Konser musik biasanya identik dengan peninggalan jejak sampah di lokasi. Hal ini - salah satunya – disebabkan oleh susahnya akses pos sampah untuk dijangkau saat berada di tengah-tengah banyaknya manusia. Tentu, hal ini menjadi masalah yang cukup kompleks.
Lantas, bagaimana jika sebuah konser justru memanfaatkan sampah di sekitar untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik?
Benar, sebuah konser di Yogyakarta memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan bakar dan sumber listrik saat konser. Konser tersebut ialah Get The Fest.
Get The Fest, sebuah konser yang dilaksanakan di Yogyakarta, tepatnya di Taman Breksi, Prambanan, Sleman, menggunakan energi murni dari sampah plastik sebanyak 2,5 ton untuk dijadikan bahan bakar sumber listrik. Sampah plastik yang didapat dari warga sekitar tersebut mampu menyokong kebutuhan untuk tata lampu (lighting) hingga tata suara (sound system) dengan total energi 60.000 watt.
Strategi Get The Fest memanfaatkan sampah plastik sebagai sumber energi ini merupakan bentuk konkrit dari Get The Fest untuk turut andil dalam mengurangi sampah plastik.
Tidak heran, konser musik ini memang konsisten mengampanyekan pengurangan sampah plastik serta mengolah sampah plastik menjadi energi. Sebagaimana jargon andalannya, “lebih sedikit plastik, lebih banyak energi”.
Get The Fest digelar selama 3 hari, mulai Jumat – Minggu, 25 – 27 Oktober 2024. Selama tiga hari, Get The Fest menghadirkan berbagai musisi tanah air, lintas usia, genre dan wilayah, seperti Ipang Lazuardi, Pusakata, Jogja Hip Pop Foundation, Jason Ranti, Iksan Skuter, dan masih banyak lagi.
Menariknya, harga tiket yang ditawarkan juga cukup terjangkau, sekitar Rp75.000/hari atau Rp250.000 selama tiga hari. Tidak hanya menikmati sajian musik, Kawan juga bisa menikmati pemandangan indah di Tebing Breksi.
Sistem Pemanfaatan Sampah Plastik sebagai Sumber Energi Listrik Konser
Jogja dipilih menjadi lokasi Get The Fest merupakan sebuah salah satu jawaban dari tantangan permasalahan sampah di kota tersebut. Masalah sampah kembali mencuat di Yogyakarta sejak TPA Piyungan secara resmi ditutup sebab kuantitas sampah telah mencapai kapasitas maksimum.
Di tengah permasalahan tersebut, Get The Fest hadir mengajak warga sekitar Cupuwatu, Kalasan, untuk memilah dan mengumpulkan sampahnya. Nantinya, sampah-sampah yang dikumpulkan itu akan diolah dengan mesin pirolisis inovasi Yayasan Get Plastic Indonesia yang bekerja sama dengan Bank Sampah Go-Green sebagai sumber bahan bakar listrik saat pelaksanaan konser.
Pengolahan sampah plastik sekaligus penyelenggaraan konser ini memang diinisiasi oleh Yayasan Get Plastic Indonesia, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan dan pengolahan sampah plastik menjadi energi.
Pada perhelatan musik Get The Fest ini, penyelenggara telah menerima donasi sampah sebanyak 2.522,56 kilogram atau sekitar 2,5 ton. Dari total tersebut, penyelenggara berhasil mengolah dan menjadikan bahan bakar minyak sebanyak 1.922,27 kilogram atau sekitar 1,9 ton. Sementara itu, bahan bakar minyak berupa solar yang dihasilkan sebanyak 1.854,34 liter.
“Kita melakukan dari hal kecil, pengurangan sampah plastik. Acara seperti ini bisa menjadi agenda tahunan hingga masalah sampah plastik bisa selesai,” kata Dimas Agung Wijanarko, ketua dari Get Plastic Indonesia.
Lihat postingan ini di Instagram
Tidak sendirian, Get The Fest dalam menjalankan aksi ini juga mendapat sponsor dari Pertamina. Rizki Ekananda, Lead Specialist Process Development Research, PT Pertamina mengungkapkan dukungannya terhadap pengolahan sampah plastik menjadi energi.
“Inisiatif-inisiatif dari masyarakat ini bisa kita dukung, misal kalau dari sisi teknologi kita bisa dikembangkan (dikembangkan) bersama. Dari sisi pengetahuan kita punya banyak pengalaman,” kata Rizki, dikutip dari Tempo.
Ia menambahkan kekagumannya terhadap konser musik yang energi kelistrikannya berasal dari generator set (genset) yang bahan bakarnya murni menggunakan olahan plastik. Dirinya menilai inovasi seperti ini harus didukung dan bisa berkelanjutan.
Kekaguman ini juga dirasakan oleh Purwoko, salah satu operator genset dari Sri Mulih Jenset Banguntapan, Bantul. Ia menyatakan bahwa selama menyediakan alat pada berbagai acara, baru pertama kali ini baginya menggunakan tenaga surya dari sampah plastik
Dua genset yang digunakan berkapasitas 8000 watt dan 50.000 watt. Total output yang digunakan sekitar 60 ribu watt untuk keperluan kelistrikan panggung dan lain-lain.
“Ini pertama kali pakai menggunakan solar dari olahan plastik,” kata Purwoko.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News