Ketika membicarakan kerajinan khas Lampung, kebanyakan orang langsung teringat dengan kain tapis.
Kain tenun sarung ini memang memikat mata dengan hiasan sulaman benang emas dan perak yang berkilauan. Namun, ada satu lagi kerajinan tradisional Lampung yang tak kalah menarik, yaitu sulam usus.
Sejarah dan Asal-Usul Sulam Usus
Sulam usus merupakan warisan budaya dari suku Lampung Pepadun, terutama dari daerah Menggala, Tulang Bawang. Nama "sulam usus" sendiri diambil dari bentuk hasil sulamannya yang menyerupai gulungan usus ayam.
Teknik ini dikerjakan dengan metode tusuk sulam pada kain berbahan dasar satin, shantung, atau sutra yang lembut. Hasilnya adalah kain yang lembut dan berkilau, memancarkan keanggunan khas dari Lampung.
Sulam usus diyakini sudah ada sejak abad ke-16 dan telah menjadi ciri khas dari wilayah Sumatra, khususnya Lampung. Pada masa lalu, kain ini menjadi simbol status sosial, dikenakan oleh kaum bangsawan dan tokoh masyarakat.
Penggunaan kain sulam usus juga erat kaitannya dengan upacara adat. Dalam tradisi Lampung, kain ini dipakai oleh pengantin wanita sebagai penutup dada atau yang dikenal dengan sebutan "bebe," melambangkan keanggunan dan kesucian pengantin.
Proses Pembuatan Sulam Usus
Sulam usus dibuat secara manual, mempertahankan teknik tradisional yang sudah ada sejak dahulu. Proses pembuatannya melibatkan keterampilan tangan yang luar biasa.
Pertama, kain dasar seperti satin atau sutra dipotong menyerong, kemudian dijahit membentuk gulungan menyerupai usus ayam.
Setelah itu, gulungan kain ditempelkan pada pola yang sudah digambar di atas kertas, lalu disulam dengan hati-hati sesuai pola yang sudah ditentukan. Setelah semua bagian tersulam, jahitan sementara (jelujur) dilepas, dan terbentuklah kain sulam usus yang memukau.
Keterampilan membuat sulam usus dulunya menjadi kegiatan rutin bagi perempuan Lampung, baik gadis maupun ibu-ibu rumah tangga. Selain mengisi waktu luang, kemampuan ini dianggap penting sebagai bekal bagi mereka.
Ragam Motif dan Pengembangan Sulam Usus
Motif sulam usus awalnya terinspirasi dari bentuk-bentuk alami. Beberapa motif tradisional yang terkenal antara lain motif kupu-kupu, obat nyamuk, tembung manok (pantat ayam), dan ukel-ukel.
Seiring dengan perkembangan zaman, para pengrajin kini mengembangkan berbagai motif baru yang lebih kreatif dan unik, menambah variasi sulam usus yang semakin menarik.
Proses pengerjaan sulam usus tidak bisa dianggap remeh. Pembuatan baju atasan pendek wanita dengan sulam usus bisa memakan waktu hingga satu bulan. Sedangkan untuk kebaya panjang, waktu pengerjaan bisa mencapai 2—3 bulan.
Hal ini dikarenakan setiap detail sulaman dikerjakan dengan teliti dan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Kini, sulam usus tidak lagi terbatas pada pakaian adat. Teknik sulam khas Lampung ini telah merambah dunia fashion modern.
Mulai dari kebaya, gaun, hingga aksesoris seperti taplak meja, dompet, kopiah, hiasan dinding, dan sarung bantal.
Kombinasi antara gaya tradisional dan modern membuat sulam usus semakin diminati, baik di dalam maupun luar Lampung.
Pada tahun 2015, kerajinan sulam usus mendapatkan pengakuan resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Penghargaan ini mengukuhkan posisi sulam usus sebagai salah satu kebanggaan Lampung yang harus dijaga dan dilestarikan.
Dengan keindahan dan kekhasannya, sulam usus membuktikan bahwa warisan budaya tradisional dapat terus hidup dan berkembang di era modern.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News