Fenomena badai kuat matahari menerjang bumi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, badai kuat dari matahari ini berlangsung pada 11-13 Oktober 2024.
Badai matahari ini berada pada indeks ekstrem (G4). Namun, BMKG menyebut, puncak badai matahari sudah terjadi pada Jumat (11/10/2024).
Sebelumnya, Lembaga Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional milik Amerika Serikat sudah memberikan pengumuman bahwa ledakan matahari dengan kategori kuat atau R3 telah terjadi pada Senin, (7/10/2024) lalu.
Sebagai tambahan informasi, menurut unggahan resmi milik BMKG, ledakan matahari adalah letusan besar radiasi elektromagnetik dari matahari yang berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.
Ledakan tersebut disebabkan oleh kelompok bintik matahari 3842. Bintik matahari sendiri adalah daerah di permukaan matahari yang tampak gelap dan memiliki suhu lebih rendah.
Lalu, adakah pengaruh dari badai matahari tersebut untuk Indonesia?
Dampak untuk Indonesia
Berdasarkan informasi NOAA, badai magnet memang akan berlangsung selama beberapa hari. Di sisi lain, Pusat Cuaca Antariksa Nasional China juga sempat membuat imbauan serupa.
Diperkirakan, badai geomagnetik kecil hingga sedang masih akan terjadi di akhir pekan ini setelah melewati puncaknya pada Jumat kemarin.
Sementara itu, hasil monitoring yang dilakukan BMKG menunjukkan, nilai indeks A maksimum yang tercatat adalah 88.
Hal tersebut mengindikasikan badai magnet bumi dengan tingkat besar di wilayah Indonesia.
Salah satu dampak utama badai magnetik adalah adanya gangguan pada sistem komunikasi berbasis satelit dan GPS.
BMKG menyebut, dampak dari badai magnet itu dapat mengganggu komunikasi antarpengguna radio HF dan mengurangi akurasi penentuan posisi navigasi berbasis satelit.
Akan tetapi, Kawan GNFI tidak perlu khawatir, karena BMKG memastikan bahwa dampak yang dirasakan di Indonesia tidak akan sebesar wilayah lintang tinggi, seperti di sekitar kutub bumi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News