mengenal filter bubble seberapa bahaya algoritma media sosial mengurung kita - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal Filter Bubble: Seberapa Bahaya Algoritma Media Sosial Mengurung Kita?

Mengenal Filter Bubble: Seberapa Bahaya Algoritma Media Sosial Mengurung Kita?
images info

Mengenal Filter Bubble: Seberapa Bahaya Algoritma Media Sosial Mengurung Kita?


Pernahkah Kawan GNFI memperhatikan bagaiaman algoritma media sosial bekerja? 

Ketika Kawan sedang berselancar di media sosial, biasanya beranda akan memunculkan konten dan postingan yang kita minati. Jika yang menarik mintat Kawan adalah konten soal pendidikan atau isu sosial budaya, maka sistem akan membuat konten serupa untuk terus muncul di beranda. Begitulah cara algoritma bekerja.

Algoritma media sosial adalah serangkaian hitungan rumus matematis yang digunakan oleh media sosial seperti Instagram, X (sebelumnya Twitter), TikTok, atau Facebook untuk menentukan konten yang ditampilkan pada beranda.

Algoritma bekerja dengan mengumpulkan data dan perilaku pengguna. Semakin banyak interaksi pengguna terhadap suatu konten, seperti like, komentar, dan lamanya interaksi terhadap sebuah konten, sistem akan terus menampilkan konten serupa.

Filter Bubble, Sisi Buruk Algoritma

Algoritma, sebagai machine learning atau pemelajaran mesin, akan memilah konten untuk ditampilkan dan membuat personalisasi ke setiap pengguna. Pengguna bisa mendapatkan informasi lebih banyak dan dalam mengenai topik-topik yang diminati.

Algoritma bisa menjadi menjadi teman baik untuk para konten kreator. Iklan produk juga akan lebih mudah menyasar pembeli. Cara kerja algoritma memang diciptakan untuk menyajikan pengalaman terbaik pada pengalaman pengguna platform.

baca juga

Namun, lebih jauh, sebuah informasi palsu atau konten yang menyebarkan kebencian juga ikut diolah dan dipersonalisasi ke pengguna akun.

Meskipun memiliki banyak manfaat, algoritma bisa membuat pengguna terjebak dalam "gelembung" semu. Pengguna hanya melihat konten yang sejalan dengan apa yang mereka ingin lihat. Gelembung inilah yang kemudian disebut sebagai filter bubble.

Filter bubble merupakan istilah yang diciptakan oleh seorang aktivis internet Eli Pariser. Berada di dalam filter bubble berarti mengisolasi pengguna dari informasi dan perspektif yang tidak diminati, membuat pengguna mungkin melewatkan informasi penting.

Bahaya Filter Bubble

Saat seseorang terjebak pada filter bubble akan tercipta kecenderungan untuk menganggap pendapatnya yang dilihat di beranda sebagai pendapat umum dan mayoritas.

Dengan data preferensi, algoritma juga membuat pengguna melihat berulang postingan opini yang sesuai dengan opini yang diyakini, sehingga bisa terjadi polarisasi opini. 

Semakin dalam seseorang terjebak dalam filter bubble, maka akan semakin sulit untuk membuat diskusi terbuka mengenai isu yang dipercayai. Di sinilah filter bubble berperan terhadap kurangnya pemahaman dan keengganan memiliki sikap terbuka terhadap sudut padang berbeda.

Hal ini juga menjadi risiko berkembangnya hoaks atau berita palsu. Tanpa paparan sudut pandang berbeda, pengguna kehilangan kesempatan untuk memverifikasi fakta, sehingga informasi palsu dapat diterima begitu saja sebagai kebenaran.

Sayangnya, filter bubble telah menjadi bagian dari budaya masyarakat internet. Kebanyakan pengguna internet tidak sadar bahwa mereka telah terjebak dalam gelembung. Sementara itu, menghindari filter bubble nyaris tidak mungkin.

Berdamai dan Menghindari Dampak Buruk Filter Bubble

Lantas, bagaimana sebaiknya agar dampak buruk algoritma tidak terus berkembang?

Meskipun tidak ada cara untuk keluar sepenuhnya dari filter bubble, membangun kesadaran terhadap isu ini penting untuk mengurangi dampak buruk.

baca juga

Sebagai pengguna media sosial yang bijak, Kawan GNFI bisa mengelola algoritma media sosial. Salah satu caranya, Kawan bisa aktif berinteraksi dengan keberagaman jenis konten sehingga meluaskan sudut pandang dan membuat perspektif yang seimbang.

Selain itu, Kawan juga bisa memperluas konsumsi informasi, dengan tidak hanya dari satu platform saja.

Penting bagi Kawan untuk selalu bersikap terbuka dan kritis dengan berbagai macam opini. Tidak lupa untuk mengecek kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya kepada teman dan kerabat.

Algoritma media sosial telah menjadi jantung pengalaman dalam berselancar di internet. Algoritma telah membantu menyesuaikan konten dengan preferensi yang pengguna inginkan. Maka, bersikap bijak dalam memilah informasi menjadi begitu penting di era digital yang semaking berkembang.

 

Referensi:
- https://teknik.uma.ac.id/2023/08/31/algoritma-media-sosial-bagaimana-mereka-mempengaruhi-pengalaman-online-anda/
- https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/04/135403465/filter-bubble-echo-chamber-dan-ruang-digital-sehat-keluarga?page=all
- https://edu.gcfglobal.org/en/digital-media-literacy/how-filter-bubbles-isolate-you/1/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.