suku di kalimantan selatan - News | Good News From Indonesia 2024

6 Suku di Kalimantan Selatan beserta Karakteristiknya

6 Suku di Kalimantan Selatan beserta Karakteristiknya
images info

6 Suku di Kalimantan Selatan beserta Karakteristiknya


Sebagai salah satu provinsi di Pulau Kalimantan, Kalimantan Selatan tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan keanekaragaman budaya seperti suku bangsanya.

Wilayah ini dihuni oleh berbagai suku asli yang memiliki tradisi, kepercayaan, dan kearifan lokal yang unik. Dari Dayak Meratus hingga Suku Banjar yang terkenal, masing-masing suku menyimpan cerita dan identitas yang menarik untuk ditelusuri.

Berikut merupakan penjelasan lengkap tentang suku di Kalimantan Selatan. Simak sampai selesai ya!

Nama Suku yang Ada di Kalimantan Selatan

Berikut merupakan penjelasan tentang suku yang ada di Kalimantan Selatan, dari mulai Suku Dayak sampai suku Dayak Pitap.

1. Suku Dayak

Masyarakat Suku Dayak dalam rangkaian acara Mesiwah Pare Gumboh
info gambar

Masyarakat Suku Dayak dalam acara Mesiwah Pare Gumboh I sumber: Instagram @ikhsaneffendi


Suku Dayak adalah sebutan kolektif untuk berbagai kelompok etnis asli yang tinggal di pedalaman Kalimantan, termasuk Kalimantan Selatan. Wilayah pantai dan daerah hilir di sekitar mereka dihuni oleh suku-suku lain seperti Melayu, Banjar, Bugis, Makassar, Cina, Jawa, dan Madura.

Sebagian besar masyarakat Melayu di Kalimantan diyakini merupakan keturunan suku Dayak yang kemudian memeluk agama Islam. Sellato (1986) memperkirakan sekitar 90 persen orang Melayu Kalimantan adalah keturunan Dayak, dengan populasi Dayak sekitar tiga juta dan Melayu lebih dari enam juta.

Istilah "Dayak" sebelumnya memiliki konotasi negatif, seperti dikaitkan dengan keterbelakangan, praktik mengayau, dan animisme, sehingga ada yang lebih memilih istilah "Daya" (Coomans, 1987). Namun, pandangan ini perlahan berubah, dan menurut Dr. Fridolin Ukur, seorang Dayak Ma'anyan, istilah "Dayak" tidak perlu diganti.

Sebagai upaya untuk meningkatkan martabat masyarakat Dayak, pada masa kolonial Belanda telah dibentuk organisasi seperti Sarekat Dayak dan Pakat Dayak yang menggunakan istilah tersebut.

2. Suku Banjar

Suku Banjar, yang juga dikenal sebagai Urang Banjar, memiliki hubungan erat dengan agama Islam yang dianut sejak berdirinya Kesultanan Islam di masa pemerintahan Pangeran Samudera. Islam menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka dan diwariskan secara turun-temurun.

Meskipun berasal dari Kalimantan, Suku Banjar telah menyebar ke berbagai wilayah di luar pulau tersebut, salah satunya Kalimantan Selatan. Mereka banyak ditemukan di daerah seperti Kuala Tungkal, Jambi, serta Tembilahan di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Penyebaran mereka bahkan mencapai wilayah Deli di Sumatera Utara, meliputi Langkat, Serdang Bedagai, dan Medan.

Di Provinsi Jambi sendiri, keberadaan Suku Banjar berbaur dengan berbagai suku lain dari seluruh Indonesia, kecuali dari Timor Timur.

Bahasa Banjar menjadi ciri khas utama Suku Banjar. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia, bahasa ini memiliki dialek unik yang membedakannya dari bahasa lain di wilayah Nusantara.

Bahasa ini digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari oleh masyarakat Banjar, baik di Kalimantan maupun di daerah perantauan mereka.

baca juga

3. Dayak Bakumpai

Suku Dayak Bakumpai sebagian besar bermukim di Kabupaten Barito Kuala, salah satu wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan. Mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat Dayak yang memiliki karakteristik budaya dan bahasa khas.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bakumpai menggunakan bahasa Bakumpai untuk berkomunikasi. Namun, ketika berbicara dengan penutur dari suku lain, mereka umumnya menggunakan bahasa Banjar, yang merupakan bahasa mayoritas di Kalimantan Selatan.

Menariknya, mayoritas masyarakat Bakumpai juga fasih berbahasa Banjar. Bahkan, pada generasi muda, bahasa Banjar cenderung lebih sering digunakan dibandingkan bahasa Bakumpai.

Pada awalnya, masyarakat Dayak Bakumpai menganut kepercayaan Kaharingan, yaitu keyakinan tradisional yang percaya pada kehadiran arwah nenek moyang sebagai pelindung.

Namun, dengan berkembangnya penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan, banyak dari mereka yang kemudian memeluk agama tersebut. Hal ini membuat Islam memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Dayak Bakumpai, baik dalam aspek budaya maupun tradisi sehari-hari.

4. Dayak Meratus

Suku Dayak Meratus
info gambar

Aktivitas Anak-Anak Suku Dayak Meratus I Sumber: Instagram @mieke.firmansyah


Suku Dayak Meratus adalah kelompok masyarakat Dayak yang tinggal di wilayah pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Hidup secara turun-temurun di kawasan tersebut, mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam mengelola sumber daya alam di lingkungan sekitarnya.

Kepercayaan yang dianut oleh Dayak Meratus adalah Kaharingan, yang bermakna "kehidupan." Keyakinan ini menekankan keharmonisan antara manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan Tuhan. Sistem kepercayaan ini menjadi pedoman penting dalam kehidupan mereka, mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap keseimbangan alam.

Suku Dayak Meratus juga dikenal melalui praktik ritual tradisional mereka yang disebut Aruh Ganal.

Ritual ini memiliki tiga tahapan utama. Pertama, Aruh Basambu, dilakukan setelah menanam padi pada bulan Februari. Kedua, Aruh Bawanang Halin, untuk merayakan panen sekitar bulan Juni. Terakhir, Aruh Bawan Banih Hanlin, sebagai penutup musim panen di bulan September. Salah satu tempat untuk menyaksikan ritual ini adalah di Desa Loklahung.

Selain itu, masyarakat Dayak Meratus memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Hingga saat ini, mereka masih mengandalkan tumbuhan berkhasiat sebagai sarana penyembuhan penyakit. Pengetahuan ini diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang, menjadikannya bagian penting dari budaya mereka.

5. Dayak Balangan

Suku Dayak Halong, juga dikenal sebagai Dayak Dusun Balangan atau Dayak Balangan, merupakan salah satu sub-suku Dayak yang tinggal di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Bahasa yang digunakan oleh suku ini termasuk dalam rumpun Bahasa Barito Raya.

Masyarakat Dayak Halong sebagian besar menetap di desa-desa yang berada di wilayah hulu Sungai Balangan, tepatnya di Kecamatan Juai dan Halong. Lokasi desa-desa ini terletak di antara kawasan yang menjadi pemisah antara komunitas suku Banjar dan suku Dayak Deah.

Dalam hal keyakinan, mayoritas Dayak Halong memeluk agama Buddha, meskipun ada juga yang masih mempertahankan agama leluhur Kaharingan serta sebagian lainnya menganut agama Kristen.

6. Dayak Pitap

Suku Dayak Pitap adalah komunitas adat Dayak yang sering dianggap bagian dari Dayak Meratus atau Dayak Bukit. Mereka tinggal di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Suku ini dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki hubungan kekerabatan berdasarkan keturunan dan adat istiadat yang berpijak pada agama Kaharingan. Mereka mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Pitap dan anak-anak sungainya.

Nama Sungai Pitap sendiri berasal dari kata "kitab." Berdasarkan kepercayaan mereka, di tanah tersebut pernah turun kitab suci yang diperebutkan.

Untuk menjaga ajarannya tetap abadi, para leluhur memutuskan untuk "memitapkan" kitab itu, yaitu dengan menelannya agar ajaran tersebut tertanam dalam hati dan pikiran. Dari sinilah nama "Pitap" berasal, menggantikan nama asli sungai tersebut.

Transportasi utama suku Dayak Pitap adalah rakit, karena sungai menjadi jalur penting bagi mereka dalam mendukung mobilitas. Sebagian besar masyarakat Dayak Pitap berprofesi sebagai petani, dengan komoditas utama seperti palawija, karet, dan aktivitas berburu.

baca juga

Itulah penjelasan lengkap tentang beberapa suku yang ada di Kalimantan Selatan. Semoga bermanfaat ya!

Referensi:

  • Singarimbun, M. (1991). Beberapa aspek kehidupan masyarakat dayak. Humaniora.
  • Aman, R., Hamid, Z., & Hamid, S. A. (2012). Profil pemikiran Banjar: Satu kajian perbandingan antara suku Banjar di Malaysia dan di Indonesia. Geografia Malaysia Journal of Societ and Space.
  • Maharani, D. (2024). Dinamika Kehidupan Sosial Budaya masyarakat suku banjar (Doctoral dissertation, Universitas Jambi).
  • Rezekiah, A. A., Fithria, A., & Rahmadi, A. (2021). Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh suku dayak meratus kalimantan selatan. Jurnal Hutan Tropis.
  • Yulianto, A. (2022). Kepercayaan lokal dalam mantra dayak bakumpai di Kalimantan Selatan. Jurnal Tradisi Lisan Nusantara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.