Dalam era digital saat ini, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkannya, ada ancaman serius yang mengintai: Sindrom Kessler. Fenomena ini tidak hanya berpotensi merusak infrastruktur luar angkasa, tetapi juga bisa menghancurkan jaringan satelit yang mendukung teknologi modern kita.
Jika tidak ditangani, Sindrom Kessler dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia, memaksa kita untuk hidup tanpa internet dan layanan penting lainnya. Mari kita telusuri lebih dalam apa itu Sindrom Kessler dan bagaimana dampaknya bisa mengubah masa depan kita
Melansir dari National Geographic Indonesia, Havelock Ellis, seorang dokter Inggris yang visioner, pernah menulis dalam bukunya "The Dance of Life" pada tahun 1923,
"Matahari, bulan, dan bintang-bintang mungkin telah lama menghilang jika mereka berada dalam jangkauan tangan manusia yang serakah." Salah satu pernyataan di buku tersebut sebagaiamana dilansir dari NGI.
Pernyataan ini, yang mungkin terdengar berlebihan di masanya, kini sangat relevan. Kita melihat dampak besar peradaban manusia terhadap lingkungan, termasuk ruang angkasa.
Kita telah mengubah Bumi, satu-satunya rumah yang kita kenal, menjadi planet yang sakit. Udara kita tercemar, air yang kita minum kotor, dan tanah yang kita garap kehilangan kesuburan akibat eksploitasi berlebihan. Kita kini berada di era Antropocen, di mana aktivitas manusia mendominasi perubahan planet ini.
Ironisnya, meskipun kita telah menjelajahi Bulan dan Mars, kita juga membawa masalah pencemaran ke sana. Sejak pendaratan Luna 2 oleh Soviet pada tahun 1959, lebih dari 200.000 kilogram sampah telah menumpuk di Bulan. Sampah ini termasuk kendaraan bulan dari misi Apollo dan peralatan astronot.
Mars pun tidak luput dari pencemaran, dengan hampir 7.000 kilogram sampah yang tertinggal sejak misi robotik pertama sekitar 50 tahun lalu. Ini termasuk komponen pesawat yang rusak dan peralatan lainnya.
Di Orbit Bumi Rendah (LEO), yang penting untuk banyak aktivitas luar angkasa, kita juga menghadapi masalah serius. Ribuan satelit beroperasi di orbit ini, tetapi juga menyisakan banyak sampah. Selama lebih dari enam dekade eksplorasi luar angkasa, kita telah menciptakan jutaan potongan sampah yang mengancam keselamatan misi di masa depan.
Sampah antariksa ini bisa menimbulkan bahaya besar jika saling bertabrakan, fenomena yang dikenal sebagai Sindrom Kessler. Jika kepadatan puing-puing meningkat, tabrakan akan terjadi beruntun, menciptakan lebih banyak sampah dan mengancam satelit yang mengorbit, termasuk Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). ISS pernah melakukan manuver untuk menghindari tabrakan dengan puing-puing yang melintas sangat dekat.
Jika Sindrom Kessler terjadi, dampaknya bisa sangat luas. Layanan penting seperti internet, GPS, dan komunikasi seluler bisa terganggu. Bayangkan hidup tanpa akses internet atau telepon.
Menurut Badan Antariksa Eropa, ada lebih dari 13 juta kilogram material yang mengorbit Bumi, dengan sekitar 35.000 objek yang sedang dipantau. Namun, ada lebih dari satu juta objek berukuran cukup besar yang bisa menyebabkan kerusakan serius. Setiap hari, rata-rata satu objek jatuh ke Bumi, dan tidak semuanya terbakar habis saat memasuki atmosfer.
Negara-negara yang aktif dalam eksplorasi luar angkasa menjadi penyumbang utama masalah ini. Meskipun risiko kehilangan satelit semakin tinggi, belum ada upaya serius untuk membersihkan LEO. Saat ini, fokus mereka lebih kepada melindungi satelit masing-masing daripada menjaga lingkungan luar angkasa.
Masalah sampah antariksa bukan hanya tanggung jawab satu negara. Ini adalah tanggung jawab bersama bagi semua negara yang terlibat dalam eksplorasi luar angkasa. Jika kita tidak segera menangani masalah ini, lingkungan LEO akan menjadi tidak berkelanjutan.
Sejarah menunjukkan bahwa umat manusia bisa bersatu untuk mengatasi tantangan besar. Kini, saatnya kita bekerja sama untuk menyelamatkan ruang angkasa demi generasi yang akan datang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News