Kurniawan Novianto Nugroho, mahasiswa program studi Pembangunan Kesejahteraan dan Sosial, Universitas Gadjah Mada melakukan upaya dalam mendukung pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Brogger Handycraft di Desa Wringinanom.
Wawan, sapaan sehari-harinya tergabung dalam tim KKN-PPM Bromo Bestari telah melaksanakan program kerja yang berfokus pada dua aspek, yaitu pengembangan branding UMKM melalui pembaharuan desain packaging dan media sosial Brogger Handycraft.
Brogger Handycraft merupakan salah satu UMKM yang berada di Desa Wisata Wringinanom, tepatnya beralamat di Dusun Kunci RT 17/RW 04, Desa Wringinanom, Kecamatan Poncokusumo, Malang Jawa Timur. Brogger Handycraft dipelopori oleh anggota Pokdarwis Dewi Anom, yaitu Mas Agus dan Pak Widodo dengan mengenalkan dan menjual produk sandal handmade.
Produk lokal dalam bidang kerajinan tangan ini memasarkan produk sandalnya melalui paket wisata Desa Wisata Wringinanom. Selain menjual produk, mereka juga melakukan edukasi proses pembuatan sandal. Jadi, para wisatawan tidak hanya dapat mencoba menggunakan kekhasan produk handmade, akan tetapi juga mencoba bagaimana proses pembuatannya.
Pengembangan Desain Packaging Produk Sandal Handycraft
Setelah melalui proses diskusi bersama dengan pemilik usaha Brogger Handycraft dan analisis pasar sebagai langkah awal, Wawan merasa bahwa desain kemasan merupakan salah satu faktor krusial yang dapat mempengaruhi daya tarik konsumen untuk membeli produk. Oleh karena itu, Wawan merancang desain kemasan yang lebih menarik, fungsional, dan sesuai dengan karakteristik produk.
Desain kemasan yang baru dikembangkan memperhatikan dari segi estetika, fungsional, dan keberlanjutannya. Misalnya, peletakkan logo handycraft sebagai ciri khas yang akan mudah dikenal dan diingat oleh para wisatawan, kemudian bahan yang digunakan bukan bahan yang satu kali pakai, sehingga dapat digunakan untuk fungsi lainnya.
Hal – hal semacam itu yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, atau bahkan dapat meningkatkan branding handycraft ke berbagai penjuru.
“Desain kemasan yang menarik tidak hanya mampu menarik perhatian konsumen, akan tetapi juga dapat memberikan kesan positif terhadap kualitas produk yang dijual. Melalui desain kemasan yang baru ini, saya berharap produk Brogger Handycraft bisa lebih mudah dikenal oleh para pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Wringinanom.”, ujar Kurniawan Novianto.
Optimalisasi Media Sosial Sebagai Upaya Branding Produk Handycraft
Selain pembaharuan desain kemasan, Wawan juga memberikan perhatian khusus pada aspek pemasaran digital. Media sosial yang saat ini tengah diminati oleh banyak khalayak dan menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif, dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan biaya yang digunakan relatif rendah.
Oleh karena itu, pemanfaatan media sosial dapat menjadi solusi karena tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam pengembangannya.
Wawan mencoba untuk mengenalkan Instagram dan TikTok kepada pemilik Brogger Handycraft sebagai media promosi produk mereka. Manfaatnya tidak hanya pada branding produk sandal, akan tetapi juga dapat mengenalkan paket wisata dari Desa Wisata Wringinanom itu sendiri.
Program kerja tersebut menjadi satu refleksi pentingnya kolaborasi bidang akademik dengan sektor UMKM dalam upaya peningkatan perekonomian lokal. Semangat kebersamaan dan inovasi dari mahasiswa Fisipol UGM dengan Brogger Handycraft telah menunjukkan bahwa tantangan dalam pengembangan dunia usaha dapat diatasi melalui proses adaptasi pemanfaatan media digital, kreativitas, dan kerja keras.
Tim Bromo Bestari berharap bahwa program – program serupa juga dapat tetap dilanjutkan di masa depan, bahkan bisa terus dikembangkan oleh teman – teman UMKM lainnya di Desa Wringinanom hingga ke daerah lainnya yang ada di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News