Apabila Kawan GNFI ditanya tentang rumah tradisional Jawa, mungkin yang terlintas di benak Kawan adalah joglo. Dinamakan demikian karena bentuk atapnya berupa joglo.
Joglo merupakan rumah yang cukup populer khususnya di kalangan para bangsawan keraton. Rumah jenis ini mencerminkan pribadi bangsawan keraton serta dapat memberikan kebahagiaan lahir dan batin, lho.
Pernahkan Kawan GNFI bertanya tentang perbedaan rumahjoglo para bangsawan keraton dengan rumah joglo lainnya? Yuk, kita telusuri!
Apa itu Rumah Joglo?
Rumah tradisional Jawa berkembang berdasarkan bentuk atapnya. Dalam sejarahny, bentuk atap ini terbagi menjadi empat jenis yaitu berbentuk kampung, limasan, tajug, joglo, dan/atau varian dari masing-masing bentuk tersebut.
Mengutip dari situs Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, bentuk rumah tradisional Jawa awalnya mengacu pada bentuk tajug. Atap tajug ini berbentuk bujur sangkar dengan empat sisi yang sama panjang. Dari bentuk atap ini, kemudian berkembang joglo, yang pada dasarnya merupakan gabungan dari dua atap tajug.
Istilah joglo sendiri berasal dari kata jug-loro, yaitu tajug-loro, yang berarti dua atap tajug. Pada bangunan joglo, terdapat rangkaian balok kayu (balungan) di bagian tengah yang disebut gajah.
Dalem, Rumah Joglo Bangsawan Keraton
Rumah joglo yang dihuni oleh keluarga atau kerabat keraton disebut dengan dalem, yang dalam bahasa Jawa berarti rumah. Rumah dalem ini memiliki perbedaan mencolok dibandingkan dengan rumah masyarakat biasa. Perbedaan ini terletak pada ukuran, struktur, dan jumlah ruangan.
Salah satu ciri khas dalem adalah luasnya halaman serta jumlah ruangannya yang lebih banyak dan bervariasi. Atap jenis joglo sangat cocok untuk rumah besar yang membutuhkan banyak tiang penyangga. Selain itu, ukuran bangunan yang besar memungkinkan adanya ruang tambahan di samping ruang inti.
Museum Sonobudoyo (Dahulu Dalem Keraton Yogyakarta) | Source: KITLV
Secara umum, baik rumah masyarakat biasa maupun rumah bangsawan memiliki tiga bagian utama yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang yang terdiri dari senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Namun, rumah bangsawan memiliki tambahan ruang seperti pendapa, peringgitan, serta dalem/omah jero yang tetap mempertahankan struktur senthong di dalamnya
Rumah bangsawan ningrat (keturunan Sultan) memiliki elemen tambahan yang tidak ditemukan pada rumah masyarakat dan bangsawan biasa. Perbedaan tersebut terletak pada adanya gandhok yaitu ruang panjang di sisi kanan dan kiri yang berfungsi sebagai tempat tinggal.
Selain itu, kompleks rumah ini dikelilingi oleh beteng (dinding tinggi) dengan pagar depan yang disebut regol. Di antara regol serta jalan umum terdapat jalan kecil bernama gledegan. Rumah ini juga memiliki jalur khusus untuk kereta yang disebut longkongan.
Dalem di Keraton Yogyakarta
Mengutip dari babad.id. di keraton Yogyakarta saat ini, setidaknya ada 13 rumah dalem, diantaranya:
Ndalem Pakuningratan | Source: Jogjacagar - Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta
- Dalem Condrokiranan yang kini menjadi Museum Sonobudoyo II
- Dalem Suryoputro Baru, didirikan oleh Sultan Hamengkubuwana VI untuk anaknya B.R.M. Suryo Putro
- Dalem Benawan, didirikan tahun 1930-an oleh Pangeran Suryo Negara, anak Sultan Hamengkubuwana VIII.
- Dalem Mangkubumen, sekarang menjadi sekolah
- Dalem Purbonegaran, didirikan tahun 1828.
- Dalem Joyokusuma
- Dalem Purbayan
- Dalem Pakuningratan, dibangun oleh Hamengkubuwana VII kepada anaknya Hamengkubuwana VIII tahun 1877.
- Dalem Kaneman, didirikan tahun 1855
- Dalem Sastrosupratan, didirikan tahun 1920
- Dalam Djoyokusuman
- Dalem Suryoputro Lama, kini digunakan sebagai asrama polisi
- Dalem Ngabean, sekarang menjadi restoran.
Kawan GNFI, itulah gambaran mengenai ragam bentuk rumah tradisional Jawa. Apakah Kawan GNFI sudah pernah mengunjungi rumah-rumah dalem? Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang menyimpan warisan arsitektur tradisional tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News