Apakah Kawan pernah menonton salah satu film anak Indonesia yang berjudul Djenderal Kantjil? Mungkin tidak banyak penonton Indonesia, khususnya dari kalangan anak-anak yang pernah menonton film ini secara langsung.
Hal ini wajar terjadi karena Djenderal Kantjil termasuk dalam salah satu generasi awal film anak yang diproduksi langsung oleh orang Indonesia. Apalagi film anak yang satu ini pertama kali rilis puluhan tahun silam.
Meskipun demikian, bukan berarti Kawan tidak bisa mendapatkan informasi terkait film Djenderal Kantjil begitu saja. Dalam artikel ini, Kawan akan menemukan informasi terkait film yang dibintangi oleh vokalis God Bless, Achmad Albar tersebut.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait film anak yang satu ini? Simak uraian lengkapnya dalam artikel berikut.
Generasi Awal Film Anak Indonesia
Djenderal Kantjil merupakan film anak yang pertama kali rilis pada 1958. Film ini disutradarai oleh Nya Abbas Akup dan dibintangi oleh beberapa pemeran, seperti Achmad Albar, Menzano Rendra Karno, dan lainnya.
Film ini menjadi salah satu generasi awal film anak yang diproduksi oleh orang Indonesia. Dilansir dari skripsi Yuliawati yang berjudul "Film Anak-Anak di Indonesia, 1950-an-1980-an", dijelaskan bahwa dekade 1950-an memang menjadi periode penting bagi film anak Indonesia.
Pada periode ini mulai bermunculan film anak yang diproduksi oleh orang Indonesia. Si Pintjang karya Kotot Sukardi merupakan film anak Indonesia pertama yang rilis pada 1951.
Selain Si Pintjang dan Djenderal Kantjil, juga ada beberapa judul film anak lain yang muncul pada periode ini, seperti Si Dudung (1956), Kunang-Kunang (1957), Lajang-lajangku Putus (1958), dan Ni Gowok (1958).
Film Djenderal Kantjil
Cerita dalam film Djenderal Kantjil berpusat pada seorang anak bernama Amran. Dirinya menginginkan hadiah berupa pistol mainan dari sang ayah.
Awalnya sang ayah diketahui menolak permintaan Arman agar bisa memiliki pistol mainan. Namun berkat dorongan dari ibunya, akhirnya Arman mendapatkan hadiah yang dia inginkan tersebut.
Ketika Arman memiliki pistol mainan, dia kemudian membentuk sebuah pasukan bersama teman-temannya. Pasukan yang dibentuk oleh Arman ini bertujuan untuk melindungi daerah di sekitar tempat tinggalnya.
Tidak jarang kelompok Arman mesti terlibat perkelahian dengan kelompok lainnya. Namun puncak cerita dari film ini terlihat ketika Arman berhasil mengatasi sekelompok bandit yang mengacaukan daerahnya.
Kelompok bandit yang dipimpin Bang Hamid tersebut memang mengganggu keamanan daerah tersebut. Bahkan kelompok ini juga melakukan upaya pencurian di rumah warga.
Setelah berhasil membekuk kelompok bandit tersebut, kelompok Arman menjadi dihargai oleh penduduk daerah tersebut. Akan tetapi kelompok Arman juga dibubarkan oleh sang ayah setelah mereka berhasil melakukan aksi heroik tersebut.
Merekam Situasi Zaman lewat Film
Tema cerita yang diangkat dalam film anak pada generasi awal sebenarnya tidak terbatas sebagai hiburan saja. Yulia dalam skripsinya menyebutkan bahwa film anak menjadi salah satu media yang digunakan untuk merekam situasi zaman yang terjadi pada waktu itu.
Sebab tema film yang diangkat pada generasi ini masih berkaitan dengan situasi yang tengah terjadi di Indonesia. Contohnya saja dalam film Djenderal Kantjil digambarkan bagaimana situasi Indonesia yang masih belum kondusif pada masa Revolusi tersebut.
Tema ini tidak hanya bisa Kawan jumpai pada film Djenderal Kantjil saja. Beberapa film anak yang terbit pada periode ini juga mengangkat tema serupa, seperti Si Pintjang, Lajang-lajangku Putus, dan lainnya.
Oleh sebab itu, film-film anak yang muncul pada periode ini tetap merepresentasikan situasi zaman yang tengah terjadi. Tidak hanya itu, semangat nasionalisme juga diselipkan dalam film-film anak yang rilis pada periode tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News