penuh perjuangan kisah seorang guru pilangrejo yang dikirim ke entikong - News | Good News From Indonesia 2024

Penuh Perjuangan, Kisah Seorang Guru Pilangrejo yang Dikirim ke Entikong

Penuh Perjuangan, Kisah Seorang Guru Pilangrejo yang Dikirim ke Entikong
images info

Penuh Perjuangan, Kisah Seorang Guru Pilangrejo yang Dikirim ke Entikong


Menuntut ilmu pada zaman dahulu memang penuh perjuangan. Mulai dari akses menuju sekolah, sarana prasarana, bahkan dari tenaga pendidik. Kali ini, tim KKN PPM UGM Nglipar bersilaturahmi dengan salah satu tokoh tenaga pendidik yang berjasa dalam pendidikan. Satimin (80 tahun) atau yang lebih akrab disapa Mbah Guru, merupakan warga yang bertanah kelahiran di Pilangrejo, Nglipar, Gunungkidul.

Beliau mengenyam pendidikan SD dan SMP di Gunungkidul hingga kemudian mengambil Sekolah Menengah Keguruan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Keguruan pada tahun 1961, Satimin memulai kariernya sebagai guru SD di Kelurahan Pilangrejo. Satimin terus mengabdi menjadi guru di desa kelahirannya. Hingga pada tahun 1963, pihak Dinas Pendidikan membutuhkan tenaga kerja pendidik dan mengangkat Satimin menjadi pegawai negeri tetap.

Perjalanan barunya sebagai tenaga pendidik dimulai sekitar 6 bulan setelah pengangkatan beliau. Pihak pemerintah membuka seleksi untuk menjadi sukarelawan tenaga pendidik yang akan dikirimkan ke Entikong, Kalimantan Barat.

baca juga

Tenaga pendidik yang dicari umumnya adalah guru sekolah dan dokter untuk mendukung kemajuan taraf pendidikan di daerah tersebut. Satimin merupakan salah satu guru yang lolos seleksi tersebut dan dikirim ke daerah perbatasan tersebut untuk mengajar masyarakat setempat.

“Di sana itu kemajuan pendidikan masih rendah, karena waktu itu masih di masa ganyang Malaysia jadi sekolah diadakan di waktu dan tempat yang memungkinkan saja,” ucap Satimin menjelaskan tantangan yang dihadapi saat mengajar di Entikong, Kalimantan Barat.

Menurut Satimin, pada masa itu keadaan pendidikan di sana memanglah tidak kondusif untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Pasalnya, bangunan sekolah pun masih belum didirikan di daerah tersebut. Prasarana mengajar seperti buku, papan tulis, hingga pakaian seperti seragam sekolah pun dikirimkan pemerintah dari Jawa sebagai akomodasi kegiatan menuntut ilmu.

Sayangnya, kegiatan belajar-mengajar masih dilakukan di sekolah terbuka yang berlokasi di dalam hutan. Masyarakat yang menuntut ilmu di sekolah yang diajar Satimin ini memiliki rentang umur anak-anak hingga remaja. Masing-masing tingkatan tersebut ditempatkan di kelas yang sama dan hanya dibatasi oleh sekat-sekat.

Sebagai guru di sekolah tersebut, Satimin mengajarkan baca tulis bahasa Indonesia serta berhitung. Pria tersebut juga memperkenalkan murid sekolah tersebut pada hal baru seperti permainan tradisional yang ada di Jawa. Tidak hanya itu, beliau juga memperkenalkan metode pertanian serta pengolahan hasil pertanian yang sudah ada di lokasi itu.

Umumnya, masyarakat di sana mencari makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Satimin yang mendapati fakta bahwa lahan di sana memiliki potensi besar dalam sektor pertanian pun turut andil dalam mengedukasi masyarakat mengenai cara pengolahan bahan mentah tersebut.

Contohnya adalah pengolahan cabai dan kelapa yang tumbuh di berbagai daerah dengan sendirinya. Satimin juga mengajarkan cara menanam padi yang kemudian menjadi makanan pokok di daerah tersebut.

Tidak hanya murid dan masyarakat yang giat menimba ilmu, ia sebagai warga yang baru menetap di daerah tersebut juga tidak kenal lelah mempelajari kebudayaan yang terdapat disana. Daerah yang didominasi oleh masyarakat dengan suku Dayak dan Melayu itu pun membuat Satimin membuka kelas percakapan di mana beliau akan bertukar ilmu bahasa dengan muridnya.

baca juga

Satimin mengajarkan bahasa Indonesia dan memperkenalkan bahasa Jawa, sedangkan muridnya memberikan berbagai kosakata dalam bahasa Dayak dan Melayu. Satimin juga mempelajari huruf Arab-Melayu yang lebih umum digunakan di daerah tersebut.

Setelah menyelesaikan tugasnya menjadi tenaga pendidik selama 2,5 tahun di Entikong, Kalimantan Barat, beliau memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya. Sepulangnya ke Pilangrejo, Nglipar, beliau kembali melanjutkan tugasnya menjadi guru di SD Sigerung.

Selayaknya guru SD, beliau juga mengajarkan semua mata pelajaran seperti bahasa, berhitung, ataupun pengetahuan alam. Bidang khusus yang dikuasai Satimin adalah kesenian, terutama melukis. Hal ini dibuktikan dengan beliau yang kerap kali menjadi juri di acara porseni sekolah.

Satimin telah merasakan berbagai fase kondisi pendidikan di Indonesia sepanjang hidupnya. Mulai dari duduk sebagai murid di sekolah, hingga menjadi guru yang mengajar murid sekolah. Mulai dari lokasi sekolah terbuka di kawasan hutan, hingga sekolah dengan fasilitas lengkap serta kemajuan program kurikulum sekolah.

Hal ini sangat menginspirasi kami sebagai mahasiswa KKN-PPM UGM untuk pantang menyerah dalam menuntut ilmu setinggi mungkin.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.