemotongan hewan kurban pada Selasa (18/6) pukul 07.00 WIB. Pada Idul Adha 1445 Hijriah , Masjid Istiqlal menerima 62 hewan kurban, dengan rincian 50 ekor sapi dan 12 ekor kambing.
Imam Besar Masjid Istiqlal. Nasaruddin Umar mengatakan pihaknya menerima 25.000 permohonan daging kurban pada Idul Adha 1445 Hijriah, baik dari kalangan personal maupun lembaga.
“Jumlah pemohon yang masuk ke kami sebanyak 25 ribu jiwa dan institusi,” ujarnya di Jakarta yang dimuat Antaranews.
Nasaruddin mengupayakan pembagian daging kurban secara merata dan adil. Diungkapkan olehnya, ada tiga model penyerahan daging, yaitu menyerahkan daging secara langsung, memberikan daging kurban, dan memberikan uang untuk membeli hewan kurban.
“Di sini tidak ada antrean menerima daging kurban. Kami yang pro-aktif membagikan kepada mereka yang benar-benar dinilai berdasarkan penelitian yang intensif,” kata Nasaruddin.
Kurban dari non-Muslim
Hal yang menarik, Masjid Istiqlal juga menerima hewan kurban dari warga non-Muslim yaitu Gereja Katedral, Hotel Borobudur, dan komunitas Tionghoa. Menurutnya praktik ini merupakan bentuk toleransi.
“Kemudian juga yang menarik ya justru kawan-kawan juga memberikan sedekahnya dari non-Muslim, ada memberikan hadiah juga untuk menambah distribus kurban kita. (Ada) 22 ekor dari sahabat kita dari non-Muslim, ada dari Katedral sapinya besar, kemudian juga dari Hotel Borobudur itu menyumbang 20 ekor sapi besar-besar,” jelas Nasaruddin.
Dia bersyukur dengan adanya sumbangan hewan kurban dari kelompok non-Muslim ini. Hal ini membuat Masjid Istiqlal bisa lebih banyak mendistribusikan daging kurban untuk orang-orang yang membutuhkan.
“Itu juga memberikan tambahan hewan kurban untuk kami didistribusikan kepada mereka yang berhak,” ucapnya.
Dikelola secara higienis
Nasaruddin menambahkan bahwa Masjid Istiqlal merupakan tempat penyembelihan hewan kurban terbaik di Indonesia. Darah dari hewan kurban akan diolah menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.
“Nanti bisa dilihat, tidak ada pencemaran lingkungan. Semua darah ditampung di bak khusus lalu diolah menjadi sumber energi. Tidak ada sampah yang terbuang. Plastik pun kami press sehingga memiliki nilai ekonomis,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News