Dibalik nikmatnya rasa tahu dan tempe, proses produksi makanan khas Indonesia yang dikenal sejak abad 16 itu terdapat limbah yang punya potensi merusak lingkungan. Selain berbau busuk dan menyengat, juga punya daya rusak lingkungan.
Karena hal itu peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tertarik untuk mengatasi limbah produksi tahu dan tempe dari 1,5 juta perajin. Mereka mencoba menawarkan satu solusi, mengubah limbah menjadi bermanfaat dengan Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
BRIN melakukan pilot project ini kepada perajin tahu Sumedang. Awalnya 11 perajin tahun di Dusun Giriharja, Desa Kebonjati, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat sering membuang limbah hingga diprotes oleh warga.
Karena itulah BRIN menggandeng Nanyang Technological University, Singapura bersepakat dengan warga dan perajin membangun IPAL pada 2011. Lima tahun kemudian IPAL tersebut beroperasi penuh dan diserahterimakan kepada warga.
“Selain mampu mengolah limbah cair menjadi layak buang, sehingga bisa mengatasi masalah pencemaran, juga sekaligus menjadikan limbah cair tahu lebih bermanfaat. Yaitu, dijadikan sebagai biogas,” jelas Dwitri Waluyo yang dimuat Indonesia.go.id
Produksi biogas
BRIN membangun IPAL limbah cair tahu di Dusun Giriharja dengan lahan seluas 500 meter persegi. Pengolahan limbah cair tahu dilakukan dengan mekanisme anaerobik. Limbah diproses dengan mekanisme anaerobik agar mikroba bisa hidup bila ada udara.
“Limbah cair tahu yang punya kandungan organik tinggi diuraikan oleh mikroba menjadi metana dan karbondioksida atau yang dikenal sebagai energi biogas,” jelas peneliti dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PR LTB) BRIN, Neni Sinta.
IPAL Kelompok Perajin Tahu Giriharja itu berkapasitas 24 meter kubik per hari. Setiap hari IPA tersebut menerima limbah cair sekitar 20-25 ton dari seluruh pabrik tahu di sini. Dari limbah tersebut diproses menghasilkan biogas atau api biru.
Proses produksi api biru diawali dari limbah cair tahu yang disedot secara otomatis ke dalam enam tabung reaktor warna hitam. Di dalamnya terdapat mikroba yang membantu mengubah limbah cair menjadi gas metana dan air bersih.
“Limbah yang telah berubah menjadi gas metana selanjutnya ditampung dalam gas bag atau tabung besar sebagai wadah penyimpan,” ucapnya.
Salurkan ke 59 rumah
Gas bag dari produksi limbah ini nantinya akan disalurkan ke dapur-dapur rumah warga menggunakan pipa besi. Hingga sekarang, 59 rumah di RT 5 RW 6 telah mendapatkan manfaat dari biogas limbah cair tahu.
“Sisa limbah berupa cairan kemudian dialirkan ke Sungai Ciliwung sudah berupa air bersih dan tidak berbau. Warga yang tinggal di hilir pun sudah tidak merasakan,”
Salah seorang warga, Rohimah mengaku dapat menghemat pengeluaran dengan mengkonsumsi biogas dari IPL GIriharjo. Dia juga mendapatkan kompor gratis karena menjadi pelanggan setia.
“Saya cukup membayar Rp20 ribu per bulan untuk berlangganan biogas,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News