Suku Sunda merupakan suku terbesar yang menempati daerah Jawa Barat. Masyarakat Sunda memiliki aneka macam keragaman budaya dan nilai filosifis yang dipegang secara turun-temurun.
Dengan nilai-nilai moralitas dan budaya yang dipegang itulah, suku Sunda juga dikenal dengan sikap yang menjunjung tinggi sopan santun, lemah-lembut, ramah, dan periang.
Daerah persebaran Suku Sunda disebut sebagai Tatar Sunda atau Tanah Sunda. Istilah teresebut digunakan untuk menyebut daerah geobudaya Sunda, tempat di mana kebudayaan bertumbuh di segala aspek, mulai dari bahasa, kesenian, tradisi, agama, hingga ilmu pengetahuan.
Tatar Sunda mencakup daerah di bagian barat Pulau Jawa, yakni Provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta dan sebagian Jawa Tengah yang merupakan bekas dari wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Mengutip dari Indonesia Baik, berdasarkan data Sensus Penduduk (SP) BPS pada 2010, jumlah penduduk Suku Sunda mencapai 36.701.670 jiwa atau setara dengan 15 persen dari total penduduk di Indonesia. Ini menjadikan Sunda sebagai suku terbesar kedua di Indonesia.
Lantas, keragaman budaya dan nilai-nilai kehidupan apa yang dipegang oleh masyarakat yang terkenal akan kemurahan senyumnya ini?
Ragam Budaya Sunda
Sebagai suku dengaan populasi terbesar kedua di Indonesia, perkembangan budaya Suku Sunda sangat luas dan beragam. Keragaman ini menunjukan kekayaan budaya di berbagai aspek, mulai dari tradisi adat, tradisi lisan, hingga kesenian tradisional.
Tradisi Adat
Tradisi dan adat merupakan kebiasaan berulang yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berikut beberapa contoh tradisi adat yang ada di Tanah Sunda.
Seren Taun
Seren Taun adalah upacara adat dan syukuran panen, biasanya dilakukan di desa-desa adat. Hingga saat ini, masih ada komunitas masyarakat yang melakukan tradisi seren taun, termasuk beberapa desa di Sukabumi.
Melansir Kemendikbud, istilah seren taun berasal dari kata "seren" yang berarti serah atau seserahan atau menyerahkan dan "taun" yang artinya tahun. Seren taun digambarkan sebagai prosesi serah terima dan panen tahun lalu untuk tahun mendatang.
Nyalin
Berbeda dengan seren taun, nyalin dinilai menjadi etika yang dilakukan sebelum panen yang dimaksudkan untuk mempersiapkan masa tanam selanjutnya. Kebiasaan ini menjadi prosesi untuk mengganti benih dengan mengambil bulir padi terbaik sebagai bibit pada musim tanam selanjutnya. Ini merupakan tradisi dari daerah agraris dan terpengaruh oleh agama Hindu.
Munggahan
Munggahan merupakan tradisi yang dilakukan pada akhir Sya'ban dalam kalender Hijriah atau tepat sehari sebelum datangnya Ramadan.
Secara makna, munggahan berarti berjalan keluar dari kebiasaan yang kerap dilakukan sehari-hari. Ini bisa diartikan sebagai upaya untuk naik ke bulan suci Ramadhan yang derajatnya lebih tinggi.
Cara merayakan munggahan akan berbeda-beda tergantung pada kebiasaan keluarga. Ada yang berkumpul bersama keluarga, makan bersama, saling bermaaf-maafan, berwisata, hingga berziarah.
Tradisi Lisan
Tradisi lisan merupakan pesan yang disampaikan secara turun-temurun melalui tutur kata, pidato, nyanyian, pantun, cerita rakyat, nasihat, dan balada.
Cacarekan
Cacarekan dalam bahasa Sunda artinya adalah kaul atau nazar. Seperti maknanya, cacarekan berarti janji pada diri sendiri untuk berbuat sesuatu jika suatu maksud tercapai.
Meski janji yang diucapkan adalah untuk diri sendiri, terkadang kata-kata tersebut diucapkan dengan keras. Dengan begitu, orang lain juga mendengar.
Sawer Sunda
Dalam adat pernikahan Sunda, sawer menjadi salah satu dalam rentetan upacara. Kata sawer sendiri diartikan sebagai menabur (pengantin) dengan beras putih, uang, sirih, permen, dan irisan kunir.
Pada upacara sawer, terdapat petuah untuk pengantin dalam bentuk syair yang diiringi tembang. Petuah ini berisi nasihat orang tua kepada anaknya akan menjalani kehidupan baru, biasanya disampaikan atau dituturkan oleh juru sawer.
Kesenian Tradisional Sunda
Sunda juga memiliki banyak ragam kesenian tradisional. Di dalam musik Sunda misalnya, terdapat jenis-jenis musik seperti angklung, calung, gamelan, suling, dan sebagainya. Lalu untuk kesenian tari, ada jaipong dan tari topeng yang masih masuk ke dalam kebudayaan Tanah Sunda.
Selain itu, masih banyak kesenian Sunda yang menarik untuk dijelajahi. Misalnya Sisingaan, tradisi ini merupakan sebuah acara hiburan khas Sunda yang biasanya muncul saat khitan atau sunat. Sang anak akan dinaikkan ke atas tandu dengan boneka berwujud singa yang kemudian dipapah oleh empat orang dewasa.
Sunda juga memiliki budaya pewayangan bernama wayang golek. Wayang golek adalah boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kayu. Seperti wayang pada umumnya, kesenian ini juga dimainkan oleh seorang dalang yang piawai memainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan.
Golek memilki arti tongkat kayu, karena wayang ini dimainkan dengan tongkat kayu. Jenis wayang ini tidak menggunakan layar untuk memainkannya, sehingga langsung dimainkan di atas panggung seperti boneka tangan.
Nilai Filosofi Hidup
Nilai-nilai filosofis membuat masyarakat Sunda menjadikan tradisi tidak hanya sebagai ritual yang sifatnya praktis, tetapi juga pengajaran hidup. Secara umum, masyarakat Sunda dikenal dengan kehidupannya yang lembut dan religius, ini juga dapat dilihat dari nilai-nilai filosofis yang mereka pegang.
Nilai filosofis Sunda yang paling umum dikenal orang adalah semboyan silih asih, silih asah, silih asuh; yakni saling mengasihi dengan mengutamakan sifat welas asih, saling menyempurnakan atau memperbaiki diri, dan saling melindungi.
Nilai-nilai dalam semboyan ini menjadi norma aturan yang tertanam dalam masyarakat Sunda. Harapannya, mereka yang memegang nilai ini dalam hidup akan terus saling menjaga persaudaraan dan mengurangi rasa permusuhan.
Filosofi lainnya yang dipegang masayarakat Sunda adalah someah hade ka semah yang berarti ramah, bersikap baik, menjaga, melayani dan menjamu, dan membahagiakan semua orang.
Ini merupakan prinsip tata krama kepada tamu secara khusus atau semua orang secara umum.
Contoh budaya someah adalah kebiasaan masyarakat Sunda terwakilkan dalam kata-kata keseharian "punten" dan "mangga". Punten ditujukan untuk kerendahan hati seperti meminta izin, meminta tolong, dan meminta maaf. Sementara mangga menjadi jawaban untuk digunakan sebagai bentuk sifat keterbukaan dan penawaran.
Prinsip-prinsip inilah yang tak lekang oleh waktu dan menjadikan masyarakat Sunda seperti yang kita kenal hari ini.
Sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia, suku Sunda menawarkan kekayaan budaya dan nilai-nilai filosofis yang melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Tradisi adat, kesenian, dan falsafah hidup menjadi cerminan identitas yang tetap relevan di era modern.
Dengan memahami dan menghargai kebudayaan Sunda, kita tidak hanya menjaga warisan nenek moyang, tetapi juga memperkaya identitas bangsa di tengah keberagaman.
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda#:~:text=Budaya%20Sunda%20dikenal%20dengan%20budaya,dan%20sangat%20menghormati%20orang%20tua.
- https://indonesiabaik.id/infografis/sebaran-jumlah-suku-di-indonesia#:~:text=Suku%20Sunda%20menjadi%20peringkat%20kedua,persen%20dari%20total%20penduduk%20Indonesia.
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/cacarekan-tradisi-lisan-pada-masyarakat-desa-sukakersa-kabupaten-sumedang/#:~:text=Seorang%20petani%20pernah%20memiliki%20cacarekan,khawatir%20putrinya%20menjadi%20perawan%20tua.
- https://www.liputan6.com/regional/read/5117194/sawer-sunda-tradisi-lisan-berisi-nasihat-untuk-mempelai-pengantin?page=2
- https://bandung.kompas.com/read/2023/08/26/151814578/10-tradisi-khas-sunda-ada-botram-dan-sisingaan?page=all
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/seren-taun-kasupuhan-banten-kidul-kabupaten-sukabumi/
- https://diplomasi.republika.co.id/posts/83333/pesan-someah-hade-ka-semah-buat-warga-sunda-di-mana-saja
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News