Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan surga bagi wisatawan yang senang bermain di pantai. Namun, selain menyuguhkan beragam destinasi wisata pantai yang indah, terdapat sebuah desa adat yang terletak tidak jauh dari Taman Nasional Komodo, yaitu Wae Rebo.
Berada di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, NTT, desa adat Wae Rebo menyimpan berbagai fakta menarik yang perlu Kawan GNFI ketahui.
Berbatasan Langsung Taman Nasional Komodo
Kondisi Wilayah di Sekitar Taman Nasional Komodo | Sumber: Pexels
Desa Wae Rebo terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat. Dengan kata lain, desa adat ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Komodo, yaitu salah satu taman nasional pertama di Indonesia. Meski demikian, akses untuk dapat mencapai ke desa tersebut memerlukan yang cukup lama karena pengunjung perlu melewati hutan lebat yang mengelilinginya.
Dijuluki ‘Surga di Atas Awan’
Desa Adat Wae Rebo bak Surga di Atas Awan | Sumber: Unsplash
Meski lokasinya tergolong sulit dijangkau, kondisi Wae Rebo yang terletak 1000 mdpl membuat desa adat ini mendapat julukan ‘surga di atas awan’. Latar perbukitan yang menghiasi wilayah di sekelilingnya semakin menambah keindahan Wae Rebo bak surga. Selain itu, kondisi udara di sekitar Wae Revo yang sejuk semakin membuat pengunjung betah berlama-lama untuk singgah.
Salah Satu Desa Adat di Indonesia yang Diakui UNESCO
Berkat keindahannya, desa adat Wae Rebo resmi diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Dunia pada bulan Agustus 2012. Pada tahun yang sama, desa adat Wae Rebo juga mendapat penghargaan tertinggi dari UNESCO, yaitu Top Award of Excellence.
Telah Dibangun Sejak 100 Tahun Silam
Meski belum lama ini dikenal sebagai desa wisata, nyatanya Wae Rebo telah dibangun sejak 100 tahun lalu oleh Empu Maro. Pada saat itu, terdapat beberapa rumah adat khas Wae Rebo yang disebut Mbaru Niang yang masing-masing memiliki lima lantai.
Namun sayangnya, semakin bertambahnya usia, rumah adat yang berbentuk kerucut dengan beratapkan daun lontar tersebut perlahan mengalami kerusakan.
Menyadari kenyataan tersebut, dilansir dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pada tahun 2008, terdapat sekelompok arsitek asal Jakarta, yang salah satunya adalah Yori Antar, berkomitmen untuk merekonstruksi rumah adat Mbaru Niang. Menariknya, setelah selesai dibangun ulang, Mbaru Niang mulai dipergunakan warga untuk memberdayakan masyarakat di samping sebagai tempat tinggal.
Perkembangan Pariwisata di Wae Rebo
Beberapa Wisatawan yang Berkunjung ke Wae Rebo | Sumber: Wikimedia Commons (AdhyTjah)
Selain disuguhkan oleh pemandangan yang indah, Wae Rebo juga menawarkan beragam aktivitas wisata yang menarik bagi para pengunjung. Salah satunya adalah jungle tracking dengan dikelilingi flora dan fauna khas Pulau Flores. Selain itu, pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan budaya secara langsung, seperti Tari Caci, Tiba Meka, dan Rangkuk Alu.
Tidak lupa terdapat pula hasil kerajinan tangan warga sekitar, misalnya anyaman, kain tenun, dan kopi, yang dapat dijadikan cendera mata oleh para wisatawan. Bagi para pengujung yang ingin menginap, terdapat homestay yang menawarkan pengalaman langsung tinggal di rumah adat Mbaru Niang.
Pada akhirnya, keindahan destinasi wisata di Indonesia selalu memancarkan pesona tersendiri. Tidak jarang destinasi-destinasi wisata seperti Wae Rebo lebih dikenal di kalangan turis mancanegara.
Karena itu, sebagai warga lokal, kita tidak seharusnya terus bersikap acuh terhadap kelestarian budaya lokal, apalagi tidak menghargainya. Alangkah lebih baiknya jika kita turut mendukung perkembangan pariwisata domestik dengan ikut mengeksplorasi tempat-tempat wisata dalam negeri.
Jadi, apakah Kawan GNFI tertarik untuk mengunjungi Wae Rebo?
Referensi
Kemenparekraf. (n.d.). Desa wisata Wae Rebo. Retrieved from https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/waerebo.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News