Dalam dunia yang serba cepat ini, sering kali kita dihadapkan pada pilihan antara waktu dan uang. Artikel ini mengupas dua konsep penting dalam ekonomi: Time Value of Money (TVM) yang mengutamakan uang, dan Economic Value of Time (EVT) yang menghargai waktu.
Dalam konteks keuangan syariah, kedua konsep ini memiliki tantangan tersendiri, mengingat prinsip-prinsip syariah yang menekankan keadilan, transparansi, dan berbagi risiko. Bagaimana keuangan syariah menawarkan solusi seimbang untuk menghargai waktu dan uang dalam hidup kita?
Time Value of Money, Perspektif Konvensional yang Mengutamakan Uang
Time Value of Money (TVM) adalah konsep dasar dalam ekonomi yang menyatakan bahwa uang yang dimiliki saat ini lebih berharga daripada jumlah uang yang sama di masa depan. Hal ini berkaitan dengan peluang investasi dan potensi pertumbuhan uang seiring berjalannya waktu.
Dalam sistem keuangan konvensional, Time Value of Money (TVM) mendasari banyak keputusan investasi, di mana uang yang ditanamkan akan memperoleh bunga dan mengembangkan nilai lebih tinggi dalam periode waktu tertentu.
Namun, prinsip ini bertentangan dengan etika dan pedoman dalam keuangan syariah. Dalam Islam, pengambilan keuntungan dari bunga (riba) dilarang karena dianggap tidak adil dan eksploitatif.
Keuntungan yang diperoleh tanpa kerja nyata atau risiko adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan kesejahteraan sosial yang diajarkan dalam Al-Qur’an.
Oleh karena itu, meskipun TVM menjadi pijakan dalam banyak keputusan investasi, ia harus dijalankan dalam kerangka yang sesuai dengan aturan syariah, yang menekankan pada keadilan, transparansi, dan berbagi risiko.
Economic Value of Time, Menghargai Waktu sebagai Aset yang Tak Terulang
Sebaliknya, konsep Economic Value of Time (EVT) mengajarkan bahwa waktu itu sendiri memiliki nilai. Setiap detik yang berlalu adalah aset yang tak dapat dikembalikan.
Waktu digunakan untuk berbagai aktivitas, baik untuk menghasilkan uang maupun untuk kepentingan sosial dan spiritual. Dalam konteks keuangan syariah, waktu harus dihargai dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam yang mengutamakan produktivitas dan manfaat sosial.
Keuangan syariah menekankan pentingnya memanfaatkan waktu untuk kebaikan dan kesejahteraan umat.
Di sini, waktu bukan sekadar angka dalam kalkulasi ekonomi, melainkan bagian integral dari hidup yang harus digunakan dengan bijaksana. Waktu yang dihabiskan untuk mendidik diri, beribadah, atau membantu sesama adalah bentuk investasi yang lebih bernilai daripada sekadar akumulasi uang.
Maka, dalam keuangan syariah, waktu dihargai dalam dimensi sosial dan spiritual, bukan hanya sebagai alat tukar atau penyimpan nilai.
Paradoks dalam Keuangan Syariah, antara Waktu dan Uang
Di tengah keduanya, muncul sebuah paradoks yang sulit dipecahkan: apakah waktu lebih penting daripada uang, ataukah uang lebih penting daripada waktu? Keuangan syariah mengajarkan bahwa keduanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan.
Di satu sisi, keuangan syariah mendorong kita untuk menghasilkan uang secara halal dan berkelanjutan. Namun di sisi lain, ia juga menekankan pentingnya menghargai waktu sebagai aset yang tak ternilai harganya.
Dalam praktiknya, keuangan syariah menawarkan solusi untuk menyelesaikan paradoks ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan mudharabah dan musyarakah, dua konsep pembiayaan berbasis bagi hasil yang mendorong pengusaha dan investor untuk bekerja sama.
Dalam hal ini, risiko dan keuntungan dibagi sesuai dengan kontribusi masing-masing pihak, yang tidak hanya mengandalkan waktu atau uang semata, tetapi juga pada kerja sama dan keadilan.
Keuangan syariah juga mengajarkan kita bahwa dalam mencari keuntungan, waktu harus dimanfaatkan dengan bijaksana dan tidak merugikan pihak lain. Misalnya, dalam transaksi sukuk, yang merupakan instrumen keuangan syariah, keuntungan yang didapatkan berasal dari aset yang dikelola, bukan bunga.
Di sini, waktu digunakan untuk menghasilkan keuntungan secara sah dan adil, tanpa melibatkan riba.
Pada akhirnya, pertanyaan "waktu atau uang?" tidak harus dilihat sebagai pilihan yang saling bertentangan. Dalam konteks keuangan syariah, keduanya harus berjalan berdampingan dalam keseimbangan yang adil.
Sebagai umat yang hidup di dunia yang penuh dengan dinamika ekonomi, kita diajarkan untuk menghargai setiap detik waktu dan memanfaatkannya untuk kepentingan yang lebih besar, tanpa melupakan bahwa uang, jika digunakan dengan benar, dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan prinsip-prinsip keuangan syariah, kita bisa menemukan cara untuk menghargai waktu dan uang secara adil, dan menjalani kehidupan yang seimbang, baik dari segi materi maupun spiritual.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News